148 12
Indonesian Pages 233 [124] Year 1986
gn ts -
86.08r
JAN BODTAARS
Dahulur'
301A Boe m c.2
PENERBIT PT GRAMEDIA. JAKARTA
DAFTAR ISI
MANUSIA IRIAN Masa Depan Dahulu Sekarang oleh DR. Jan Boelaars, MSC Diindonesiakan oleh Marcel Beding
dari naskah asli berbahasa Belanda
GM
86 081
PRAKATA PENGANTAR Bagian Pertama; SITUASI ASLI Bab
A.
SITUASI KAUM PERAMU Suku Marind-anim
1. Pengantar
Hak cipta dilindungi oleh
2. Dari Kehidupan Sehari-hari 3. Pandangan Hidup 4. OrangMarind-anim dan Pengalaman Beragama
undang-undang
All rights reserved Disain sampul dan perwajahan oleh lpong Purnama Sidhi
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 1986
I.
B.
Dilarang mengutip atau memperbanyak
Suku Yah'ray 1. Pengantar
2. Dari Kehidupan Sehari-hari 3. PandanganHidup 4. OrangYah'ray dan Pengalaman Beragama
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
C. SukuAsmat 1. Pengantar
2. Dari Kehidupan Sehari-hari 3. PandanganHidup 4. Orang Asmat dan Pengalaman Beragama
D. Ikhtisar Bab
A. l)icctak oleh Pcrcctakan PT Gramcdia Jakarta
II. KAUM PETANI SukuMandobo 1. Pengantar 2. Dari Kehidupan Sehari-hari 3. PandanganHidup
4. OrangMandobo dan Pengalaman Beragama
1X
xiii 1
J 4 4 5
10 15
23 23 23 30 34 39 39 39 46 50 54 59 60 60
6l 76 80
B.
85 85 85
SukuEkagi
1. Pengantar 2. Dari KehiduPan Sehari-hari 3. Pandangan HiduP
4.
OrangEkagi dan Pengalaman Beragama
2. DariKehidupan Sehari-hari 3. Pandangan HiduP 4. OrungDani dan Pengalaman
129
2. 3. Pandangan HiduP 4. Orang Ayfat dan Pengalaman Beragama
130
Ikhtisar
150
Dari Kehidupan Sehari-hari
ZAMAN BARU
PENGANTAR Bab III. PERUBAHAN DI DALAM PEREDARAN MASA
A. Pengantar B, Kontak-kontakPertama C, Perubahan-perubahan Besar yang Pertama D, PcrkcmbanganLebihTinggi E, Urbanisasi IV. USAHA MEMPERTAHANKAN DIRI
A. Pengantar B. Perubahan-perubahan Besar yang Pertama C. Perkembangan Lebih Tinggi D. Urbanisasi
140 144
155
t57 160 160 160
t63 t65 170
t75 175
t75 192
t95 t97
Isi Identitas Sendiri Orang Irian F.. Identitas Sendiri dan Pengalaman Beragama
202
V. MASA DEPAN YANG DEKAT
207
E.
Bab
233
126
1. Pengantar
Bab
RIWAYAT HIDUP PENGARANG
t29
SukuAyfat
Bagian Kedua:
231,
t20, Beragama
A, Pcngantar E, Alpck Ekonomis
207
208
vl
210 222
KATA PENUTUP
707 108
1.. Pengantar
E.
Aspek Sosial AspekPerkembanganRohani
t07
C. SukuDani
D.
101 105
C. D.
vu
PRAKATA
SEreneNc ini banyak orang menaruh perhatian pada Irian Jaya, oleh karena salah satu dari propinsi Indonesia ini memberi sesuatu yang istimewa kepada orang dari berbagai lapisan.
Bepergian di IrianJaya memang masih sulit, sebab belum ada jalan-jalan raya trans Irian meskipun sudah mulai dikerjakan. - bisa sampai ke mana-mana dengan Tetapi orang sudah hampii pesawat terbang, baik dengan pesawat terbang berukuran besar maupun yang berukuran kecil. Akan tetapi hal yang menarik wisatawan adalah kenyataan, bahwa di sana pada satu pihak
terlihat pusat-pusat kota yang sedang berkembang Pesat sementara pada pihak lain masih terdapat daerah pedalaman, tempat di mana masih ditemukan sisa-sisa zaman batu. Pulau ini mengenal pegunungan salju dan delta-delta lumpur yang membentang amat luas, hutan rimba dan rawa-rawa pada berbagai tingkat ketinggian, dan pada pelbagaijenis tanah datar; pulau ini memiliki flora dan fauna, yang ternyata khas sifatnya. Maka pulau ini menjadi suatu firdaus untuk penelitian lapangan bagipara ahli ilmu alam. Hal ini dengan sendirinya menjadi lebih kuat lagi bagi penelitian para ahli antropologi dan ahli bahasa, yang akan menemukan variasi bahasa dan kebudayaan yang tidak
di tempat-tempat lain di muka bumi ini. Hal yang justru paling menarik adalah kenyataan, bahwa
terdapat
orang-orang pedalaman dan dengan kebudayaan-kebudayaan mereka sekarang rengah mengalami perubahan dan atau perkembang zr,, yengtahap-tahap perkembangannya di berbagai wilayah dapat dengan mudah dibaca dan diperbandingkan yang satu di samping yang lain. Terdapatlah bivak-bivak, gubukgubuk, dusun-dusun, desa-desa, kota-kota, dan pusat-Pusat pemukiman besar dan kecil yang mulai berkembang. Seluruh ABRI, sarana pemerintahan dengan jawaian-jawatannya
-
lx
pegawai negeri, hakim-hakim, dokter-dokter, dan tenagatenaga perawat, semua rnstansi perguruan... di samping itu semua badan perdagangan dan industri berada di bawah ketegangan dinamik, apa yang sekarang bisa terjadi lagi dalam gerak perkembangan lebih jauh di dalam proses semakin terbukanya pelbagai daerah. Jelasnya, di daerah pedalaman terdapat, dalam hal adat, unsur-unsur yang tidak dapat ditangkap
artinya oleh camat dan guru setempat, misalnya. Mereka itu
ingin mengetahui latar belakang yar,g lebih
mendalarn,
sekurang-kurangnya ingin memiliki petunjuk-petunjuk, yang bisa membantu mereka pada pemahaman yang lebih baik sehingga dapat menunaikan tugas mereka dengan baik. Para misionaris dan pendeta-pendeta zending memang sudah menerobos sampai jauh ke pedalaman. Pesan yang me.reka bawakan terkadang bisa sampai dengan cataya;r,g mengherankan dan terkadang pula dipahami dengan carayar,g aneh sekali. Maka
sekarang orang menemukan jemaat-jemaat beriman, yang di dalamnya bentuk-bentuk religi yang paling tua dan paling mutakhir memperoleh wujud. Pengetahuan akan masa silam keagamaan suku-suku ini dan pengetahuan akan butir-butir Persamaan dengan egame Kristen merupakan hal yang mutlak perlu bagi semua orang, yang mau bekerja di antara orang-orang itu, entah dari pihak pemerintah maupun dari pihak gereja. Akan tetapi sebenarnya tidak hanya untuk orang-orang setempat, bahwa pengetahual yzng lebih baik mengenai hal-hal itu penting. IrianJaya dengan luas wilayah yang begitu besar dan
kecilnya jumlah penduduk telah ditunjuk sebagai daerah transmigrasi untuk orang-orang dari pulau-pulau lain. Imigrasi spontan sudah mulai semenjak penyerahan Irian Jaya kepada Indonesia. Imigran-imigran itu sudah berjumlah ratusan ribu orang. Sekarang ditambah lagi dengan transmigrasi resmi yang teratur, yang dalam tahun-tahun mendatang akan memberi kemungkinan hidup baru di sana bagi beberapa juta orang, baik untuk penduduk asli maupun bagi kaum imigran transmigrasi, hal ini menimbulkan masalah. Semua orang, yang dari berbagai bentuk perhatian sendiri atau melalui anggota-anggota keluarga dan sahabat kenalan berhubungan dengan pulau dan-rakyat Ilian Jaya, tentu ingin mengetahui lebih banyak tentang propinsi itu dan khususnya tcntang orang-orang yang hidup di sana sejak zaman dahulu. Berrngkali ccpat atau lambat akan mereka jumpai juga. Tersiar
banyak ceritera mengerikan tentang penduduk pulau
itu...
dan
benarkah seinuanya itu? Masih tetapkah orang-orang itu melakukan semua hal yang aneh itu? Tidakkah mereka itu mengalami sesuatu kemajuan dan perkembangan? Kalau demikian, bagaimana cara hidup mereka sekarang? Dapatkah saya pergi ke sana dengan aman? Adakah orang-orang itu sungguh-sungguh bisa dipercaya? Atau mungkin ceriteraceritera mengerikan itu sudah menjadi peninggalan masa lampau dan barangkali orang-orang di sana sekarang kira-kira sudah sama dengan orang-orang dari pulau-pulau lain, yar,9 sepenuhnya mengambil bagian dalam perkembangan dan kemajuan umum seluruh bangsa Indonesia. Dalam keadaan dernikian, tidakkah mereka itu tetap memiliki sesuatu yang khas? Buku kecil ini mau menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Pada bagian pertama buku ini menceriterakan hal-hal yang menarik dari masa lampau orang-orang itu supaya di dalam bagian kedua melukiskan perubahan-perubahan besar, yang telah dialami oleh orang-orang itu dan bagaimana reaksi mereka terhadap perubahan-perubahan itu. Buku ini ditutup dengan suatu pandangan yang berhati-hati ke masa depan yang dekat.
