418 20 28MB
Indonesian Pages [220] Year 1982
SERIILDEP
di bawah redaksi W.A.L Stokhof
morfologi bahasa
gorontalo Ptsi/.T rf. P'GKEtKt lA. I
0/lP^RTLf ; i ^ i/, L
( U
oleh
J. S. Badudu
000 3"^42 3
PENERBIT DJAMBATAN
"
Copyright © pada Djambatan Anggota IKAPI Jakarta 1982
Disertasi
Universitas Indonesia
Tahun
1975
Promotor
Redaktur Sen ILDEP
Prof. Dr. Amran Halim W.A.L. Stokhof
Asisten redaktur
Jugiarie Soegiarto
Penasehat redaktur
Amran Halim, Anton M. Moeliono, A. Teeuw dan H.Steinhauer
(
) MORFOLOGI
BAHASA GORONTALO
SS;
ms:-
SERIILDEP
Diterbitkan dalam kerangka "Indonesian Linguistics Development Project, proyek kerja sama antara Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Asia Tenggara dan Oceania, Universitas Negeri Leiden".
Mutiara persembahanku kepada istri, anak-anakku
\
dan ibunda tercinta. 1
N
U
■ ti '
i'iiK D
/
ISI
KATAPENGANTAR
XI
PENDAHULUAN
0.1
Gorontalo dari Sudut Sejarah
0.2 0.3
Bahasa, Wilayah,dan Penduduk Gorontalo Kerja Medan
0.4
Informan
1
1
. 3 5 7
BAB I - FONOLOGI
9
1.1 1.1.1
Fonem-fonem dalam BG Vokal dalam BG
9 9
1.1.1.1
Deskrip si Vokal BG
10
1.1.1.2 1.1.2
Urutan Vokal dalam BG Konsonan dalam BG
11 12
1.1.2.1 1.2 1.2.1
Deskripsi Fonem Konsonan BG
Beberapa Gejala Perubahan Fonem dalam BG Gejala Sandi
13 26 26
1.2.2
Fonem Antara
28
1.2.3 1.2.4
Akhiran-a Varian Fonem dalam BG
29 29
1.2.4.1 1.2.4.2 1.3
Varian Vokal dalam BG Varian Konsonan dalam BG Tekanan Kata BG
30 30 31
BAB II - MORFGLOGI
• • • 32
2.1
Morfem
2.2
Kata Kerja BG
34
2.2.1
Peranan Jumlah Suku Kata dalam BG
34
2.2.2 2.2.2.1 2.2.3
Identitas Kata Kerja BG . 34 Ciri Morfologis Kata Keija BG 35 Perbedaan antara Kata Keija, ^ta Sifat, dan Kata
2.2.3.1 2.2.3.2
Perbedaan Kata Keija dengan Kata Benda Perbedaan Kata Kerja dengan Kata Sifat
36 37
2.2.4
Tipe Kata Kerja BG
37
Benda BG
• 33
-
36
VII
2.2.4.1 2.2.4.2 2.2.4.3
Kata Kerja Tipe moKata Kerja Tipe motiKata Kerja Tipe-um-
38 39 39
2.3 2.3.1 2.3.2
Imbuhan dalam BG Pengertian Waktu Pasangan Awalan-awalan dalam BG
39 40 42
2.3.3
Fungsi Gramatikal Imbuhan sebagai Pengubah Kelas Kata
BAB III - IMBUHAN DAN PENGIMBUHAN KATA KERJA 4g
3.1
Kategori mo-
3.1.1 3.1.2
AwalanmoAwalan lo-
3.1.3 3.2 3.2.1 3.2.2
54 Awalan gg Kategori mopogy Sifat-sifat Umum Awalan Kategori mopogy Awalan popo-, Simulfiks popo-/-a, pilopo- ........
3.3 3.3.1 3.3.2 3.4 3.5
Kategori moqoAwalan moqo- dan loqoAwalan poqoKategori mongoKategori moti-
gg gQ gg gj^ 52
3.5.1
Awalan moti- dan loti-
co
3.5.2 3.6 3.7
Awalan potiKategori motitiKategori meqi-
g^ g2 g^
3.7.1
Gabungan Awalan meqi- dengan Awalan Pembentuk
3.7.2 3.8 3.9 3.10 3.11
Imperatif yang lain gg Gabungan Awalan peqi- dengan Akhiran -a atau -i... 65 Kategori mohigg Kategori mologg Kategori meigy Kategori mopohugg
3.12
Kategori o-
3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19
Kategori topoKategori tapaKategori tonggoKategori tohuKategori tontoKategori toloSisipan dalam BG
3.19.1
Kategori -um-
Vlll
gg
y2 yg 74
3.19.2
Kategori-il-
75
3.20
Akhiran dalam BG
76
Kategori-a Akhiran-a sebagai Pembentuk Imperatif Akhiran-a sebagai Pengantar Obyek Akhiran -a sebagai Pengantar Keterangan
76 76 77 77
'3.20.1 3.20.1.1 3.20.1.2 3.20.1.3 3.20.1.4
Alomorf akhiran-a
78
3.20.2 3.21 3.21.1
Kategori-i Kategori-lo Fungsi -lo pada Kata Kerja Imperatif
79 80 80
3.21.2 3.22
Fungsi-lo pada Kata Kerja Bentuk Indikatif Kategori -po
81 82
3.22.1
Akhiran -po. pada Kata Kerja Bentuk Imperatif
3.23
Kategori Akhiran Kata Ganti (pronominal suffix)... 83
dan Bentuk Indikatif
83
BAB IV - KATA ULANG DALAM BG
87
4.1 4.2 4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.3 4.4
87 88 89 91 92 92 94
Bentuk Perulangan dalam BG Perulangan Sebagian Perulangan Suku Awal Perulangan Suku Tengah Perulangan Sebagian dengan Sisipan Fungsi Perulangan dalam BG Pengertianjumlah dalam Perulangan BG
BAB V - MORFEM PENUNJUK ARAH
95
5.1 5.2 5.3
95 98 99
Fungsi dan Posisi Morfem Penunjuk Arab Bentuk Kontraksi mai dan maqo Perbandingan BG dengan Bahasa Samoa
TEKS
I.
Piilu li Mohulintoli
II.
Terjemahan: Dongeng si Mohulintoli Catatan Kata-kata Keija Wungguli lo taa Mohutato ... Terjemahan: Cerita dua Orang Bersaudara Catatan Kata-kata Kerja
III.
Botu Liodu lei Lahilote
127
Terjemahan: Batu (ber)Bekas Kaki si Lahilote Cdtatan Kata-kata Kerja
131 135 140 146 152
IV.
Sipati lo Nabi Terjemahan: Sifat Nabi Catatan Kata-kata Kerja
101
106 Ill 117 120 .123
IX
DAFTAR KATA KERJA
156
I. II.
156 178
Bahasa Gorontalo — Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia — Bahasa Gorontalo
LAMPIRAN:
I.
Beta Pulau Sulawesi
II.
Beta wilayah kabupaten dan Kotamadya Goron
197
talo DAFTAR SINGKATAN KATA DAFTAR BUSTAKA
200 201
INDEKS
204
KATA PENGANTAR
Txilisan ini tidak lain daripada disertasi penulis untuk memperoleh
gelar doktor dalam ilmu-ilmu sastra khusus linguistik, yang penulis pertahankan pada upacara promosi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tanggal 7 Juni 1975. Sudah lama terkandurig maksud hati penulis untuk menerbitkan tulisan ini sebagm buku, namun keinginan itu tidak pernah kesampaian. Oleh karena itu, permintaan Indonesian Linguistics Development Project
(ILDEP) yang diwakili oleh co-managemya Dr.W.A.L.Stokhof kepada penulis untuk menerbitkan disertasi penulis, penulis
sambut dengan gembira dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya.
