132 58 19MB
Indonesia Pages [548] Year 2005
TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’ an Oleh: M. Q U R A IS H S H IH A B H a k c ip ta d ilin d u n g i u n d a n g -u n d a n g A ll rig h ts reserved Cetakan I,
Ram adhan 142 3/N o p e m b er 2002
Cetakan II. Ju m a d il A k h ir 1 4 2 5/A g ustu s 2 004 Cetakan III, R a b i'u l Avval 142 6/M e i 2005 D ite rb itk a n o le h : P e n e rb it L e n te ra H a ti Jl. O tista Raya Gg. Lurah N o . 55 P a m u la n g . C ip u ta t. T a n g e ran g T elp ./F a x: ( 0 2 1) 7403 T18 h ttp ://w w w .le n te ra h a ti.c o m e -m a il: in fo @ le n te ra h a ti.c o m K e rja s a m a dengan Perpustakaan U m u m Islam Im a n Hama JI. Raya Pasar J u m 'a t N o . 46 Telp. ( 0 2 1) 7699528 L a y O u t / A ra b : W ahid H is b u lla h D esain S am pul: L isa S. Bahar
Perpustakaan N asional: K atalog D alam 'Verbit an (K D T ) S h ihab, M . Q u ra ish T afsir A1 M ishb ah : p esan , kesan dan keserasian A l-Q u r’an / M. Q u raish Shihab. — Jakarta : L en tera H ati, 2002. 15 vol.; 24 cm . D ite rb itk a n atas kerja sam a den g an p erpustakaan L'raum Islam Im an Jam a’. ISB N 979-9048-08-7 (no. vol. lengkap) ISB N 979-9048-19-2 (vol 10) 1. A1 Q u ra n -- Tafsir. I. |udul. '7.122
•-----------------------------------------------------------------------------------------> Sanksi Pelanggaran Pasal 14:
Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta ayat 1 : Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). ayat 2
: Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
M. Quraish Shihab
TAFSIR AL-MISHBAH
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
^
Surah Asy-Syu‘ara’ Surah \n-Naml Surah Al-Qashash Surah Al-‘Ankabut
£
Lentera Hati
PEDOMAN TRANSLITERASI LATIN
ARAB
LATIN
(
a/’
j*
dh
o
b
b
th
o
t
b
zh
ts
t
C
j
i
gh
c
h
.j
f
t
kh
J
q
i
d
$
k
i
dz
J
l
J
r
f
m
j
z
d
n
s
3
w
J 1
sy
9
h
Lf*
sh
*4
y
ARAB
a (a panjang), contoh
dJLtj
ilj
Dan ketika Tuhanmu menyeru Musa: ‘Datangilah kaum yang %alim, (yaituj kaum Fir'aun bahwa mengapa mereka tidak bertakwa?” Ayat kelom pok ini bahkan ayat-ayat sesudahnya yang berbicara tentang um at para nabi yang lalu yaitu Musa dan Harun, Ibrahim, N uh, Hud, Shalih, L uth dan Syu‘aib as., bertujuan meneguhkan N abi M uhammad saw. dan m enghibur hati beliau, yang keengganan kaumnya beriman sangat m eresahkan dan memukul beliau. Sekaligus ayat-ayat tersebut merupakan ancaman kepada kaum musyrikin yang membangkang itu. Ini antara lain dapat dilihat pada penutup kisah semua nabi yang kesemuanya menggunakan kalimat penutup yang sama seperti penutup ayat yang berbicara tentang k aum m u sy rik in yang d ih a d a p i N a b i M u h am m ad saw. S em uanya menyatakan: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu ayat dan tidaklah kebanyakan mereka termasuk orang-orang mukmin. Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. ” Pengulangan penutup yang sama itu mengisyaratkan bahwa bencana yang m enim pa kaum yang membangkang rasul, bukanlah suatu kebetulan, tetapi ia berdasar sunnatullah yakni ketetapan yang berlaku umum, kapan, di mana dan terhadap siapa pun.