Buku ini ditulis dalam bahasa Belanda kemudian ditulis kembali ke dalarn bahasa Indonesia oleh tsapak Marcel Beding. Saya sangat menghargai pekerjaannya itu, oleh karena persoalannya di sini bukanlah terjemahan harfiah, melainkan penulisan kembali dalam percakapan yang akrab di antara seorang pengarang Belanda dan seorang penulis Indonesia. Buku ini telah dibaca dan dikritik oleh banyak orang, khususnya oleh para kolega saya di Sekolah Tinggi Teologi Katolik Abepura. Tanggapan serta catatan mereka dimasukkan di dalam teks definitif buku ini. Kepada mereka semua patutlah saya menyampaikan terima kasih yang ikhlas sebagai rekan sekerja.
Khususnya dalam hubungan dengan masalah-masalah urbanisasi, saya memperoleh keterangan-keterangan yang baik dari instansi-instansi gerejani dan pemerintah setempat. Dengan
penuh rasa terima kasih saya teringat akan percakapanpercakapan dengan Delegatus SosialJayapura dan Sorong serta Bapak Lucianus, P. Maturbongs, A. Masele, A. Renwarin, dan
terutama Bapak Y. Meteray. Kepada mereka semua menyampaikan terima kasih yang ikhlas. xl
saya
Buku ini hanya sebuah buku kecil, maka dengan sendirinya banyak hal yang tidak dibicarakan. Namun demikian buku ini dapat membantu setiap orang supaya dengan rasa simpati bisa ikut memikirkan dan ikut merasakan perihal integrasi penduduk asli bersama orang-orang pendatang di dalam suatu negara, yang menghidangkan keadilan serta kemakmuran bagi setiap orang.
PENGANTAR
J. Boelaars, MSC
Aoe sejumlah data sederhana mengenai Propinsi IrianJaya yang mungkin tidak begitu cepat ditangkap oleh setiap orang. Maka di sini kami memberikannya secara singkat saja. Di ujung timur Indonesia terdapat pulau besar yang berbentuk seekor burung raksasa. Paruhan barat pulau itu merupakan Propinsi IrianJaya, wilayah Indonesia, sedangkan paruhan timur merupakan bagian negara Papua Niugini. Propinsi Irian Jaya meliputi suatu dataran, yang luasnya sekurang-kurangnya tiga kali luas PulauJawa. Tetapi penduduknya sangat jarang. Jumlah penduduknya sekarang belum mencapai satu setengah juta orang.
Ilmu suku bangsa tidak menggolongkan penduduk asli pulau itu dengan suku atau ras "Melayu", y^ng menghuni pulau-pulau Indonesia lainnya. Orang-orang Irian memiliki ciri-ciri negroid, sering kali berkulit hitam, dengan rambut keriting, dan hidung yang besar dan lebar. Berbicara dari sudut kebudayaan, maka hal yang paling menarik adalah kenyataan, bahwa lapisan penduduk yang jarang itu masih terpecah-pecah lagi menjadi ratusan kelompok kecil manusia, masing-masing dengan bahasa sendiri dan adat istiadat sendiri pula. Pulau itu mempunyai gununggunung yang tinggi, lembah-lembah yang dalam, dan dataran-dataran rendah yang membentang luas, semuanya tertutup hutan rimba dan dilintasi sungai-sungai yang besar serta rawa-rawa yang tak berujung. Menurut perbedaan keadaan alam, maka kemungkinan-kemungkinan hidup suku-suku ini juga sangat berbeda-beda. Ada su\u-suku yang hidup dari sagu dan ada lagi yang hidup dari berkebun ubi-ubian atau pisang. Suku-suku pemakan sagu terutama terdapat di dataran-datatall rendah, sedangkan suku peladang ubi-ubian terdapat di daerah-daerah pegunungan y^r7g tinggi. Cara mereka tinggal, xti
xlll
cara mereka berhias diri, pembangunan sosial masyarakat, dan ungkapan-ungkapan kehidupan rohani dalam mite dan ritus,
dalam ukir-ukiran dan tari-tarian memperlihatkan perbedaan yang sangat besar. Namun ada sesuatu yang menunjukkan identitas sendiri, yang terdapat sama pada semua kelompok, yaitu cara yang amat khas orang-orang itu mendekati dunia mereka dan sesama mereka.
Dari
sej
arah I.ian
Jay
a, biasanya kenyataan-kenyataan berikut
ini ditampilkan: Kontak pertama tetapi yang sudah
lama
berlangsung dengan pulau-pulau lain membawa akibat, bahwa
orang-orang Irian terjerumus ke dalam alam perbudakan oleh penduduk Kepulauan Maluku dan bahwa perkembangan yarrg lebih maju dari kepulauan tersebut mempengaruhi daerah-daerah pinggir di Kepala Burung dan pantai utara (antara lain masuknya kain timur). Negeri Belanda, yang menyatakan Nieuw Guinea sebagai bagian Hindia Belanda pada abad yang lampau, hampir tidak memperhatikan daerah itu. Barulah di dalam abad ini pulau tersebut dijadikan tempat perpindahan hukuman untuk para pegawai negeri yang kurang disiplin dan tempat untuk mengasingkan kaum pemberontak di dalam kamp (Boven Digoel, Tanahmerah). Mulai awal abad ini dilancarkan ekspedisi-ekspedisi hendak memetakan keadaan pulau itu dan terjadi pula pendudukan militer ringan dan sipil dengan maksud melindungi suku-suku itu satu terhadap yang lain dan perlahan-lahan mendamaikan mereka. Baru sesudah Perang Dunia Kedua, ketika Negeri Belanda menahan Irian Jaya sebagai milik sendiri, timbul perhatian yang intensifterhadap orang-orang iru dan kebudayaan-kebudayaan mereka. Dalam urusan mengenai kemajuan ekonomi, sosial dan agarrle, masalah pendidikan dan pengajaran mendapat perhatian prioritas dengan sasaran pada pembinaan kader untuk masa depan yang mandiri. Setelah dalam tahun 1963, penyerahan I'ian Jaya kepada Indonesia menjadi suatu kenyataan, terjadilah perkembangan dan pembangunan pada semua bidang, terutama melalui tenaga-tenagayang datatg dari pulau-pulau lain. Transmigrasi yang sering kali bersifat spontan ini sekarang dilengkapi dengan imigrasi resmi yang reratur. Perkembangan-perkembangan inilah yang hendak dibicarakan di dalam buku kecil ini.
xlv
Bagian Pertama SITUASI ASLI
Bab
I
SITUASI KAUM PERAMU
Bact mereka yang datang ke lrian Jaya dengan maksud hendak melihat kehidupan primitif dari suatu zarnan batu, pastilah akan cepat menjadi kecewa. Masa itu sesungguhnya sudah berlalu. Irian Jaya sudah termasuk di dalam proses pembangunan, sebagaimana pembangunan tersebut tengah berlangsung di seluruh Indonesia. Bila secara sepintas melihat situasi sekarang, dengan mudah orang akan melupakan, bahwa beberapa daerah belum etnpat puluh tahun dimasuki orang dari luar dan bahwa sebagian mahasiswa di Universitas Cenderawasih itu, nenek moyang mereka masih merupakan kaum pengayau dan juga orang tua mereka berasal dari gubuk-gubuk batang pohon yang membentuk desa-desa. Oleh karena itu tidaklah terlalu aneh rasanya membicarakan lagi lebih jauh situasi asli itu, yang masih mempunyai pengaruh di balik citra-citra modern yang terlihat sekarang.
Tambahan pula, modernisasi yang kita temukan di IrianJaya memang mempengaruhi gambaran keadaan asli itu. Kita tidak akan berpanjang lebar membicarakan hal-hal yang sudah pasti menjadi milik masa silam. Membayangkan kembali hal-hal dari masa silam itu, kiranya akan tidak menyenangkan generasi yang sekarang. Kita hanya mencoba memberikan gambaran tentang kebiasaan dan adat-istiadat, yang melukiskan pandangan hidup kelompok penduduk tertentu supaya dapat menempatkan nilai-nilai yang muncul di dalam pandangan hidup itu, di samping nilai-nilai pandangan Kristen atas kehidupan sebagai perbandingan. Di dalam bab ini terlebih dahulu akan dibicarakan tiga kebudayaan "kaum peramu , sesudah kebudayaan itu, yang di dalamnya terkandung aspek-aspek kebudayaan kaum peramu yang muncul bersama dengan aspek-aspek kebudayaan "kaum
peladang". Kemudian kita membicarakan tiga jenis kebudayaan
kaum peladang. Patutlah ditegaskan bahwa bukanlah maksudnya setiap kali kita hendak membandingkan kebudayaan-kebudayaan tersebut dengan egarne Kristen; setiap kali kita hanya mencoba memperlihatkan garis-garis paling khas suatu kebudayaan dan dengan demikian dalam himpunan unsur-unsur yang beraneka ragam itu bisa menarik suatu gambaran yang mengesankan tentang apa yang dahulu kala terdapat di dalam kebudayaankebudayaan itu dan apa yang sesudah ditempatkan di dalam terang egerna Kristen lagi, dapat berbicara kepada kita sekarbng mengenai orang-orang di propinsi ini.... Dan hal itu akan membuat kita berpikir, apabila kita berhubungan dengan mereka.