.
.
.
Tulisan-tulisan ilmiah mengenai baik bahasa maupun sastta
Gorontalo yang telah dipublikasikan masih sangat sechkit. Beberapa buah basil karya penulis-penulis asing adal^ tulisan-tulisan yang sudah agak tua karena diterbitkan pada akhir abad ke-19 (mn awal abad ke-20, seperti yang terlihat pada halaman 7 buku im. Tulisan-tulisan itu dapat kita temukan di Museum Pusat Jakarta atau di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Ini tidak berarti bahwa selama masa yang panjang itu tidak ada penelitian atau
penulisan tentang bahasa Gorontalo. Tulisan-tulisan mengenm bahasa Gorontalo berupa skripsi sarjana muda atau sarjana sudah agak banyak, tetapi tulisan-tulisan itu tidak dipublikasikan. Drs. Mansur Pateda dari IKIP Manado Cabang Gorontalo sudah
menyusun sebuah Kamus Bahasa Gorontalo yang apk lengkap, tetapi hasil pekerjaaimya itu sampai sekarang belum juga diterbit kan sebagai buku.
Bahasa Gorontalo sebagai salah satu bahasa daerah di Nus^taxa
ini perlu dipelihara terutama oleh para pemakainya sendiri. Di Kabupaten dan Kotamadya Gorontalo saja bahasa ini digunakan oleh lebih dari setengah juta orang sehingga dapat digolongkan
pada bahasa daerah yang agak besar jumlah pemakainya,jika dibandingkan dengan banyak bahasa daerah di Nusant^a mi yang hanya digunakan oleh beberapa ribu orang saja. Dominasi bahasa XI
Indonesia sebagai bahasa nasional terhadap bahasa-bahasa daerah smgat besar sehingga bila bahasa daerah tidak dengan sengaja dipelihara, besar kemungkinannya bahasa daerah lambat-laun akan
hilang. Salah satu usaha yang menunjang pemeliharaan bahasa dae
rah itu ialah mengajarkannya di sekolah-sekolah sebagai mata pelajaran, Untuk itu, perlu disediakan buku-buku terutama yang dapat menjadi pegangan guru yang mengajarkannya. Sekali lagi, pada kesempatan mi, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besamya kepada para promoter dan co-promotor yang telah membimbing penulis selama masa penelitian dan penulisan disertasi yaitu Prof.Dr.J.C.Anceaux, Guru Besar pada Fakultas Sastra Universitas Leiden, Belanda, Prof.Dr.J.W.M.Verhaar, Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Sas tra Universitas Indonesia, dan Prof.Dr.Amran Halim, Ketua Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, juga kepada semua pihak yang telah memberikan jasanya sehingga tulisan ini dapat berwujud. Penulis
xn
PENDAHULUAN
0.1 GORONTALODARISUDUTSEJARAH
Menurut dongengnya, daerah Gorontalo yang ada sekarang ini berasal dari sebuah pulau. Lama-kelamaan air laut sekitar pulau itu surut dan di sekitar pulau itu tampaklah daerah yang luas dengan
tiga buah gunung di tengah-tengahnya, masing-masing bemama Gunung MalenggalUa, dan Gunung Tilonggabila, yang kemu^an berubah namanya menjadi Tilongkabila. Gunung yang ketiga tidak bernama. Sebuah lembah di sebelah selatan Gunung Tilongkabila
itulah yang bernama Hulontalangi, daerah yang kemudian berna ma Hulontalo atau Gorontalo.
Bermacam-macam pendapat orang mengenai arti kata hulonta langi. H.M.Liputo'^ mengatakan, bahwa kata hulontalangi ber asal dari dua patah kata, yaitu kata huluntu yang berarti lembah' dan kata langi yimg berarti 'mulia'.Jadi, hulontalangi berarti lem bah yang mulia'. Kuno Kuluku^ mengatakan, bahwa hulontalangi berasal dari kata huntu yang berarti 'onggokan'(tanah, dan seba-
gainya) atau 'pematang', dan langi-langi yang berarti 'tergenang'. Jadi, hulontalangi berarti 'daratan yang tergenang air' sesuai de ngan dongeng asal daerah ini.
Dari Kantor Jawatan Kebudayaan Kotamadya Gorontalo penulis terima dtia macam keterangan.
Pertama: Orang-orang Bugis, yang mula-mula datang ke Goron talo, dari arah laut melihat punc£ik tiga buah gunung, yaitu gunung yang sudah disebutkan di atas, lalu menamai negeri ini Gunung
Tellu yang artinya 'tiga buah gunung'. Dalam bahasa Gorontalo disebut huHdu tihengo artinya 'gunung tungku', karena ketiga buah gunung itu letaknya berdekat-dekatan seperti tiga buah tung ku. Gunung Tellu dalam ucapan bangsa Gorontalo menjadi Hulon talo.
Kedua: Suku Suwawa biasa datang ke pantai Gorontalo untuk
berdagang. Di sini mereka menun^ barang-barang yang mcreka butuhkan untuk dibeli, lalu dibawa pulang ke daerah mereka. Oleh sebab itu, mereka namai tempat itu pogulatalo yang berarti 'tem-
pat menunggu'. Kemudian kata pogulatalo (gulatalo) bembah menjadi hulontalo. Mana di antara pendapat itu yang benar sukar ditentukan, karena masa telah berlalu berabad-abad, sedangkan sumber tertulis
yang tua sama sekali tidak terdapat. Oleh penduduk asli, negeri ini dinamai juga Lipu lo Hulontalo atau Lipu Limo lo Pohala'a. Pada awal abad ke-17, terbentuklah Uduluo Limo lo Pohala'a, gabungan lima buah kerajaan. Uduluo Limo lo Pohala'a artinya
'dua, lima kerajaan'. Kata pohala'a berasal dari kata wala'o yang berarti 'anak' dan pohala'a berarti 'keturunan' atau 'puak', yang kemudian juga dimaksudkan 'kerajaan' yang terbentuk dari puak itu.
Kelima buah kerajaan yang bergabung itu ialah: Pohala'a Bone-
Suwawa dan Pohala'a Gorontalo Limboto (keduanya disebut uduluo 'yang dua'), Pohjda'a Bintauna, Pohala'a Atinggola dan Pohala'a Bulango (kelima pohala'a itu disebut Uduluo lo'u Limo
lo Pohala'a).^ Kerajaan Uduluo ialah kerajaan yang terbesar di antara kelima kerajaan itu dan keduanya terdiri pula masing-masing atas dua buah kerajaan.
Pada akhir abad ke-19, gabungan kerajaan-kerajaan itu bembah pula namanya menjadi Limo lo Pohala'a saja dengan umtan lain sebagai berikut; Pohala'a Gorontalo, Limboto, Bone, Atinggola, dan Boalemo (Plaga, 1931-187). Dalam perjalanan sejarah, Pohala'a Gorontalo dan Limboto ber-
kembang menjadi kerajaan-kerajaan besar dan berpengaruh. Sayang sekali kedua kerajaan ini sering terlibat dalam peperangan sesama mereka sehingga akhirnya berpisah, lalu masing-masing berdiri sendiri.