14
Surah asy-Syu ‘ara' (26)
Kelompok II ayat 10-11
|p |§ §
Uraian tentang um at para nabi itu dimulai dengan uraian tentang umat N abi Musa as., padahal sesudahnya disebut para nabi yang datang sebelum beliau dan itu juga dikemukakan bukan dalam susunan berurut sesuai masa kehadiran mereka di pentas sejarah. Pakar-pakar al-Q ur’an mengamati bahwa ham pir tidak ditemukan uraian yang m engandung penenangan hati Nabi M uhammad saw. akibat pembangkangan kaum musyrikin, kecuali dengan memaparkan pengalaman Nabi Musa as. dengan kaumnya. Hal ini agaknya disebabkan karena Nabi mulia itu diutus kepada Fir'aun yang m erupakan seorang yang sangat durhaka lagi kuat, nam un akhirnya binasa juga. Peninggalan sejarah bahkan jasadnya yang telah diawetkan pun masih ada hingga kini dan dapat dilihat oleh semua yang berminat. D i sisi lain, orang-orang Yahudi yang ketika itu sebagian hidup di M adinah sangat mengenal sejarah beliau. D i samping itu, kaum musyrikin Mekah sering kali m em ohon agar Nabi menampilkan mukjizat serupa dengan mukjizat para nabi yang lalu. Dengan uraian tentang kisah N abi Musa as. dengan aneka mukjizat yang beliau tampilkan, dibuktikan pula bahwa mukjizat yang silih berganti beliau paparkan tidak banyak m em pengaruhi masyarakat yang beliau hadapi, sehingga ini m em buktikan kepada kaum musyrikin Mekah, bahwa Allah Kuasa m enurunkan aneka mukjizat sesuai perm intaan mereka, hanya saja - berdasar pengalaman masa lalu —ia tidak banyak bermanfaat, karena itu. sekarang perm intaan serupa tidak perlu dilayani. Ini sejalan dengan firmanNya: 0 jljV ' ^
J«*iy 01
« li j
“Dan sekali-kali tidak adayang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu” (QS. al-Isra’ [17]: 59). Kembali ke ayat 10 dan 11 di atas, ayat ini bagaikan menyatakan: Kami telah m enurunkan al-Q ur’an dan menguraikan aneka pengalaman para nabi. Bacalah ayat-ayat itu dan ingat serta ingatkanlah ketika Tuhan Yang m enurunkan wahyu kepada-mu menyeru yakni mewahyukan kepada Nabi Musa dengan firman-Nya: “Datangilah kaum yang %alim, yaitu kaum Fir'aun dan katakanlah kepada mereka bahwa Allah m engecam mereka mengapa mereka tidak bertakwa kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya?”
1 16 4
S iil ft if
Surah asy-Syu ara (26)
Kelompok II ayat 12-14
AYAT 12-14
ij r ^ i
ijr & ij
(> t )
(
\
Y)
‘- - 'j
i
'J *
j$ ) O r)
J l
Dia berkata: ‘Tuhanku, sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakan aku. Dan akan sempit dadaku serta tidak lancar lidahku maka utuslah kepada Harun; dan bagi mereka atas diriku dosa maka aku takut mereka akan membunuhku. ” Setelah N abi M usa as. m endengar tugas yang dibebankan Allah kepadanya, serta m enyadari keterbatasannya, dia berkata: ‘Tuhanku, sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakan aku. Dan itu mengakibatkan akan menjadi sempit dadaku serta menjadi tidak lancar lidahku, maka utuslah juga malaikat Jibril kepada Harun agar dia pun menjadi Nabi sehingga dapat m em bantuku, karena lidahnya lebih fasih dari lidahku. Dan bagi mereka atas diriku dosa yakni mereka menganggap aku berdosa terhadap mereka ketika aku m em bunuh tanpa sengaja seorang Mesir yang merupakan warga bangsa yang berkuasa itu, maka aku takut mereka akan membunuhku dan jika demikian aku tidak dapat melaksanakan tugas, namun dengan kehadiran H arun tugas tersebut dapat terselesaikan.” Al-Biqa‘i m emaham i ucapan Nabi Musa as. yang berkata: ( tjy -t ) inni akhafu/sesungguhnya aku takut sebagai keluhan yang dicelahnya m engandung perm ohonan kepada Allah swt. Menurutnya, N abi Musa as. b a g a ik a n b e rk a ta : “A ku ta k u t m erek a m e n d u sta k a n k u , seh in g g a kedatanganku kepada mereka tidak bermanfaat, dan mereka akan berusaha mencelakakanku, maka karena itu anugerahilah aku wibawa yang dapat m em eliharaku dari siapa pun yang berm aksud buruk. A l-B iqa‘i juga memungkinkan kata ( JJbM ) akhafhvtkun dalam arti takut tetapi mengetahui atau menduga. Agaknya hal ini dikemukakan oleh penafsir itu karena enggan menerim a adanya kesan bahwa Nabi Musa as. ketika itu merasa takut. Sebenarnya kesan tersebut tidak perlu terlalu dikhawatirkan, karena perasaan takut adalah naluri manusia, dan para rasul memiliki naluri yang sama dengan semua manusia lainnya. T h ab ath ab a’i m enutup kemungkinan adanya kesan yang agaknya dikhaw atirkan itu, dengan mengutip pendapat ulama sebelumnya yang menyatakan bahwa kata ( tj>yr) khauf yang akar katanya sama dengan ( t j s ^ i ) akhafu adalah kegoncangan hati karena menduga akan adanya bahaya. Lawan
t 1 7 .jfe )r ..
Surah asy-Syu‘ara’ (26)
Kelompok II ayat 12-14
kata itu adalah ( j* ' ) j Ciji.Lj
“Orang-orangyang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya (yakhsyaunahu) dan mereka tiada takut (yakhsya) kepada seorang (pun) selain kepada Allah. ” Tetapi Allah tidak menafikan khauf yakni perasaan takut akibat bahaya yang dapat m engancam tetapi yang tidak m enggentarkan hati mereka, sehingga langkah-langkah yang mereka ambil untuk menangkalnya dapat mereka lakukan dengan seksama. Ini dibuktikan oleh firman-Nya yang menggunakan kata yang seakar dengan akhafu yaitu: •"
•"
Si aJUI OJ
*
s s
s
' fi
'
Wj '
“Dan jik a engkau (wahai N abi M uhammad saw.) khawatir (takhdfanna) akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yangjujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orangyang berkhianat” (QS. al-Anfal [8]: 58). Firm an-N ya: ( {j'—J *ilj t£j-U