Banyak kampung, sekalipun sudah dipengaruhi oleh instansiinstansi pemerintah dafl misi, masih me mperlihatkan sistem dan
,,
bentuk perumahan serta cara berpakaian yang harus disebut sebagai cera yang sangat primitif. Makanan biasanya terdiri dari sagu, kelapa, pisang, ikan, dan daging. Sering kali persediaannya
tidak banyak diperhatikan. Hanya penanaman tumbuhan wati sangat diperhatikan. Wati adalah tumbuhan sebagai ramuan minuman memabukkan yang banyak digunakan orang. Sebuah kampung (dengan jumlah penduduk sekitar seratus sampai tujuh ratus orang) dibagi menjadi lingkunganlingkungan yang dihuni oleh klen-klen yang berlainan. Setiap
kali dapat ditemukan pembagian yang sama dari dua kelgmpok utama, masing-masing dengan dua subkelompok. Kelompok-
A. Suku Marind-anim
kelompok bawah ini terdiri dari klen-klen dan subklen.
7. Pengantar
' Adapun pantai selatan kian
2. Dari Kehiilrytan Sehari-hari
Jaya, yaitu daerah mulai dari
perbatasan dengan Papua Niugini sampai dengan Pulau Yos Sudarsa dan seluruh daerah pedalaman sampai di daerah hulu Sungai Maro, Kumbe, Bian, dan Bulaka, merupakan daerah asal
suku Marind-anim. Jumlah mereka sekarang diperkirakan sekitar delapan ribu orang. Menurut wilayah pemerintahan mereka masuk daerah Merauke, Muting, dan Okabe. Daerah Marind-anim ini jelas terbagi atas jalur pantai dengan bukit-bukit pasir yang ditumbuhi pohon-pohon kelapa, dan daerah pedalaman dengan dataran dan rawa-rawa, tempat tumbuhnya pohon-pohon sagu berlimpah-limpah. Di depannya
terhampar laut, tempat orang dengan mudah menangkap ikan, sementara di daerah pedalaman terdapat babi hutan dan kanguru yang dapat menjadi sasaran perburuan. Daefah ini mengenal dua musim. Bila angin tenggara bertiup terjadilah musim kering dan hal itu berarti keadaan penduduk sehat, bepergian ke mana-mana, berpesta iia. Tetapi bila angin barat laut berhembus di seluruh daerah itu, maka tibalah musim
hujan. Semuanya basah, rawa-rawa tergenang air
pasang
(sehingga sulit menangkap ikan atau berburu binatang liar), laut tidak dapat dilayari, nyamuk malaria meraja lela di mana-mana.
Orang-orang tinggal saja.di rumah'dan banyak yang menjadi sakit dan lesu.
mempunyai dialek sendiri, tetapi di dalam suku yang sama itu orang tidak boleh pergi mengayau. Pembagian klen-klen ini berasal dari tokoh-tokoh mitis tertentu, yang oleh orang Marind-anim disebut dema. Derna' adalah suatu makhluk dari zarnen purbakala, yang bersama makhluk-makhluklainnya telah menjadi dunia dan tata dunia ini, tetapi yang kemudian tidak mempunyai pengaruh lagi atas dunia Kekuatan dema mereka sudah beralih kepada manusia,
ini.
binatang, tumbuh-tumbuhan, kepada makhluk-makhluk dan benda-benda, kepada segala sesuatu yang sekarang membentuk alam dan masyarakat. 'Setiap tokoh dema ini sekarang mempunyai totem, yaitu sesuatu yang secara istimewa diduga berhubungan dengan suatu dema tertentu dan dengan klen
tertentu. Demikianlah maka kelapa merupakan totem Geb-ze, kasuari menjadi totem Kei-ze, dan sebagainya. Maka pantheon tokoh-tokoh dema mitis tercermin kembali di dalam segenap klen dan subklen, sementara segenap alam semesta terpelihara, sebab setiap klen mengurusi totemnya, sumbangannya di dalam alam semesta. Dengan demikian kenyataan yang tidak kelihatan dan yang kelihatan menjadi dua paruhan sejajar yang berkaitan dari satu kenyataan. Hubungan kongkret totem-totem, dema-dema, dan gejala-gejala ditentukan oleh mite-mite yang mengasosiasikan segala sesuatu dengan segala sesuatu. Pembagiduaan ini diterapkan pada semua gejala, yang dengan cara demikian diatur dan diasosiasikan satu dengan yang lain.
Maka orang lalu menghubungkan Geb dengan pantai, musim kering, angin tenggara, kelapa, matahari dan api, kelamin pria, homoseksualitas, pemimpin upacara, kehidupan yang makmur. Demikian pula orang menghubungkan Da-sami dengan daerah pedalaman, musim hujan, angin barat laut, sagu, bulan, kelamin wanita, heteroseksualitas, pemimpin dalam pengayauan, terancam oleh magi hitam. Pertentangan ini malahan dilengkapi lagi sebagai sesuatu yang saling melengkapi, sehihgga sifat dari dema-dema paruhan yang satu terkadang muncul kembali pada paruhan yang lain: Orang itu selalu menganggap dirinya sebagai dirinya sendiri namun dipengaruhi juga oleh unsur-unsur lain. Sekalipun orang mengatakan bahwa dema-dema purba itu sudah mati pada akhir zaman purbakala, orang Marind-anim masih tetap menggunakan perkataan dema sebagai kata sifat dan dia berkata tentang benda-bendayangbersifat dema, yang dalam ukuran besar atau kecil memanifestasikan dirinya dalam anggota-anggota suatu jenis totem tertentu. Dan sifat dema ini 'terbagi pula kepada setiap orang Marind, sedikit atau banyak dia
jrg,
seorang dema. Dengan demikian dalam memelihara totemnya dia memberikan sumbangannya untuk perkembangan dunia yang berkembang dalam kesuburannya sendiri. Maka ia pun merasa dirinya, apa yang diungkapkannya sendiri dengan perkataan anim-ha yaitu "seorang r-ranusia benar", manusia sejati. Di dalam pesta-pestanya, dengan perhiasan lengkap, dia akan dapat "memainkan" demanya itu di dalam pegelaran besar yang disebut d.ema-wir, yaitu pertunjukan dema yang besar. Di dalam pertunjukan itu dia sendiri menggantikan demanya,
totemnya, klennya. Setiap orang untuk dirinya sendiri dan sekaligus juga merasa bertanggung jawab untuk keseluruhan yang besar. lJsaha mempertahankan dan meneruskan susunan dematotem ini dicapai oleh orang Marind, pada satu pihak melalui perayaan upacara-upacaranya dan pada pihak lain dengan praktek-praktek sebagai tukang magi. Dalam hubungan dengan upacara-upacara, wilayah Marind terbagi menjadi tiga: daerah Y"yo, yang berpusat di Buti dekat Merauke; daerah Imo, yang berpusat di Sanggase dekat muara Sungai Bian; dan daerah Esam-usum, yang berpusat di Bian-hulu dekat Muting. Seja\ zaman purbakala terdapat upecareMayo pada permulaan
kejadian yang besar. (Jpacara itu menjadi upacara inisiasi generasi muda. Pada orang Marind, baik anak wanita maupun anak pria, melintasi suatu rangkaian kelas umur (setiap lali dirayakan dengan hiasan lain) yang di dalamnya -"t, "tru trhrp pubertas memperoleh bimbingan khu5us. Anak pria, y^rg p^d^ siang hari harus mengurung diri di dalam tempat tinggal yang dibangun khusus untuk mereka, dan anak wanita harui bertingkah laku sebagai anak-anak, yatg masih harus mempelajari segala sesuatu, khususnya hal-hal penting yang mengandung arti lebih mendalam untuk kehidupan. Arti atau makna itu dinyatakan kepada mereka apabila mereka melihat mite tentang lahirnya hal-hal yang dipamerkan dan apabila nrereka memper-
oleh makanan totem bersangkutan. setelah makanan itu dicampuri dengan sperma. Justru di sinilah setiap klen
memperoleh fungsinya dalam kaitan dengan totemnya sendiri. Dalam inisiasi ini mereka dibimbing pada "kehidupan", yang padanya mereka akan mengambil bagian secara aktifdalam hidup perkawinan dan kemasyarakatan mereka. Bila hari menjadi gelap anak-anak pria, yang badan dan muka mereka dibedaki wa(na hiram, kembali ke rumah kaum pria. Di sana mereka mungkin akan diminta supaya tidur bersama ayah angkat mereka. Ayah angkat ini bertugas menjelaskan segala sesuaru kepada anak pria tersebut. Apabila rambut anak-anak pria itu sudah cukup panjang, rambut mereka ditambah dengan hiasan dari sabut sagu. Dengan kejadian ini maka masuklah anak pria tersebut ke dalam thhap yang pertama. Mereka itu masih telanjang ke mana-mana; tidak boleh melihat dan juga tidak boleh dilihat oleh wanita. Beberapa rahun kemudian anak pria itu beralih ke tahap berikutnya. Hiasan rambut mereka diubah,
mereka mendapat alat penutup kemaluan, badan mereka dihiasi dengan cat dan daun-daunan, lubang hidung mereka dicocok. Di
dalam tari-tarian malam hari di kampung, pemuda-pemuda itu sekarang dikagumi oleh kaum wanita dan sekarang orang mulai memikirkan soal perkawinan mereka, sekalipun mereka belum boleh bergaul rapat. Sesudah beberapa tahun kemudian, barulah anak-anak muda itu memasuki tahap ketiga. Perhiasan badan mereka kini rnernperoleh sifat erotis; mereka meninggalkan rumah inisiasi, hidup kembali di kampung dan segera menikah. Pada orang-orang dewasa, perhiasan badan mereka. juga bisa berubah, akan tetapi lambat laun hiasan-hiasan itu ditinggalkan