Pohala'a Suwawa dan Bintauna kemudian meleburkem diri ke
dalam Pohala'a Bone, setelah beberapa Isima rakyat kedua pohala'a itu berada di bawah pengawasan dan kekuasaan raja Bone oleh
karena mangkatnya raja Suwawa, dan kemudian disusul lagi oleh mangkatnya raja Bintauna.
Pohala'a Bolango juga hilang dan sebagai penggantinya puak Boalemo membentuk sebuah pohala'a (kerajaan). Puak ini berasal dari Boalemo (Luwuk), menempati daerah sebelah barat dan lamakelamaan berkembang menjadi satu puak yang besar. Rakyat Po hala'a Bolango yang disebut-sebut dalam Uduluo lo'u Limo lo Po
hala'a menjadi terpecah-pecah, sebagian bergabung dengan puak Gorontalo, sebagian dengan puak Atinggola dan sebagian lagi berpindah ke kerajaan Bolaang Mongondow. Limo lo Pohala'a ini lama berada di bawah kekuasaan Kesul-
tanan Temate. ^ Kekuasaan Temate atas Gorontalo baru berakhir
setelak Oost-Indische Compagnie (OIC) mulai menanamkan kekuasaannya di sana. Tahun 1677 Gubernur Maluku Padtbrugge mengunjungi Goron
talo dan mempersiapkan kontrak antara Gorontjdo dan OIC yang baru diresmikan pada tahun 1681 (Haga, 1931:191). Setelah OIC mengambil alih kekuasaan ata? Gorontalo dan Limboto, maka dengan sendirinya kekuasaan Gorontalo dan Limboto atas daerahdaerah jajahannya di Teluk Tomini diserahkan pula kepada OIC. Daerah jajahan Gorontalo ialah: kerajaan Tomini, Ampebabo, Ti-
nombo dan Parigi, sedangkan daerah jajahan Limboto ialah: kera jaan Toli-toli, Buol, Poso, Tojo, dan Ampana.
Lama sebelum kedatangan OIC, Gorontalo telah mempunyed suatu tradisi demokrasi. Pemerintahan raja-raja mengenal apa yang disebut di sana Bantayo Pobo'ide yaitu semacam "parlemen" atau
"dewan perwakilan rakyat". Segala hal yang menyangkut persoalan negeri dimusyawarahkan di Bantayo Pobo'ide itu antara maharaja, raja-raja, pembesar-pembesar negeri, dan ketua-ketua adat. Demikianlah penobatan dan pemakzulan seorang raja selalu diten.tukan melalui musyawarah itu. Seorang calon raja dapat saja ditolak oleh majelis musyawarah itu, karena misalnya pribadi calon raja itu tak disukai oleh rakyat atau karena calon raja itu seorang yang kurang baik wataknya, sehingga dianggap kelak dia tak dapat memajukan dan melindungi rakyatnya. Namun, kebiasaan ini pun hams dilepaskan karena pemerintah Belanda yang berkuasa menetapkan lain.
Setelah kekuasaan Belanda menjadi mantap, pemerintah Belan
da menetapkan bahwa raja serta pembesar negeri yang lain diangkat dan diberhentikan dengan keputusan pemerintah Belanda. Raja yang menentang kehendak pemerintah Belanda atau yang
tindalmnnya memgikan kepentingan Belanda ditangkap dan diasingkan, misalnya ke Ambon atau ke Sailan. Tepatnya, kebiasaan
memilih raja itu berakhir pada tahun 1792. ^ Tahun 1816 Gorontalo mulai diperintah oleh seorang Asisten
Residen, dan pada tahun 1824 Gorontalo atau Limo lo Pohala'a
menjadi Afdeling Gorontalo. Pangkat raja ditiadakan. Wilayah kepcmerintahan dibagi atas distrik dan onderdistrik yang masing. masing dikepalai oleh seorang jogugu dan marsaole yang diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah Belanda. Demikianlah berlangsung sampai pecah Perang Dunia kedua. 0.2 BAHASA, WILAYAH, DAN PENDUDUK GORONTALO
Bahasa Gorontalo (BG) adalah salah satu bahasa daerah di Indo-
nesia, yang dipakai oleh penduduk asli di wilayah Swatantra Tingkat II/Kabupaten Gorontalo dan Wilayah Kotamadya Gorontalo. Wilayah ini termasuk Wilayah Swatantra Tingkat I/Provinsi Sula wesi Utara, terletak di jazirah utara Pulau Sulawesi antara garis
121° 20'5" dan 123° 40'6"bujur timur dan antara garis 0° 20^3" dan l'lO"hntang utara. Di sebelah utara, wilayah ini berbatas dengan Laut Sulawesi; di sebelah timur, dengan Kabupaten Bolaang Mongondow; di se belah selatan, dengan Teluk Tomini; dan di sebelah barat, dengan Kabupaten Buol/Toli-toli, yang termasuk wilayah Provinsi Sula wesi Tengah. Luas wilayah ini seluruhnya 11.762 km^. Daerah Kabupaten Gorontalo terbagi atas 16 daerah kecamatan,
yaitu kecamatan-kecamatan: Limboto, Talaga, Tapa, Kabila, Suwawa, Bonepante, Kwandang, Atinggola, Sumalata, Paguyaman, Tilamuta, Paguat, Marisa, Popayato, Batuda'a, dan Tibawa. Wilayah Kotamadya Gorontalo terbagi atas 3 buah kecamatan yaitu kecamatan-kecamatan Kota Utara, Kota Selatan dan Kota Barat.
Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Gorontalo menurut sensus tahun 1973 adalah 419.349 jiwa dan penduduk Kotamadya
87.201 jiwa. ^ Suku bangsa ini, melihat kenyataannya, dapat digolongkan kepada suku bangsa yang senang merantau, mencoba mengadu nasib di perantauan. Mereka mendatangi daerah-daerah sepanjang pantai Teluk Tomini, bahkan menyebar di seluruh Provinsi Sulawesi Te
ngah. Kotamadya Manado sebagian besar penduduknya adalah orang-orang Gorontalo yang hidup sebagai pedagang kecil di pasar, atau bekeija sebagai buruh kasar. Banyak sekali yang menjadikan kota-kota besar seperti Ujung Pandang, Surabaya,dan Jakarta se bagai tempat tinggalnya yang tetap. Belum diadakan sensus terhadap perantau-perantau ini,tetapi menurut perkiraan,juinlzih me reka besar sekali.
Penduduk wilayah ini pada umumnya berbcihasa ibu bahasa Gorontalo. Penduduk Kecamatan Suwawa, Bonepante,dan Ating gola berbahasa ibu bahasa Suwawa(Bune), namun pada umumnya mereka menguasai juga BG hampir sama baiknya dengan penguasaan atas bahasa ibu mereka sendiri, karena BG merupakan bahasa penghubung antar individu dalam pergaulan masyarakat sehari-hari di wdayah Gorontalo, di samping bahasa nasional, bahasa Indone sia (BI).