dan jadilah mereka orang-orang tua yang dihormati, yang menguasai kehidupan, selama mereka masih kuat. Jog, anak-anak wanita mengalami perkembangan, yang qejajar dengan jalannya perkembangan anak pria. Kebiasaan yang paling 7 / dikenal orang adalah hak anggota-anggota seklen pengantin pria untuk mendampinginya dengan pengantin wanita pada malam pertarna pernikahan mereka berdua. Perayaan Mayo itu meliputi juga ikut serta pada perjalanan pengayauan. Perjalanan ini diarahkan kepada suku-suku yang terdapat di sekeliling orang Marind. Kembali dari perjalanan itu diselenggarakanlah pesta besar, dan pada kesempatan itu dema-dema dipamerkan dengan perhiasan-perhiasan lengkap. Kedua upacara lainnya, yakni upacara Imo dan Esam-usum, mencerminkan perkembangan manusia sebagai pembebasan dari kekuasaan kegelapan, sebagai pembebasan pria dari wanita dalam tindak perkawinan. Di dalam pergaulannya dengan dunia dema, di dalam segala sesuatu orang Marind mengandalkan diri pada kekuatan gaib. Apabila, menurut tekniknya, permohonan bantuan itu terjadi maka permohonan itu juga efisien. Akan tetapi supaya permohonan itu terwujud orang harus mengetahui nama makhluk-makhluk, benda-benda, serta rumus-rumus yang menyertai tindakan-tindakan tertentu. Orang bisajuga mencoba kata-kata atau gerak-gerik, seperti dilakukan juga dalam hubungan dengan kekuatan-kekuatan yang tidak gaib; orang bisa juga mendapatkan kata-kata yang tepat melalui wahyu seperti dalam mimpi atau penampakan. Rumus-rumus itu dapat berbentuk permohonan atau perintah; rumus-rumus itu bisa berdaya guna kalau dilaksanakan sebagai syarat. Orang Marind-anim mengenal'rumus-rumus untuk memajukan
kehidupan dan untuk mematikan kehidupan. Bilamana saranasarana biasa tidak 'berhasil, maka orang menghubungi kekuatan-kekuatan gaib melalui rumus-rumus ittr. Sangatlah ditakuti adalah cara dan taktik orang Marind untuk mengejar
musuh dan menghabiskan nyawanya, hanya karena yang bersangkutan mengetahui bahwa dia telah diguna-guna.
Menarik sekali, bahwa di dalam permainan dengan dunia gaib fungsi sendiri. Bukan karena orang Marind tidak menaruh perhatian terhadap orang-orang yang 'sudah meninggal, melainkan perhatian itu hanyalah suatu simpati manusiawi belaka. Hanya di tempat-tempat yang jauh ke pedalaman orang menemukan bahwa arwah orang yang sudah meninggal dapat ditunjuk dengan nama dema.... Sudah barang tentu bahwa kehidupan sehari-hari orang Marind juga bisa dikejutkan oleh kematian keluarga dekat, terutama apabila orang itu menguasai hidup mereka. Ingatan akan magi hitam (dan rasa takut akan para ahli sihir) membuat kejadian-kejadian semacam itu lebih mengerikan lagi. Jenazah seseorang yang sudah meninggal memang dikuburkan, tetapi beberapa hari kemudian, setelah berlangsung malam perkabungan dengan ratap iangis , jenazahitu digalikerrib"li d"., orang menyelidiki adakah kiranya tanda-tanda magi hitam. Dengan begitu mereka mau mengejar si "pembunuh". Dengan ini kaum pria dapat mempergelarkan suatu mite, dan kaum wanita secara teratur datang menaruh sedikit makanan di tempat-tempat orang yang sudah meninggal itu. Kemudian diselenggarakan lagi, satu malam, dengan nyanyi-nyanyian dan perjamuan bersama. Satu tahun kemudian tulang-belulang orang
ini orang-orang yang sudah meninggal tidak diberi
itu digali, dicat merah, lalu dikubur kembali,
sementara
tanda-tanda perkabungan dan tanda-tanda larangan memakai tanah-tanah orang yang sudah meninggal itu dicabut. Kemudian sebagai tanda terakhir hidup bersama, orang menuangkan darah babi di atas kubur dan tanda-tanda kenangan terakhir diambil
dari kubur itu. Tidak hany e daya hidup dipertahankan atau dimajukan dengan upacara-upacara atau praktek-praktek magis. Di dalam kehidup-
an sehari-hari terdapaf tari-tarian. Kalau sudah
malam, wanita-wanita berdiri berkumpul di tengah-tengah lalu mereka dikelilingi oleh kaum pria. Nyala dari sejumlah obor memberikan cahaya yaing fantastis. Dan sementara bunyi
genderang berkumandang bertalu-talu, semua pria wanita tersebut semalam suntuk menari-nari bagaikan gelombang mengalun dari pinggir lapangan yang satu ke pinggir lapangan yang lain.
I
I
3. Panilangan Hidupr Kesan pertama yang bisa diperoleh dari orang Marind ini masih sering berwarna negatif. Rumah tinggalnya hampir tidak bisa disebut gubukreyot, masalah pakaiannya tidak bisa disebut pantas. Walaupun demikian seorang pria Marind sekarang
tt
L.
yang dewasa memberi kesan karena perawakannye yeng kekar, berjalan tegap, dan jelas merasa dirinya lebih. Kalau orang melihat foto-foto masa lalu, maka akan tampil sesosok tubuh orang Marind yang penuh kekerasan menghadapi Anda; dia anim-ha, "manusia sejati", dia dan bukan orang lain. Perhiasan untuk pria yang dikenakan terdiri dari simpul-simpul besar sebagai sambungan rambutnya sampai di bawah punggung, dengan mahkota bulu burung cenderawasih di kepalanya, gigi taring babi tertusuk di hidungnya, taji-taji burung kasuari scbagai anting-anting di telinganya, seluruh tubuhnya diwarnai c.latr pcnuh dilumuri lemak dan minyak, gelang rotan di lcngannya, yang menahan panah dan di atasnya terdapat kantung kcnraluan (scrotum) babi hutan. Perhiasan untuk wanita mcrupakan tiruan yang halus dari perhiasan untuk kaum pria. Rupanya orang Marind memiliki kepercayaan diri yang besar dan kesadaran diri yang tinggi. Akan tetapi kelebihan ini bahkan menimbulkan dugaan, bahwa penghargaan diri berlebihan ini menopengi suatu kelemahan batin. Y/ajahnya yang bersinar penuh semangat itu menyembunyikan suasana hati yar,g melankolik. Perubahan-perubahan musim yang sangat berbeda bulan-bulan yang nikmat dan komunikasi yang penuh - di samping bulan-bulan penderitaan yang suram dan gairah isolasi dialami dengan penuh emosi... dan di dalam seluruh kebudayaannya sering kali diungkapkan secara besar-besaran. Sebagaimana sudah dikatakan, kebudayaan orang Marind itu tergolong jenis kebudayaan "kaum peramu". Hal ini berarti, seorang Marind bisa langsung menarik keuntungan dari alam sekelilingnya dan sesama mandsia yang hidup bersama dia. Hampir selalu dia bisa langs'ung memenuhi keinginankeinginannya. Dia tinggal saja memetik, menangkap, meramu,
Manusia peramu memanfaatkan kemurahan alam: seorang pemuda ASmat sedang memanah ikan di sungai.
10
11
memburu, dan mengail. Selalu ada "panen" untuk dja. Oleh karena itu pulalah, maka dia hanya bisa menjadi entusias dengan nilai-nilai yang langsung dipahami. Untuk itu dia bahkan bisa bekerja keras dan kasar. Tetapi janganlah meminta dia melakukan kegiatan-kegiatan rutin yang berlangsung lama dan yang menuntut kesabaran. Justru karena itulah maka penyakit, kesepian, dan penderitaan baginya begitu tak tertahankan dan mengerikan. Oleh karena itulah dengan penuh semangat dia merayakan pembebasan diri dari situasi yang mengungkung, dari kematian dan kegelapan. Karena bila sudah bebas, dia bisa hidup kembali dengan hebatnya. Dan untuk kehidupan yang hebat itu, kehidupan upacara-upaqara dan perj alanan-perjalanan pengayauan, dia dapat mengadakan persiapan yang memakan banyak waktu dan dengan kesabaran tarrpi batas menjalankan keterampilan artistiknya sampai detil-detil yang paling halus. Supaya bisa lebih tajam lagi melihat arti pertentangan di errtare masa-masa pesta-ria dan masa:masa kesedihan yang mendalam, baiklah kiranya mengetahui be-berapa dari mite yang terpenting, yang memberikan ungkapan kosmis sikap dasar orang Marind. Secara singkat di sini disajikan inite tentang kelahiran manusia.
peristiwa, besar. berangkatlah dema Sekali
ah merayakan pesra
Waba. Maka lahirlah api dan kasuari (kasuari merupakan lambang inisiandus, yaitu orang muda yang baru memulai perjalanan hidupnya). Di dalam gambaran ini orang Marind-anirn mengungkapkan, bahwa dia memandang kehidupan sebagai usaha membebaskan diri dari kekuasaan kegelapan guna memberi bentuk kepada proses ini di dalam tahap-tahap perkembangan kehidupan manusia.