Bahasa Gorontalo tidak memiliki aksara sendiri seperti bahasa Jawa, Sunda, Bugis dan Batak. Setelah agama Islam berkembang
di daerah ini, aksara Arab dipakai untuk menuliskan BG. Tetapi tidak terdapat banyak naskah dari abad-abad terdahulu. Tulisan yang ada mengenai Gorontalo kebanyakan ditulis oleh orangorang Belanda mulai akhir abad ke-19, dalam bahasa Belanda. Yang pemah mempublikasikan karyanya khusus yang berhubungan dengan BG ialah:
J.G.F.Riedel, 1869 "De bekentenis van eenen Holantsdoschen Ponggoh", Tijd 17, halaman 270-278. 1871 "Bijdrage tot de kennis van de Holantalosche Volksliederen", Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, Zalt-Bommel, Amsterdam, halaman 161-197.
1875 "De Gouden Armband (Pateda Hulawa)", Tijdschrift voor Indische taal-. Land- en Volkenkunde, Batavia, halaman 209-234.
Wilhelm Joest, 1883 Zur HolontaloSprache, Von Gebr, Unger (Th.Grimm), Berlin.
J.Breukink, 1906 Bijdragen tot eene Gorontalo'sche Spraakkunst, M.Nijhoff,'s-Gravenhage.
E.E.W.G.Schroder, 1908 Gorontalosche IFoorden/yst.M.Nijhoff, 's-Gravenhage.
Ditinjau dari segi linguistik modem,apa yang sudah ditulis kurang lebih 70—100 tahun yang lalu itu masih kurang memuaskan, ■vvalaupun tak dapat dikatakan tak ada gunanya atau tak dapat dimanfaatkan. Beberapa pendapat yang tidak penulis setujui menge nai teori. Breukink akan penulis singgung juga dalam uraian penulis nanti.
Walaupun dalam rencana pelajaran sekolah-sekolah di Indonesia dewasa ini tercantum mata pelajaran bahasa daerah, BG tidak di-
ajarkan di wilayah Gorontalo, berhubung dengan tak adanya bukubuku baik buku bacaan, maupun buku tata bahasa dan sebagainya
yang dapat dipakai gum sebagai buku pegangan dalam mengajarkan bahasa dan aturan-aturan bahasa.
0J KERJA MEDAN (FIELD WORK) Bahasa Gorontalo termasuk salah satu bahasa yang mmit stmktur-
nya. Dalam proses pembentukan kata kerja dengm jumlah imbuhan (affix) yang demikian besarnya, kesukaran sering timbul karena
perso^n morfofonemik. Pembahan fonem yang sering ditemui karena penderivasian morfem dasar hamslah dikuasai benar. Jika tidak, akan sukarlah mengetahui bagaimana terjadinya seluk-beluk bentukan-bentukan itu dan bagaimana penggunaannya dalam stmktur kahmat tertentu.
Rahasia kerumitan BG temtama terletak pada bentuk kata ker-
janya. Menguasai bentuk kata keija BG, berarti mempermudah
penguasaan atas struktur kalimat serta artinya. Itu sebabnya percobaan menyusun aturan BG secara menyeluruh penulis mulai dengan pendeskripsian kata kerjanya termasuk arti dan fungsi imbuhan.
Penulis sering menemukan kesalahan yang dibuat oleh penulis terdahulu, termasuk putra Gorontalo sendiri dalam menuliskan kata-kata bentukan BG. Haruslah ditentukan dahulu mana di anta-
ra morfem-morfem yang ada itu morfem bebas (free morpheme)
dan mana morfem terikat(bound morpheme). Morfem terikat pun hams pula dibedakan, mana yang terikat secara morfologis flan mana secara sintaktis. Dengan demikian diketahui mana imbuhan
yang hams dirangkaikan penulisannya dengan morfem dasar dan
mana kata tugas (function word) yang hams dituliskan terpisah. Tanpa mengetahui perbedaannya secara tepat, besar kemungkinan terjadi kesalahan menuliskan kata bentukan secara tepat atau salab memenggal kata.
Cara yang penulis tempuh untuk memperoleh data yang diperlukan ialah;
dengan mendengarkan percakapan pemakai bahasa secara langsung; mendengarkan pidato-pidato yang diucapkan dalam BG
oleh para petugas Jawatan Penerangan daerah; mendengarkan khotbah-khotbah di mesjid; mendengarkan riwayat Nabi Muham mad saw. yang dibawakan dalam acara khusus untuk itu; dengan merekam cerita-cerita ymg dalam BG disebut tanggo-
mo (cerita mengenai peristiwa yang benar-benar pernah terjadi) yang dibawakan oleh pelipur lara; merekam pula riwayat Mi'raj Nabi Muhammad yang sudah disebutkan di atas tadi; merekam
pula percakapan langsung para pemakai bahasa yang memberikan
juga kemungkinan memperoleh data bam atau yang agak lain daripada apa yang sudah penulis kumpulkan;
dengan menelaah bahasa dari cerita-cerita rakyat yang sudah dikumpulkan oleh mahasiswa IKIP Gorontalo yang didapat pe nulis dari IKIP Gorontalo;
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terarah yang telah
dipersiapkan dari mmah untuk memperoleh data yang diperlukan, baik dari informan tetap maupun dari pemakai bahasa yang mana saja. Karena bahasa yang diteliti ini adalah bahasa ibu yang masih dikuasai — temtama setelah mengadakan penelitian selama 4 bulan pada tahun 1972 dalam rangka kerja penelitian Proyek Leiden — maka dari mmah telah penulis susun sejumlah pra-
anggapan yang dipakai sebagai petunjiik dalam mengajukan pertanyaan. Penulis sering sekali memakai metode elisitasi. 6
Dari informan diminta kalimat-kalimat sederhana untuk menge-
tahui prosede-prosede morfologis kata keija yang sedang diteliti untuk mengetahui valensi morfologisnya. Penulis kemudian mengelompokkan kata-kata yang telah dikumpulkan ke dalam korpus untuk menentukan kategori. 0.4 INFORMAN
Dalam mengumpulkan data yang penulis perlukan, penulis menggunakan beberapa orzing informan tetap yaitu: (i) A.I.Anasiru, umur 53 tahun (ii) Ahmad Baga,umur 51 tahun (iii) A.Monoarfa, umur 63 tahun
Di antara ketiga informan tersebut, A.I.Anasiru merupakan informan utama, yang boleh dikatakan setiap hari membantu pe nulis mencari kata, memberikan contoh pemakaian bentukan kata
dan pemakaiannya dalam kalimat. Hal-hal yang meragukan didiskusikan. Bila ada yang belum jelas atau agak meragukan, barulah dibawa kepada informan kedua dan ketiga untuk ditanyakan pendapatnya.
Ketiga informan tersebut putra Gorontalo asli yang dalam kehidupan sehari-hari selalu memakai bahasa Gorontalo. Di samping informan tetap yang disebutkan di atas, satu dua pertanyaan disampaikan kepada informan tidak tetap, seperti Kuno Kaluku, seorang tua yang dianggap oleh masyarakat banyak tabu tentang seluk-beluk bahasa Gorontalo. Terhadap informan seperti ini pe nulis harus berhati-hati, sebab sebagian pendapatnya tak dapat diterima oleh teori linguistik.