Maka pertentangan musim-musim menjadi suatu lambang, yang membangkitkan banyak pertentangan lainnya. Pertamatama adalah oposisi di antara jenis kelamin pria dan wanita. Anim-hajuga membutuhkan seorang wanita dan bukan hanya wariita, dia memerlukan pula orang lain, sesama manusia, klen yang lain, dan paruhan lain sukunya. Dia harus hidup terus di dalam persekutuan dan hal ini mengancam dia dalarn kebutuhannya akan kebebasan. Lagipula orang Marind itu sekarang menyadari, bahwa secara ckonomis dan sosial, wanita itu lebih unggul. Sumbangannya dalam penyediaan bahan pangan dan pemeliharaan anak mereka jauh mengatasi prestasinya sendiri sebagai pemburu dan pria
Mayo yang
dirayakan di barat, at tempat matahari terbit, tibalah mereka dekat suatu dataran. Seekor anjing menggali sebuah lubang, yang terisi penuh dengan air dan di dalam lubang itu ikan-ikan berenang. Seekor burung bangau ingin menangkap ikan-ikan dari dalam air itu, tetapi dikejar oleh dema api, yang memberi kaki dan tangan kepada ikan-ikan itu. Manusia yang baru lahir itu berangkat ke arah barat dan menghuni tanah itu. Orang yang berjalan di depan, dia itulah juga yang mati terlebih dahulu. Pikiran yang sama tentang paralelisme di antara perjalanan hidup manusia dan matahari masih dilukiskan sebagai berikut. Dalam suatu pesta, Waba membawa serta istrinya, 'W'aliwamb. Tetapi Waliwamb lari dari pesta itu. Waba mengejarnya dan menemukan dia jauh di barat. Dia melihat wanita itu memasuki sebuah pondok dan mengikutinya ke sana pada waktu matahari terbenam. Dia bersetubuh dengan wanita itu, tetapi tidak dapat melepaskan diri dari dia. Maka pasangan itu diusung di bawah sehelai tikar lalu dibawa kembali ke rempat pesta, di timur. Di sana Aramemb dengan susah payati berhasil membebaskan
Dia harus memamerkan kekuasaannya sendiri dalam segala ketakutan terhadap segala sesuatu yang mengancam sekelilingnye. Dia menyadari bahwa hal yang esing, yang begitu ditakutinya, tidak hanya terdapar pada orang lain, retapi j"gi ai
t2
t3
i,"H terkungkung dan lemas di dalam pukauan wanita. Oi, ,.r..rd-ti.1Tl kompleks-kastrasi dan tidak bisa menyerahkan diri sepenuhnya.
k
lff:.'f,1tT:TJ,T;
d h
lDia lebih
menyukal pada malam perrama
dalam dirinya sendiri. Melalui keterikatannya sendiri dengan dema di dalam dirinya sendiri, dia lantas bisa mernasuki dema di dalam orang lain. Dia sekarang malahan berusaha memperoleh sesuatu yang istimewa, sesuatu yang bersifat dema supaya dapat meqgatasi ketakutan asalnya terhadap hal-hal yang gaib di dalam diri orang lain. Akan tetapi hal ini menuntut banyak usaha dari dia. Perlu kekerasan supaya bisa melepaskan'diri dari cengkeraman segala kekuasaan yar.g rendah sebagaimana Waba terlepas dari Waliwamb, dan seperti matahari yang terbit dari bumi yang kelam. Dia harus berangkat ke titik zenitnya, yaitu hidup sebagai orang yang menikah (hidup dalam perkawinan), sebagaimana hal itu dilambangkan dalam inisiasi orang-orang muda. Dengan segala kuat-kuasanya, dia harus memamerkan dirinya. kepada suku-suku sekeliling dan dia harus muncul sebagai pemenang dari setiap pertempuran... untuk kemudian harqs menyadari, bahwa mataharinya mulai turun, bahwa dia juga menjadi sakit dan tua, masuk ke dalam.tanah, dan hanya akan hidup kembali di dalam generasi berikut. Maka dapatlah dimengerti, bahwa orang Marind telah membatasi sifat mencipta yarrg kuat dari demanya, persis sama seperti orang Marind itu membuang sifat orang mati yang menakutkan. Pada kedua kelompok, dema-dema dan orangorang yang sudah meninggal, tidak diberikan lagi peranan di dalam kehidupan generasi sekarang. Mereka itu sudah mati, mati selama-lamanya. Masa mereka sudah tertutup. Mereka itu hidup terus, sedikit atau banyak, di dalam makhluk-makhluk mereka, di dalam keturunan mereka. Makhluk-makhluk itu memafig memiliki kekuatan-kekuatan dema, tetapi dengan demikian orang Marind, yang sendirijuga terisi dengan kekuatan dema ini, dapat berhubungan baik dengan mereka. Untuk itu dia mempunyai upacara-lupacare, mempunyai praktek-praktek magis... tetapi semuanya itu tidak membuat dia sungguhsungguh tenteram. Kekuasaan-kekuasaan alam yang gaib ternyata setiap tahun membawa kembali penyakit dan kesepian, sernentara kekuasaan-kekuasaan gaib di dalam masyarakat, ahli-ahli sihir, selalu merupakan ancaman karena magi hitam
mengherankan, bahwa justrs anim-ha ini memerlukan semacam obat bius, yakni wati. Di musim hujan gigitan nyamuk atau penyakit yang mengganggu akan cepat terasa terlampau berat baginya. Maka dia melarikan diri ke dalam alarn kelupaan. Akan tetapi bahkart pada titik-titik puncak pesta-pestanya keadaan mabuknya merupakan ungkapan keadaan dirinya yang tertutup di dalam dirinya sendiri.
4, Orang Marinil-anim dan Pengalaman Berugama Sebagaimana diurzTkan di aras, jelaslah bahwa
dalam
Maka akan berbunyilah genderang bertalu-talu. Tetapi tidaklah
hubungan dengan 6larn dan dalam hubungan dengan sesama manusia orang Marind-anim memperlihatkan cara pergaulannya yang khas. Fada satu pihak dia ingin sebanyak mungkin memperoleh ataur memetik dari orang lain (sifat konsumtifl, scmentara pada pihak lain dia sulit mendekati benda atau oreng lain, sebab justru yang lain itu sejauh itu lain maka selalu menimbulkan rasa takut baginya. Jawabannya atas kesulitan komunikasi ini terdiri mengunci diri di dalam menara gading sendiri sebagai anim-ha dan dalam tindakan memamerkin diri sckuasa mulgkin: begitu dia harus mengadakan kontak dengan orang lain. Di dalam pendekatan inilah terdapat pandangaooya !lhy, sebagran dunia merupakan sesam"nyi yang dengannya dia bergaul sebagai rekan, dan bahwa sebagian dunia Linnya berbeda dengan dia dan harus dipandang se6agai lawan. Akan tctapi dalam hal itu orang Marind merasa takut akan terhimpit oleh yang lain iru. Orang lain sebagai yang lain selalu merupakan rncaman untuk kebebasannya bertindak. Yang menarik dalam hal ini adalah kenyataan, bahwa orang Marind yang "primitif" ini ternyara menata dunianya atas dasar suatu filsafat dan pandangan hidup, yang diungkapkannya di dalam bentuk-benruk hidupnya, di dalam mitologinya, din di fa]am upacera-upacara serra prakrek-praktek migisnya. Dia boleh saja menyebut dirinya manusia sejati, tetapi bukan dalam arti bahwi hanya bentuk manusianya sendiri merupakan satu-satunya yang sejati. Penataan itu terdapat di dalam pembagian semua makhluk rncnjadi suatu susuna; dema-tot.rrrlkl.r.. Filsafatoya terdapat di dalam suatu sisrem paralelisme di antara. perjalanan t iaup rnatahari dan pe{danan hidup manusia. Pandangan hidup itu mengungkapkan kepercayaan akan kekuatan dema dan kesubur-
14
15
mereka.
Sudah barang tenfu ada juga saat-saat keyakinan dirinya timbul, yaitu pada jam-jam perayaan segala sesuatu yang baik.
an dema dari alam dan masyarakat, yang di dalamnya setiap kali menyangkut pembebasan yang harus terjadi sebagai pembebasan
terang dari kegelapan. Pembebasan ini harus dilaksanakan oleh anim-ha sendiri, dibantu oleh perayaan upacara-upacaranya dan penerapan praktek-praktek magrsnya. Orang lain yang dimaksud oleh orang Marind digolongkan menjadi dua golongan. Orang lain itu keluarga (hubungandarah) atau orang lain itu kerabat (rekan). Pada satu pihak orang Marind merasa berkeluarga dengan orang lain apabila keduanya terisi dengan kekudtan dema, sementara pada pihak lain orang
Marind menempatkan dirinya terhadap-orrrg lain di dalam oposisi antara klen-klen tertentu. OIeh karena kedua jenis
hubungan atau keterikatan ini membawa serta konsekuensikonsekuensi tertentu, maka baik kiranya di sini hal itu kita dalami sedikit lebih jauh. Keterikatan-kekeluargaan, keterikatan di dalam darah yang sama, menuntut adanya hidup bersama dan bekerja sama, yang di dalarpnya para anggota memandang keseluruhan sebagai jumlah bagian-bagian. Anggota-anggota membentuk persekutuan, selama semua orang berperan serta, sementara di dalam generasi yang sama itu tiada seorang pun boleh memerintahkan sesuatu kepada orang lain. Seorang pemimpin tidak boleh lebih daripada seorang primus inter pares. Keterikatan-kekerabatan, keterikatan sukarela, menuntut terbentuknya suatu persekutuan, yang di dalamnya p^re ^nggota memandang keterikatan mereka sebagai sesuatu lebih daripada jumlah bagian-bagian. Justru hal yang ekstra itu, tujuan itu, yang menyebabkan orang berkumpul, berdiri di atas srimua anggota, dan dapat diwakili oleh seorang anggora tertentu. Orang ini boleh memerintahkan sesuatu, sebab tujuan akan tercapai. Di sini orang menjadi rekan. Kecuali kenyataan, bahwa orang Marind telah menata dunia dan alam pikirannya, menarik sekali, bahwa dalam kehidupan mereka itu terdapatlah suatu kehidupan rohani yang sejati. Setiap makhluk boleh mewujudkan sejauh mungkin dema/toremnya dan segala sesuatu mempunyai kewajiban etis menyempurnakan diri di dalam keadaan demanya sendiri. Oleh karena itu suatu perbandingan dengan agama Kristen dapat dibuat dengan baik sekali. Agama Kristen juga mengenal suatu tata dunia, suatu filsafat, dan suatu pandangan hidup. Agama Kristenjuga memanfaatkan sebanyak mungkin gambar16
an keterikatan-kekeluargaan maupun gambaran keterikatankekerabatan guna mengungkapkan komunikasi di enter^ manusia dan dunia atau di antara manusia dengan sesama
peran sertanya. Tetapi dari dia tidak dapat dituntut lebih daripada
yang perlu untuk turut mempertahankan seluruh susunan itu. Dia mengetahui benar bahwa dia lahir dari persekutuan itu dan bahwa persekutuan itu melahirkan dia kembali selama n:rasa inisiasi. Akan tetapi sejak saat itu, masa pendahuluan mitisnya, masa remajanya, berlalu dan ketergantungannya pada pemeliIraraan ibu sudah "mati", orang Marind yang dewasa merasa dirinya ng padanya waktu berawal dan yang padany Dia membuat dunianya sama tinggi dcngan eorang pun berdiri di atas dia. Dia
baginya.
Orang mungkin akan berkata... tetapi justru orang Marind rllcnempatkan dirinya terhadap orang lain sebagai rekan... jadi clia sebenarnya lebih menyukai keterikatan-kekerabatan. Pada =
ggiiiiilii?ii
iH*9
h0 5€: E@Ed 6
x -q?l il E5 u laq
I qp8€ tr H.E€ . >9 il ruo
u
G a!
d
I
JZ ()
I
!
o
h0
(! (!
a
o
k
oI
ho !
I
!
lr o
il (J3
t5 E E E E+:E3J s **
l;;ti;g(sE E:E *f ;; s'fi IiA{;tu Eiiiig€t*i qEi$ H
0) .4
toi^'"8 trE:c
'i.i 1]E
H
tr
-oo-o. .i 6J
"dc(!tr - \vHEU -
J9) or!(! -iao
L
d
q F
-v gu+
Eg;E$jgieif, g
f,
$;5:=
E? r
j; ll :r;E:r *a'$i3 t ij*
I
E E
=
sf;g!cE
E€iEflgE
N
F$ cJ1
tt,t riaeiifllli}
5€ ^!>
E€ d
Ee
=Eg ;2 E E.: H ar E hoE 7E € E
iigfigiig Iiiilg
HLH -tH !HfY dGlrl!
i'i ho
o
iE;?-s
€
JEJ $F g d.3€r trC-Cr
EJ
il P i u EI *9
.=p
e 6nE
.i€ E aoE EEE f; [E e€ b ES€ ciiE H.gE t^ d'r G E -'FDJ-
iEi3iii[i[€ liiii= i$IE! iE [iIIIffgE i g. *_9 € oo€ 3 ce oo.I c ho(,
ed
! I
d !
.d
o (! d L
-o d
!
r o=o I 3 cd $5d c JJ4
utvd -OtrAle f.iud
.EndHho bo ii .^ u G)OO0d
tr
.\l:'ctr> g$.8
aJ
bo ! J (.) A C)
4 H I
d
.l
)
x -E .i1o *ec IE 'H
s$!; - E E+.8
o
dtr
(.)
g5
s>-. i:;u :=ra '.,.
d F
d
dho red do ad
! -d (!
T-u d6 EE
d
&o q d L d I
()E
:E ttr
(.)
v
C)
d
-o
o
UD
d
J!
C)
d
I
!
..i 6
F E*
t
d
b0
'Ft d
'6r
!C ()d
tr d
td
po
ho H
bo >- ! fr,
H* '=6 oC)
cd
^ di! d.F-i ;6)P
>-
S-E
E
5r-; iss J i:a q'a! ,- o)
d ed d Fl i^d' Ar d bo ]I).- () a 9r d d dljic!
(-)
r3(a'.iC .s$ ! tr68! o o 7ho trd dt nlC B- t E 8.*E d ji- \! J
LdF.i !_=
I =vd c!
I s5j
d=
q
r='E d
aoSE € ,o. il
o"'. E
I
o. d
ti (JH () Ar
d (n
d.=
H5 (ilr
A^d
(n
cn ! da6 6 t dd d ne F d d= d 6 d 5E .13 (! (!ohl ho U
EU
E*
tr! (Jo olr
6 & 6-o a .9a &.) j '=to =d o d 6JH-d= --UGts d ?
-.! :l-{
o tr M o h0
'EX6g qJ
tr
qt
a.(JE
HE. -qoiis! (n'n
11 ct -. l(t -o6d OHE- A Fr5 +( 5.v oc)q) iU F.-r O1 tr ; EE -oc trll N{
bD
*\o
!
i - $?-:
EiEEq:l+i E [ [f ;t{tiEgiE :E EE ii f,i* TE ;E E€E ' g} E kiu; il 3E ii n*! iE sE:;iEff { ;E ilE;}li E
i
iE ti;;iEiE}Iiii;+$:EjEE;Ei€ iliE;*EEi
Ei
li !fi I1iiE I{I ii$[iiliiiEI ig iE;EI iEi;iH$
{f ii *'E}igi*3liiiEiiiiiitqaff I g '; f, FooH
{iii [€EiflI
=
i*siiiiiii Iiliiiiiigi [;i $u sssEsE [EgE r3iiiiiiitili cE eE
lr d
!
ci
+t tI
=i
(!
Or
j?EEt;s iB*tf?;tE
E
ii llii
(n ho+.i uos tr :'1 >.tri tr.e
-:()oj-i tr
-cd .H!
il -od o'5 ooS L(J d^
d !
bo; c!d
o cd
t
h0 d
-o q d
o a d lr
o 7 Cd
.o o
()-r
tiiigii*iiiEgifiri
-d d )r(t
= -52 O'd dH
>.ts
tr-v
tr(! d> y. !v! Prd
il
"=
=0 i:O
e!
.o (!JJZ -oiJ oq
(.)
(L))i do
€(!
trt
\o \o
t
€(l f\ (\t cl
o\
ol
f- 6;
yc N \Odd 'nJ o\ t, .di
lf)-!&rF=:Po "*ool $ifllE"Es., elpsr*:geE$t$ its€SijE=:€3: "E{E;;E€E
oHsoe'sEs6. €E_ir!*i= @+
E
f,?TirEii j*iEiEii;t
trEFgEIs EF"E*sEE* \O t--
E;*F" * o ali !
r -o "i s =E *E€..f ;.: 'E.;c'+{i;
E
2
.:
'E
i
$ " i
qEf gii EI-9E.E3* r Et E d
+$ r€ E I
A;S:;TiEEE$
E
iis ;Ei; {ffisf E t E s H 5s i j€> P
iEflii[iEii+g
EES*E;Eif ET I S H.= P -^"€t1 SE a i." H I H?tJ 5E: bD85oXJ .O d d?:E E
F
nffi[$;1;ErE;
gsiEsgsg=Ea;
,(I)c) coE d5_L
(!ai5 :-€ . .-
Li
dd@
aQ) (!