Bering juga penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
responden yang buta huruf dari kalangan rakyat biasa atau dari orang-orang yang hanya sekedar tabu membaca dan menulis. CATATAN:
1 M.H. Liputo,Sejarah Goronte/o,jilidV,Volksdrukkerij Gorontalo, 1947,halaman 14. ^ Informan.
3 M.H.Liputo, Sejarah Gorontalo, 111, Volksdmkkerij Gorontalo, tanpa tahun, ha laman 20.
^ Dari kepustakaan yang penulis selidiki tidak penulis temukan tanggal yang tepat bda Gorontalo mulai menjadi jajahan Ternate, tetapi Pf ±1 ke-16, karena Gorontalo resmi mengakui agama Islam tahun 1566 (Liputo, VIIl, 1949-31), sedangkan agama Islam di Gorontalo masuk melalui Ternate yang
lebih dahulu menerima agama Islam.
Raja Gorontalo terakhir, yang diangkat oleh dewan rakyat Gorontalo, dan disetujui juga oleh pemerintah Belanda, ialah Puteia Monoaifa; beliau menggantikan baginda Botutige.
Semua data mengenai luas wilayah, pembagiannya serta jumlah penduduk diambil dari Kantor Kotamadya dan Kantoi Kabupaten Goiontalo.
BAB I
FONOLOGI
Tidak menjadi tujuan dalam tulisan ini untuk membicarakan seca-
ra panjang lebar hal-hal yang bersangkut-paut dengan fonologi BG, tetapi untuk menghindari ketidakjelasan mengenai apa yang akan diuraikan nanti pada bab morfologi, perlu rasanya kita meninjau terlebih dahulu fonem-fonem BG,terutama hal-hd yang menyangkut persoalan morfofonemik. 1.1
FONEM-FONEM DALAM BG.
Dalam BG terdapat sejumlah 5 buah fonem vokal dan 23 buah fonem konsonan.
Vokal-vokal itu ialah: Konsonan-konsonan ialah:
/ /
a,
O,
p. t,
b. d,
s,
—
—
—
—
—
k,
u, m, —
—
—
C,
e,
n,
1, r,
i / mb, —
w, —
nt,
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
j.
n
nj.
g>
n.
vs>
y. —
q.
h
I
1.1.1 VOKAL DALAM BG
Klasifikasi vokal-vokal dalam BG dapat dilihat pada tabel di bawah ini. TABEL I Klasifikasi Vokal BG
tengah
depan bit
takb.
bit
takb.
belakang bit
tinggi
i
u
sedeing
e
o a
rendah Keterangan tabel:
bit takb.
bulat
takbulat
takb.
Dalam BG, dua vokal yang sama berurutan diucapkan sebagai vokal panjang,misalnya: toonu 'mana',paapa 'ayah', teeto 'di situ', diucapkan[to:nu, pa:pa, te:to ].
Pada umumnya kelima buah vokal dalam BG itu dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir. Karena BG bahasa vokalis,
tidak terdapat konsonan pada akhir suku kata. Setiap kata atau suku kata selalu diakhiri dengan vokal. 1.1.1.1 Deskr^si Vokal BG
a[ a. ]vokal rendah, takbulat, tengah; terdapat pada posisi awal seperti pada aato 'capai', apula 'anjing' dan pada posisi tengah dan akhir seperti pada daha 'jaga', wadala 'kuda'.
Oposisi antara vokal a dengan vokal yang lain dibuktikan oleh pasangan kata di bawah ini.
bala 'pagar' bali lawan' bangu 'bang'
bola 'benang' boli 'patah' bongu 'bangun'
tola
'salah'
tola
'ikan'
bala
'pagar'
bele
'rumah'
hale
'perangai'
hele
'udang'
a-o
a-e
tambo 'kubangan' tembo 'waktu'
kaka bali talu walu
'abang' 'lawan' 'depan' 'delapan'
keke 'jangan' bull 'utang' tulu 'api' wulu 'manik-manik'
baya 'muka'
buyu '(ikan) tongkol'
tala buqa
'salah' 'pisah'
tali buqi
'beli' 'boneka'
bate tapu
'batik' 'daging'
bite tipu
'dayung' "'petik'
a-u
a-i
o[ 0]vokal sedang, bulat, belakang; terdapat baik pada posisi awal, tengah, maupun pada posisi akhir seperti pada ka ta odia 'begini', odito 'begitu', huloqo 'duduk'. Vokal a
beroposisi dengan vokal lain seperti dibuktikan oleh pa sangan kata di bawah ini. wolo 'apa' wulo
'basuh'
bola 'benang' bala 'pagar' tapo 'asap(i)' tapi 'buang' tambo 'kubangan' tambe 'gantung'
o-u
o-a o-i o-e
^[ Bi]vokal sedang, takbulat, depan; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir seperti pada kata-kata elepoonu 10
'meskipun', eleqeto 'derak', mate 'mati, tete 'kucing'. Vokal e beroposisi dengan vokal-vokal lain seperti dibuktikan oleh pasangan kata di bawah ini. bele
'rumah'
tembe 'sirih'
bule pate
bala
'pagar'
e-a
tembo 'waktu'
'jerih lelah' buli 'pukul' patu
e-o
'utang' 'panas'
e-i e-u
[ M 1 vokal tinggi, bulat, belakang; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir, seperti pada kata-kata udu'tikus', utu
u
'kutu', botulo 'naik',putungo 'jantung pisang'.
Vokal u beroposisi dengan vokal-vokal lain seperti dibuktikan oleh pasangan kata-kata di bawah ini. u-a buli 'utang' bali 'lawan' u-o buli 'utang' boli 'patah' u-e patu 'panas' pate 'pukul' u-i tapu 'daging' tapi 'buang'
i [ i ] vokal tinggi, takbulat, depan; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir seperti pada kata-kata ilito 'iris', pali luka', bibiqo 'itik'.
Vokal I beroposisi dengan vokal-vokal lain seperti dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata di bawah ini.
1.1.1.2
bali tapi
lawan' 'buang'
hile
'minta'
bala tapo tapu hele
'pagar' 'asap(i)' 'daging' 'udang'
i-a i-o i-u i-e
Urutan Vokal dalam BG
Kemungkinan urutan vokal-vokal BG sebagai berikut: aa
hamaa!
'ambil!'
laala
'telaniang'
molao
lumaodu tuwau
'lewat' 'satu'
lai
'bulu'(burung)
au
tau
'mengirim' 'orang'
ai
mai
'mari'
ao
oa
roa
'ikan-terbang'
ou
lou-lou
'sikap punggung membungkuk'
oe
soe
oi
doi
'sial' 'duit' 'takut' 'merah'
eo
moohe meela wulea moheo
eu
tuweu
'menenun' 'satu'
ei
tei Ama
'si Amat'
oo ee ea
buloe
mayang
boi
babi' mana' berkebun'
toonu
meengi
'punggung'
bitea
dayung!'