0D u i''-c= i6lk
L
Ff X'= --v
t:r(!(r,iB g ,:.;
6!!q H \./J
-q
6
.tO
t(.Jc
-lz tr 9EE
e)
t ,Jl
E5d
ho
PHE
E 6
r!
tr f,l
-u
6 .6
k a0= i.E :UC E!H OEX (! co o A=2 .t, bo.;i trd u .aa.(! & i!'(!E
H -'
< t.a dG
6,
o.Ecq
3
(J
'e C!
bD (t,
Sort
l'1;E
q E Ii
.
s!
bo bo d,
cd
3 tr = d
iig c s I -
E
F"E*{ eS ed
HT o=
(,
5 i P? qi i
aX b0 + E d
;o
C)L dd
trE
c6
E
tr ! t:
a
?; is;g
T.:SaisiEI !-:: d-C >-d
(! v
>tr ! s! o " - I a 6 r R H iis6 Hii 5 o !'i -L Eli.^
bo dd9;>'a!:J rr-
d !
,v-X. a-a==, = ==
!z
q,
L tr q 'o .vH 55d p o ! d o i,r::J (h ! .
I
c'
d!J AH
. ho ., -bDt
d J1 k o d
d
iio M CE
(!;
d+ .VIbot CJ
"i bo (n
L
h0
-\4
C)
t
(J
dd
-o
o
sdd rIr
d
!
3P
P.cn (.)
ho eda cd
6J
-c d()
!
q
.IZ 6a
!: d*
-'u
-v.^ 6g *-€
d d d
a
bDd i\i hO cd
i-:
t-]
o o'ii .f, ho d ox >c .!d
.=! UY
Ao .24
trcd C) o (,) M Or€
(n !
(J
o li o
-o C,)
!
d^
ie FG
dr a-l4
Ar ^G
eii 'Fc E(! ts€
.V (n
o
o t
50-
J
(! lr
G & qt li .6 -o n() d e.9 N d d 5€ bo >T Lt: !: s .o (.)cd bo tro 6 6F o dr ! ga dcd' 35D iri f^ obo (n & b0i et od cH o S-o t d o> Jbo H a! vd !(i J4 6V 6J^ -O r:
-o
pd
d !E )i 'dX =1 cd
r(t
ic ,rj$EiEs L
'E
u€
':'1 ()
,d
o o q
d
6o.
bi -r oo) cd tr AO.
I
€-c od
hP /rd
*d cd
!i: (JU Q.o
acd
d
()
cd
C)
.0)
q c!
trl d(!
ho :U -; ) sE A6p
cdd -o trd
bo
(.) (n
E
;{iig{ ;€il iTilE;
EIE , [E *i
q
s
ggE jltiii$i *ri;l ii* ffitt il :;
s
>\!
rg+
-q (iP
c)
-oJ trd do
q
!
-
@
gEiiEiii{iE ltEtif,EE EitlEi$gii{iiEtl i$H I
iiliail iriiiiiiliE li3iiii:if aliiill gi
iilll
ggE;gs iE; 3E E ;3il$i:t a; rii;s Eir; ; rg! * EI u E r;Et;i Eii s; AS f=, *?rE EE E;i; *f tE $EifrgE EiE
ilili
g*t
gl
il iil iiigilgi lgiil ;iiii+iglig
l
"E* *td
(! cn
d
trc
6r A
E5
-v
t'r
a 6 ! CN
qQ
&o
d d
!
d
a. c!
dG
-o (!
-v'o
d k d
o!q Hd
dd
I
&
6 !
tr^-v ci +
!.,1
d
F() d(D dF
E.
cH ctd
-V! r()
.!4 !
(!_v
(n_v & A(J (-)
a
'E od d
H. >' q'ci
.==
;
(!
(.)
E
.*2 bD
.li
6a !.-
.i
c.)
hDtr 6E
.o p
t
FS 6.8 Ox+ f- !l
--o 'i(.) .ho
ild
d(.)
trJZ
5"1
()
.Q sE E $ **Ef I b'b"Er* qr(! H d
H^;-o(u
cd I
(6'i
tr J4 -\l lZ L.] -d
*€ iE
i*ir ,iFitjH:€.EE€ at+ a:
Eo -O fl 5 5# Fs o.Dv X d . Sc dd
\ ; bo 6 -O in d t ctE L
J4t .d -Y, & E.€ E o J1 69 (! tc) ir({ Or 0 (!ho ..! E -o q, 5c =d(! lr k (t, i: >.E !o \JC o d frt.- ui O r6 t)a E 15A€ Ar bo
hD
o dq
icd .iE
0.)
.E
-o
C)
cd
= dD+i xrz -Ol- iai (!5tr n? tbo E-V * d9 bo- u-c
Lr 0)
(n
cd
(n
d (l, J1 (! & E (\t -o
'd d
C)
E
-o C)
d< !
(!
d lr
I
(.) - \
d
d
-o o
\s'
!
o (.)
-€ dz,
-o
F"
-^cq
H'H $ v.i ^
-cd!
rhI)
G:
'ii i.l .a o-? i! -o J4= -o (!'(-) & E'f; E ! 6a- -9 >O -
d
(6
bo ho
o -c..Jri
€ E +I -l!;JE
cd
d
\
A ot
s!
9VE*
d
! d
E
-6'IJ d
c'p edD
-yt 'Gi tr
J/
o
a
t
-o ho () lr
-d
a V
€ d
z
cd
-o
o
M 6 d
(.)
cd
q
z hi)
o
ho d d L
o
d
z
h0 h cd
ho d
!
h0
6
o (.) (J
()
(J I-] Ar uD>
"i -v o !
d
*il EF
(.)
t
ho
d
.n !;
d
(.)
dn
(.)
.o
po
()
;
g
0)
!d
p hoo tr-v C)
()c)
cn
ho
H
(.)
(!ctr 4. Qr la
a'i !d dgr d(! bo FG o H Etq ld (.) 6 ld .i e-v 6E q
f-)
:r& tr
d
:' c) $' C}
d
tr.\1 (i ,i
.sE €
. cd d..j Ccd -o o .i> ho.i .V
d q
.H o cd i!
& EP d -'1 J1
Nj
bo d
d c!
E.t o5 trtr
$
o\
iI tft+cttEtiltiili}si €'*i'EiE a H E o'
t o
;iiIIEE lEiiEE E $t
ljf:E Btqtt:i{EEgt ftr: eE:d; ifE:: gi ;E;: ilgr [i]€ ;F* il;r$E i:€* Bi H{;gf '$rEAHEi{Iiii=sBt: g E i:ii €;tii:{H; lE'+ff+ EsEEEga*ieit rig;l; if E=EE*ii{itEi *l{ * iO iSHt= E EEiEEE;lfilt i: ;tBtiEE i;€E$EFE€$n;;EEr"t Z'€
r
oo9
*s
E
i
J
E
r
E E .g $irEIBqtilEi[tiEi{irl$iE{ftliiigiiti{ HEE€r p- E g $; fc$iiE;fl# : r *ir*HE si+;€ $+-r: $$*rry*Er i,f i EgE HEiAit; ;$,[r E,E s$l rE#8[[E FE ti; *EsE;$ .E
.o Lr
fE Fi;iEII oos g b U
(, i tr (! f,l
(!
&
.G)
o
'aE
E E
a:3 i *'+r;
53t E ffE g ES
an (!
tr (t
= EHEEH
!
G'
O-s
*-:.i
h
j
*-*
E
\o o\ +
d,
EfIgiF$r 'r x E c"F*}iif 6
(.)
M ci
(u
(!
q A
o
I I d
is{silF*
a (l *,a,;
.E,
(J
E
fi+ $Et
EET } g EO$EE EP$€ *E
I I
E
E [$iiBl$ tiBIliurEE
He*1I{Ei
iii}iiiliIliiiiiiiIr
isiEilIil
flili1
iiiiliiti l;ill iiiiiii,iti
iil [I iiiiig$1 F3 $iiiEliiigEiff I \
-a dr
-q
-O
cntr oil >o (6q
QIH ! c)d
h.!x E
c
c-
4,6
a.'E X'E -tr C!e
(! -E ,8 )d
E!
!io l"o (!x AV i() 'e6 LC Co &ct 'nu (.) o 6o J)o .=d (J*
E€ d(i V.Ed p
^Oa .\1 E I..o d
5d
JE
.iO
.!
>.
6: TE aa c'E 8€
*>
CJ.d d(d>d:
>ho
3 *E
d .14 a1 >- .14 E i(! OO o:'1d
rE
-!, E
-.o
p.o .!l du cdi E6 56 Ebo -Vc .i(!
trtr
€J4 >-v
I cd
.D
xc gH & Jd
(!tr
!g
d (n
(,)
q
Es
h0
d!
h0 si 0-)
bo (n
lr (-) q H
(.)
d d lr I
7tr ur ctr d
G)
*.0 Ifr o cn
ad
C)
! d
b0 -o J1
J4
!() t
o 'n Or
a 6 tr (.)
J4
ho
"i
Iuo (d
A>d5
c.r
iaJ #.Iz v6
a. a5
E;> !ct
a{
a 'd !
i> (n 6^ d= bor gc VG
a
(!
tb0
r d t-.,t c r
#o 66 ::(! d5 o(! bD
ir
>\d
,-o
ci dtr co cd
-.y
-V
9-ra
gH o'i
Qrd h0a-v Od o di: .cd 6 .l4 -d 6 H!
sa.
JE
Or Or .Y JZ
ch0 dd Jii Gla
cil da
:;trriggi3l giigig lilt tt;i E+EfiiE €", ,..t *3 EEE gC E E ?-EE
iiiE ltEi$i1iii;igiggliililg iE
SETFEg : _EE alE I!-U-i
;{gi
EE€
iif ir i r:s'=a?f
Tnr"a+*E
i3Ep;='E{ HT $
;
E
i:
[*I EaE,-,[iE si! ri Pg €iig,= iEs'. pfgi; *igiEtq;AiE:BiiE i{ltEE I** riitit ar'e, i:; il= E
;e€
co
N
:'*if,[I =iE '.lt gIili{ it qs iE iEai F{I}{E! iitni ii $iI ' $
;?Ei s Il
i[ti;^i;l g5 iE ti,i EgEtEii*EEEi , i $Bi 6 e (!
E o (! "d > s' E € c
!ddG-AF
PE
IH=hOU ;O.n(!dt
pq E 6 &o'oild I E E
$ B E E f ="5 ?bD !tr E E s.
A.fucPbO-O hDtr yr 'i L u
iI ili '.5eFh
bou: e.r=o
!l
X ns, O ,;cn&u ci:iq
-14
h.-Gl.a (r9!i e!-'d
.
st
jl.
(n
*.1 EE 0.r.6 $ ._ -O = i
b, tr ii' S'E; -.le Ub
f;;EfiEf o o.qB;d
.x=
irca*E E.= ooa
a
?
E:U T foE *t csH b'd -o +
sq
EEUEi
P0-l
i..n
*iiss $Er rgE3 r:r, $Ei HE$E' g g.r; [s rfi.i ;€ Eg i E .qiE €s E
lllll
g
t () & Cd
= I
I
i4 .d
uot tr-o -u -& ^cl
:"
(-)
OEU o!ort (,= H .vE
U
d a
o
I
J4
tE"Er,isE; H;$9E$ ;H: I E g[i;fifltEEi; EH5$EHs,*gil:€5 b >-( o - >-tr X
i
1 E:
fie;'il EgEs$t fEi
ii[i]lgtilgliliiIiit$iiiiiiBliEil fErE!s:,si[f ii I gilE:B gsi .rii f;,i; tBi i: I;riis;;H$* iEE*cr ;i; t11liE flE $gif1 , $ $;a[j?igli $ ?E ilttari 5Ef *;s* rsE* E e: e5, toE 5 s &E^ >-2 ; oE: E E $;=* rz ry8 I BirE :inne :€E i'.8 t* E€ >E EeE= p,r rn= ]?: $l;;EE s* ,uf E; [iiE $;E E= * g; ;f+ f; $gii$ ;I }1 ii;$r+**stEEPE; ;iiE vXJEXo€tASAtrirbFag; !o
5ii' -o
H
H
vrq
a
z
>*
rO N
I
fi4
Irrl a a !r
G
A
(! b0
o
il
oo
'd qi;
C)
&
dJ4 'rs
tru dc)
d I
6
-o () bo
-!6
Q€
9p
>.
SHH .90:s s=6
d
-?i >- [i
d
!
!i
9. 5 (! d-v ot\d UE EO tr rtr .id bD ! _\4 d Od q
!
\ lr (J
(dd
..,;
3-e 'HG
-oo bo
o.5
d
di
9d Q)o
(!)i 60* c6o dC
d=
53 HET 9U
5 L
k
d
.d ti; (n5 C)bo &r -o J &o d*
! '-od bO () 5d a.a o.-o
Ar
C)
(n
sEr
0).j
Ld
(.)
d (!
iI
p
!
t
k (,)l
cd9
6
bo
-o !
(-)
ao !!
cd
E5
! (!
(.)
6 (.)
5 >l'i -J c-o iiod-c '60: E
Cd
m
t -oa o-o q
;d
!d J
(id
os
trtr! 50)
HE c! rd 69
bo Cd i.:
-o(,)
o
6 !
I]N J hod tr> cdtr
EE
tr (.)
o 9!
+s
d
o'= oa >.
d
o.F
'
d !
cd
o/.
&h r V3 .tHD c:ii' .1 bc E6 l-r^6 5 -o& 66
.54
AO l-1 6
d
Ar
o cd
! (J
d bo C)
JZ
d(J
.i. ! d I
li
(n
() q
€* .c-6 u)
!^-.H6
v
d
q-
PE F"*s tr 6 F E ., dt eJz
*.r--d
g t :3.r*i E :.liP r.H.r -v-o 6
!)d
H Xtrz *6pHj -lr-(!tro-
x>'*
f,
E H's s E.oS.U
E
E
€ F€ Ef" H
oi
N
I iE'
sU;; (!lld
U
(!
. CJ(
B E 9€ -rc:a6.E
i '='i &j .- o-({
E +E
fr,
.a-
O! 60(!r i.Etr bDtr F0)(!
.= bDo
- trE s
E:€{I;PE-
HIEI€€
i = i*-B
i;ri;! E'E:aEE E ii+i =(Jd
'= .2
.Y'-
I.s+tEE= sr;83=€f*f
EEtf;:
F
igEsHg*Eqi
f, ...!Ei{EE.lrnEE{iiE;
flii
sxt'HF, Er;rEi;; i I L: * $i{r;i==sEE*;,;fEirjrtE I ei4E*E $a#tgEeHEEs;EEfEi;5E-EaEs
€
EBEE s
.ri;e.i I aE
!
(J(!J(!
EE
T
Er"uii?,$E'i**
-_36E '=?€:-P:1g-'X-E';*"=.=€
hE-t€
9r.L=
trld o c d
g
f;H* o hpo.; E{EH jt d > $ HJZ e5';:i.S a.='n d H
a'=
c 6&
e
E."P j g 9rz'H ts"6 3,.9 tr n= E *>H H$E H E E E E pHE ' ** fl E =i€ (!E dHH6L-
q
5;lS
E:::+ q€t E +!
*E
E
H* s H t g'E,E h6Ud
i
.3+ H s E *.* \vrrit-
HJ4! 'v ,6'na *ar 5cdti->.d qL; 6fr
^>.
t5 hDaoE-
(i d
o
&
6H
lr
lr 6 c!
ii
C)
&) I
ed
(n
J1 cn
a
E EoP
K'* drd cEc OCC(i
i,a
-cE dH
s€ 72 6+
o
(n
,o
o .-p do & h0 h0
h0
o
!
-v= Eo .! (!G -6) EUH-v, i.: o d_V
*€ t5
h0
E boo Eor
d
J1
€?
h0 cdd
d
s
d/
>d Xs!
Lr
&
>tr -i9 d^
o dtr l.r
C) pho
(!(J
Soo !d
3tr dH
cd
ho'tr >_tr (nq
x -otr
JZbD
.4.
- o.
b-q ho si ho n Ad (Jq) 6
(..)
oi
uoI Fd
(.)
(-)
*
lao c!
lr Ar
I
li
J4 (.)
(.)
b0
o
t
s3 cdO
6
d b0 ! (! I ad
!o dhO €d
SU
tA 5-O
a-) .; a. h0 (-) dA hD-
TOH d'
9_E
H! dQ !6
-# 4s o>. !G
Fd H()
-o
UF d-id AhD (J< q,= .id 6r/
oo6 (!L
E-U o6. -o'= hD.
i
()6 -o Ja
uoP .!()
gE AH d(i .E&$; r boq t'''ts - .-il gq E f
r:
O'C
EPbU J tr hOAr
E N
I E S i 'F EE d$ S Ra Pep jd b E 3 iE
-:FNc.l
=
:
.3 -S i!C =1 sE :,s\;i 5E j.E ^r-: :.! s PS E G : -F
q-i .:U
=E
-
E
;s
-
=
=
2i
S ii
H
0
E
f+=
R'1S ;s s + * r;
-.L u-
i -': i : P $E ono 3*t : =**6 ;F.&ho= = i E 6: E2 :
z
ji:: i$:#ii !ie iss ;€.*'; ?-t :{
E
*-'i**'-
Fr
(,
3E$niq € sigi sgs:j:*
D
a
=U
g=sr B:EEs
EE€d-E
EEjqi HEtrEu EiEr *S8o: --*tqbi '"t c'- -=o L
iExa; tjo- 3.; E
H'ESSi jj i Xt 35;T"
ir-o
=
-3o
*g ia$E*E:
E*Es f"l*'5 d; -'o 3E[t E:;tE 3;;; $l*;r E#:{ E.ri6a 3:E& FEjFs E
6
i€iE #fiff ir.o-r fi:2 qE FPES*=:rE IEg :E *5 ; pifi!j : i :it i ;- ijr;= $i : [+, ij r: €ieeP = iEiiE€;t€ E grF€tE€E=
i;$;ii:
:S=
s
E
=*F5; PeEEE:isI ai+Eg5 F o c' E€$; rf ;;f E,i [:f E
@
N 6l
e
D tr D
zrI] A F{
v
giiiiiiiii
iiiiiiiiiiiiigi iils
(! a
-o
F
L
(! E 'e !
o
(5
z
&
z
14
A R
)
a * H
(!
U
tr
,r;
c\
(n
(! !
a
,*) 0 -o
G G
o
tr (l
IJ.
rd
ca co
!
6t
d ,.)
pq
}r
a
! C)
ho (J
B l-l
il
qJ