mohiiheo tuutuweu
lama' sama'
mohei
beranjak' 11
uu ua uo ui ia io
huulio bua huodu hui tiito odia tio
ie
botie
11
tunangannya' wanita'
luanti
ingus'
tumuoto
malam'
molui
dia'(perempuan) begini' dia'
into hutia hio
ini'
tiie
cacing 'masuk'
'beristinjak' 'pulau' 'rotan' 'lidi'
'perempuan ini'
1.1.2 KONSONAN DALAM BG
Seperti sudah dikatakan di depan, dalam BG terdapat 23 buah konsonan. Konsonan ganda /mb, nt, Tjg, nj / dianggap sebagai satu fonem walaupun dituliskan dengan dua buah huruf. Alasannya ialah bahwa pada umumnya dalam BG tidak terdapat klaster (cluster). Konsonan-konsonan tersebut tidak penulis golongkan pada klaster sebab fnerupakan kombinasi tetap. Lagi pula tidak terdapat kombinasi konsonan / m, n,n, t? / dengan konsonan lain. TABELII
Klasifikasi Konsonan BG daerah artikulasi sifat ucapan
letup frikatif desah
tb b
bilabi-
api-
al-
al dorveo-
ko-
ve-
den-
0-
al
tal
lar
P b
t
pa-
d
latal
(c) j
so-
glot
ve-
tal
lar k
tb b
h
tb desis
b
(s)
lateral
b
1
getar
b
(r)
iaasd
b
m
n
nasal/letup
b
mb
nt
semivokal
b
w
(n) (nj) y
Keterangan tabel: fonem pinjaman tb — takbersuara: b — bersuara
12
q
(g)
V
Vg
Kalaupun ada kita jumpai dalam BG klaster atau kelompok konsonan yang lain daripada yang disebutkan di atas, maka itu hanya terdapat pada kata-kata pinjaman yang diambil secara mutlak, artinya tidak disesuaikan dengan sistem fonem BG. Namun sebagai sudah penulis kemukakan dalam uraian penulis terdahulu, persoalan fonologi tidak menjadi obyek penelitian utama penulis. Itu
sebabnya penulis tidak ingin masuk dalam penafsiran ekafonemis atau bifonemis daripada fonem-fonem di atas, karena melampaui batas deskripsi tentang inventaris fonem dalam tulisan ini. Pada Tabel II penulis gambarkan deskripsi pengklasifikasian konsonan-konsonan BG. 1.1.2.1
Deskripsi Fonem Konsonan BG
P[ ? 1 konsonan takbersuara, letup, bilabial; hanya terdapat
pada posisi awal dan tengah,seperti pada kata pa/i 'luka',
peedi 'racun', mopatu 'panas'. Dengan pasangan kata-
kata yang berkontras di bawah ini dibuktikan oposisi konsonan p dengan konsonan-konsonan lain. pali
luka'
paali 'paman' tapo 'asap(i)' pali
'luka'
putu
'potong'
maali
lawan' Ijibi'
tambo
'kubangan'
tali dutu
'beli' letak' 'ibu'
ball
paapa 'ayah'
naana
tapu 'edging'
tantu
tapi
'buang'
pipiqo 'tepis, gelepar' pohu 'empedu' tapo 'asap(i)'
tali
kikiqo
p-b p-m
p-mb p-t
p-d p-n
p-nt
'tentu' 'beli' 'kecil'
p-1 p-k
gohu '(semacam) asinan'
tapu
'daging'
tango tanggu taqu
putu
'potong'
Hutu
pali
luka'
wali
tapu
'daging'
' cabang' 'alang' 'kepala' 'buah pehr'
yali
'wali' 'makcik'
tau
'orang'
P-g p-ng
P-ngg p-q
p-h p-w p-y
p-0
h[ h ] konsonan bersuara, letup, bilabial; hanya terdapat pada posisi awal dan tengah, seperti pada kata boi habi, biqo 'bubur tepung', olobu 'kerbau', lebe lebih'. Oposisi konsonan b dengan konsonan lain dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata berkontras di bawah ini. bali bate butu
lawan' 'batik' 'mata air'
pali mate
'luka' 'mati'
tutu
'tetek, susu'
b-p
b-m b-t
13
boi
'babi'
doi
'duit'
b-d
baaba
'ayah'
naana
'ibu'
b-n b-s b-1 b-r b-k
bubu
'bisu'
subu
bala
'pagar'
lala
bata
rata
boi
'basah' 'babi'
'subuh' 'nanah' 'rata'
koi
'ranjang'
bohu
'baru, bara'
gohu
'asinan'
bubu
"bisu'
bunggu
'bungkuk'
tubo
'sembah' 'mata air'
tuqo
'muntah'
butu
hutu
'buah pelir'
b-h
bule
'jerih lelah'
wule
b-w
bali
'lawan, bola'
yali
'sandaran' 'makcik'
tabu
'kuah'
tau
'orang'
b-0
b-g b-ngg b-q
b-y
m[m ]konsonan bersuara, nasal, bilabial; hanya terdapat pada posisi awal dan tengah, seperti pada mate 'mati', moohe 'takut', hama 'ambil', tiamo 'ayah'. Konsonan m beroposisi dengan konsonan lain seperti dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata yang berkontras di bawah ini. maali lamuto
moonu
lomo wolomo mootoro
'bibi'
paali
'merah muda'
labuto lambuto
'harum' 'rendam' 'enam' 'motor'
toonu
paman
'alangan' •bulu' 'dari'
wololo kootoro
'rindu' 'kotor'
mama
'sirih pinang'
gaga
'halau'
langi
m-b m-mb m-t
mana
lonto
lami
m-p
m-nt
m-1 m-k 'gagah' m-g 'belah-belah m-l
tapak kaki' lomu-lomu 'berlumur'
longgu-longgu 'men- m-
lami
laqi lahuto
cuat' ngg 'laki-laki' m-q 'renggut' m-h
'halau'
lamuto
'merah muda'
maatia
'ada'(di sini)
waatia
'saya'
m-w
lamahu lami
'cantik'
layahu
'layar'
m-y
'halau'
lai
'bulu'
mh[mb]konsonan bersuara, nasal/letup, bilabial; hanya terda pat pada posisi awal dan tengah, seperti pada kata mbuuqi 'tuanku' (kata sapaan kepada permaisuri), tembe 'sirih', tambo 'kubangan'.
Kata pinjaman yang dalam b^asa asalnya berkelompok konsonan mp disesuaikan dengan sistem fonem BG
menjadi mb, misalnya tempo (Indonesia) menjadi 14
tembo, tempat (Indonesia) menjadi taambati.
Konsonan mb beroposisi dengan konsonan lain dibuktikan oleh nasangan kata-kata di bawah ini. tapo
'asap(i)' mb-p
tabo
'pisang mentah'
lami
lemak' 'halau'
'sirih' .
tete
'kucing'
mb-t
wambaqo
'hanya'
walaqo
Iambi
'pisang mentah'
mb-I mb-c
tambo
'kubangan'
lad tango
'anak' laci'
'kubangan'
tambo Iambi tembe
Iambi
'pisang mentah'
lahi
'cabang' xrib-ng 'curi' mb-q 'minggat' mb-h
wambaqo
iianya'
wawaqo
'badan'
mb-w
lai
'bulu'
mb-^
taqo
'pisang mentah'
Iambi
t[ t
mb-b mb-m
7 konsonan takbersuara, letup, apikodental; hanya terda-
pat pada posisi awal dan tengah, seperti pada kata tete 'kucing', teteqo 'lari', toqutoonu 'di mana'. Pembuktian
oposisi konsonan ini dengan konsonan Iain tampakpada pasangan-pasangan kata yang berkontras di bawah ini. tali
"beli'
lati
'setan'
tete
'kucing' 'tugal' 'kakak perempuan'
tuhelo taata
tali tango tame
tete
tulu
tango
'beli'
'cabang' 'tangkis' 'kucing' api
'cabang'
'mata air' butu 'setan' lati tuhelo 'tugal' 'beli' tali lati
'setan'
ball
'lawan, bola'
pali
'luka'
lami 'halau' tembe 'sirih' duhelo 'dada' naana 'ibu'
ntali 'ayuh' lango 'lalat' rdme
'ramai'
keke 'jangan' gulu 'guru' ngango 'mulut' bunggu'bungkuk' laqi 'laki-laki' huhelo 'guncang' wali
'wali'
yali
'makcik'
lai
'bulu'
t-b t-p t-m
t-mb t-d t-n t-nt
t-1 t-r
t-k
t-g t-ng t-ngg t-q t-h t-w
t-y t-'
uolio 'kepunyaannya' berasal dari uolo tio. Bentukan uolo waatia dipakai di samping bentuk uolaatia, ha-
mun frekuensinya agak kecil. Bentukan uolo waqu dan uolo tio sama sekali tidak kita jumpai. 27
Dalam BG, gejala sandi ini banyak kita temui. Penulis berikan lagi beberapa contoh.
hamaala loolo? 'akan diambil dengan apa?' berasal dari hamaala to wolo?
botulai 'naiklah (kemari)!' berasal dari botulo mai
botulaqo! 'naiklah (ke situ)!' berasal dari botulo maqo! 1.2.2
FONEM ANTARA
Pada pembentukan kata kerja dengan akhiran persona (sebagai pelaku) dalam BG, beberapa macam bentukan kita temukan. Kalau
bentukan-bentukan sejeriis kita kelompokkan, akan terlihat kepada kita suatu aturan yang tetap.
Pada morfem dasar bersuku tiga atau lebih, akhiran persona ditambahkan saja di belakang morfem dasar tanpa tambahan atau perubahan apa-apa, misalnya: md. bintaqo; momintaqo 'mengangkat' bintaqoqu 'kuangkat' bintaqomu 'kauangkat' bintaqolio 'diangkatnya'.
md. pututo; momututo 'membungkus' pututoqu pututomu pututolio
'kubungkus' 'kaubungkus' 'dibungkusnya'.
Pada contoh di atas kita lihat bahwa akhiran persona -qu 'ku-', -mu 'kau-', -lio '(di-)-nya' diletakkan begitu saja di belakang mor fem dasar. Tidak demikian halnya apabila morfem dasar itu bersu ku dua.
Morfem dasar bersuku dua bervokal akhir a mendapat tambahan a (sebagai fonem antara) sebelum diberi akhiran persona, misal nya:
md. harm; menjadi hamaaqu 'kuambil', hamaamu 'kauambil', hamaa/io'diambilnya'.
md. daha; menjadi dahaaqu 'kujaga', dahaamu 'kaujaga', dahaalio 'dijaganya'. Apabila morfem dasar bervokal akhir e, maka fonem antara
yang ditambahkan di belakang morfem dasar itu sebelum akhiran persona dilekatkan bukan a melainkan e, misalnya:
md. pate; menjadi pateequ 'kupukul', pateemu 'kaupukul', pateelio 'dipukulnya'.
md. lahe;
menjadi laheequ 'kurebus', laheemu 'kaurebus',
laheelio 'direbusnya'. Morfem dasar bersuku dua beravokal akhir , u, dan o menda-
28
pat fonem antara o, kemudian baru diberi akhiran persona, misalnya:
md. tali; menjadi talioqu 'kubeli', taliomu 'kaubeli', taliolio'dibelinya'.
md. tubu; menjadi tubuoqu 'kutanak', tubuomu 'kautanak', tubuolio 'ditanaknya'.
md. delo; menjadi delooqu 'kubawa', deloomu 'kaubawa', deloolio 'dibawanya'. 1.2.3 AKfflRAN-a
Akhiran -a ini perlu dibicarakan lebih dahulu agar bentuk derivasi kata keija bierjJdiiran -a yang sering akan diberikan nanti, dapat diketahui, sebab bentuknya bermacam-macam seperti akan tampak pada contoh-contoh berikut.
(i) Pada morfem dasar bersuku dua, atau yang bersuku tiga atau lebih bervokal akhir i, akhiran -a ditambahkan di belakang morfem dasar itu, misalnya: md. delo; Deloa! 'Bawa!' Deloalo!'Bawalah!'
odeloaqu 'akan terbawa olehku'
ilodeloaqu 'terbawa olehku'(pr. ter.) md. wungguli; Wunggulia mai olaqu! 'Ceritakan kepadaku!' Ilowungguliaqu olio. 'Terceritakan olehku kepadanya'.
(ii) Pada morfem dasar bersuku tiga atau lebih yang bervokal alfb^r O, akhiran -a itu menggantikan tempat vokal akhir o itu, misalnya:
md. pututo; Pututa boqomu lo kaaini boito!
'Bungkus bajumu dengan kain itu!' Boqolio ilopututaqu lo boqoqu.
'Bajunya terbungkus olehku bersama-sama de ngan bajuku'.
(iii) Pada morfem dasar bersuku tiga atau lebih yang bervokal akhir u, vokal akhir u itu digantikan tempatnya oleh e.
Jadi u + a —>■ e. Contohnya: md. tuludu; Tulude mota tio! 'Dorong dial' Ilotuludequ tio. 'Terdorong dia olehku'. md. bibidu; JSibide o/uquho.' 'Pilin tangannyal' Ilobibidequ oluqulio. 'Terpilin tangannya olehku'.
12 A VARIAN FONEM DALAM BG
Yang diinaksudkan deiligan varian fonem ialah pertukaran fonem yang satu dengan fonem yang lain tanpa menimbulkan perubahan 29
arti leksikal atau arti gramatikal. Varian itu meliputi baik vokal maupun konsonan. 1.2.4.1 Varian Vokal dalam BG tai Ama tei Ama 'si Amat'
ai — ei
—
ei — ee
maihuluto tei Ama
ai-ei-ee
tai Ama
meihuluto maihuluto
oqi-eqi
moqihama loqidelo
ia — ie
odia utia
ie — ii
odie utie
ia-ie-ii
odia utia
au — eu
tuwau tuutuwau
e —i
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
meihuluto 'tergelincir' tee Ama 'si Amat'
meehuluto 'tergelincir' tei Ama
—
tee Ama
meihuluto
—
meehuluto
meqihama 'menyuruh ambil' leqidelo 'menyuruh bawa' odie 'begini' utie 'yang ini' odii 'begini' utii 'yang ini' odie — odii utie — utii tuweu 'satu' tuutuweu 'sama'
he bervarian dengan hi he poitohe
he huloqa u —i
—
—
—
hi poitohe 'sedang bermain-main' hi huloqa 'sedang duduk'
umiomo
imiomo 'tersenyum'
tumihelo ^
timihelo 'tegak (tentang bulu roma)'
1.2.4.2 Varian Konsonan dalam BG
Pada umumnya, varian konsonan dalam BG timbul karena pertukaran antara konsonan asing dengan konsonan asli, seperti sudah disinggung pada deskripsi konsonan di depan, misalnya, r biasa dijadikan I ;c biasa dijadikan s; sedangkan konsonan s dari fonem
asing biasa dijadikan t. Angkatan muda atau kaum terpelajar yang sudah mempelajari bahasa Indonesia dan bahasa asing Iain biasanya membiarkan bunyi fonem asing itu seperti bunyi bahasa asalnya, tetapi kaum tua terutama orang-orang yang masih buta huruf mengucapkan atau melafalkan kata-kata pinjaman sesuai dengan bunyi fonem-fonem asli BG, misalnya: r,-l
e — s
sirita
lasa 'rasa' silita 'cerita'
suukari
suukali 'sukat, susah'
capu
sapu 'cap' sapeo 'cepiau' kasa 'kacang'
rasa
capeo kaca
30
nc — nj
panci kanci aancamu
— — —
panj'i panci kanji 'kanji' aanjamu 'ancam'
s—t
suukali
—
tuukali 'sukar, susah'
susa
—
tuta 'susah'
1.3 TEKANAN KATA BG
Tekanan kata (stress) dalam BG pada umumnya jatuh pada penul-
tima, misalnya: motdli 'membeli', tildli 'dibeli', pilotaliqu 'telah kujual', buurmgi 'burung'.
Pada kata-kata seperti teeto 'di situ', meela 'merah', opeenu 'meskipun' tekanan jatuh pada vokal e yang kedua yang mendu-
duki penultima,jadi teeto, meela, opeenu. Begitu juga pada katakata seperti Wohii, hamaa tekanan jatuh pada vokal yang pertama dari vokal yang berurutan itu, karena vokal pertama itu menduduki penultima,jadi wohii, hamda.
Seperti terlihat pada contoh di atas, apabila morfem dasar mendapat tambahan akhiran, maka tekanan pada penultima morfem dasar tadi berpindah ke penultima kata bentukan, misalnya: motdli 'membeli'
Talia! 'BeliV talioqu 'kubeli'
tilalilio 'sudah dibelinya'
CATATAN:
1 Ada beberapa kecuali, misalnya: md. wohi, tidak menjadi wohioqu, tetapi wohiqu 'kuberi',jadi tanpa fonem antara o.
^
,•
.. •
md. tapi juga tidak menjadi tapioqu atau juga tapiqu seperti pada wohiqu, tetapi menjadi tapi/o^u;jadi tidak mendapat fonem antara a, tetapi tambahan la. Demikian juga md. hile merupakan bentuk kecuali. Diberi akhiran persona tidak hanya mendapat fonem antara e (bandingkan dengan laheequ di atas), tetapi harus juga diberi awalan po-, sehingga bentuknya menjadi pohileequ 'kuminta ,pohiteemu 'kauminta', pohileelio 'dimintanya'.
2 umiomo dan tumihelo keduanya kata bentukan dengan sisipan -urn-. Karena penga-
ruh vokal i pada suku pertama morfem dasar, u pada -urn- berubah menjadi i sehingga kata itu menjadi imiotno dan timihelo. Namun, ini bukan sisipan -im- melamkan varian sisipan -unt-. Contoh lain: md. biltAiu diberi akhiran persona -qu menjadi bilohe-
qu (lihat pasal 1.2.3 sulj (iii) bervarian dengan
'kulihat'; MWi/o/ie bervanan
dengan biibiilehe 'saling memandang'.
31
BAB II
MORFOLOGI
2.1
MORFEM
Inti fulisan ini ialah deskripsi mengenad kata keqa BG. Berbicara tentang kata dan bentukannya, dengan sendirinya berbicara tentang morfologi karena persoalannya menyangkut persoalan morfem.
John Lyons ^ mengatakan morphology deals with the internal structure of words and syntax with the rules governing their combination in sentences." Di bagian lain dia mengatakan; "Such minimal units of grammatical-analysis, of which words may composed, are customarily referred to as morphemes."Jadi, dalam bidang morfologi kita berbicara tentang bagaimana kata dibentuk
Aari morfem-morfem dan bagaimana hubungan antara morfem yang satu dengan morfem lain yang membentuk kata itu.
Apabila kita menyelidiki kata, maka akan tampak bahwa ada
kata yang terdiri atas satu morfem saja, tetapi ada juga yang terdiri atas dua atau lebih morfem. Bagian yang terkecil sebuah kata kompleks dapat kita golong-golongkan sebagai berikut: (i) morfem dasar yang dapat muncul sebagai kata,
(ii) morfem dasar yang t^ dapat muncul sebagai kata, maksudnya morfem dasar yang tak dapat berdiri sendiri sebagai mor fem bebas, tetapi selalu terikat baik secara morfologis maupun secara sintaktis.
(iii) imbuhan-imbuhan yang tidak pemah muncul sebagai kata, tetapi selalu terikat pada morfem dasar.
Dalam BG,morfem dasar yang dapat muncul sebagai kata pada umumnya hanyalah kata benda, kata ganti, dan kata keterangan. Kata kerja dan kata sifat-asli umumnya tak dapat muncul sebagai kata yang berdiri sendiri (sebagai bentuk bebas), tetapi selalu ter ikat secara morfologis atau secara sintaktis. Itu sebabnya HalaTT^
buku ini, morfem dasar kata kerja penulis namai morfem dasar saja dan bukan kata dasar. ^
Proses morfologis yang akan dibahas di sini terutama mengenai (i) pengimbuhan (affixation), (ii) perulangan (reduplication), 32
(iii) gabungan kedua hal yang sudah disebutkan itu. Walaupun pemajemukan (kata majemuk) termasuk bidang morfologi, dalam buku ini hal itu tidak dibicarakan. Di samping hal-hal yang tersebut di ateis, akan dibicarakan juga persoalan mengenai morfem
penunjuk arah, yang walaupun sebenarnya sudah memasuki bidang sintaksis, rasanya tak dapat dikesampingkan karena sifat khas kata kerja BG. Morfem penunjuk arah seolah-olah membentuk satu ikatan yang rapat sekali dengan kata keija sehingga fungsinya hampir-hampir menyerupai fungsi unbuhan. Morfem penunjuk arah biasanya diucapkan senafas dengan kata kerja dalam struktur
kalimat. Itu sebabnya tidak heran apabila Breukink ^ dan penulis tata bahasa BG seperti Kuno Kaluku (karyanya belum dipublikasikan) yang terpengaruh oleh teori Breukink, menggolongkan mor fem penunjuk arah itu ke dalam imbuhan. 2.2 KATA KERJA BG
Morfem dasar BG terdiri atas satu sampai empat suku kata. Yang
bersuku lima sangat terbatas jumlahnya dan biasanya hanya kita jumpai pada kata benda dan kata sifat. Demikian juga kata yang bersuku satu terbatas pada beberapa kata yang sebagian besar dapat kita golongkan ke dalam apa yang disebut kata tugas. Morfem dasar kata kerja BG pada umumnya terdiri atas dua
atau tiga suku. Kata turunan, yaitu morfem dasar yang telah mengalami derivasi, dapat sampai sepuluh suku kata atau lebih. Hal ini mungkin dalam BG, karena morfem dasar dapat sekaligus diberi awalan, sisipan, dan akhiran, dan kata bentukan itu dapat juga mengalami perulangan.
Sisipan tidak hanya dapat disisipkan pada morfem dasar, tetapi dapat juga disisipkan pada awalan, dan gabungan awalan-sisipan itu pun dapat mengalami perulangan. Contoh:
md. satu suku
: to 'di'; to bele 'di rumah'
bo 'hanya'; bo yiqo?'hanya engkau' li 'penghubung kepunyaan'; bele li paapa md. dua suku
'rumah ayah' : hama;mohama 'mengambil' wohi;fnongohi 'memberi'
md. tiga suku
: balato; motibalato 'berbaring' tuluhu; motuluhu 'tidur'
md. empat suku : piaqato; momiaqato 'memanjat' timbalato; molimbalato 'membabat'
md. lima suku
: buliaqata 'kadal'(kb.) 33
hulimayango; mohulimayango 'pening, pu-
sing'(ks.) Contoh berikut ini raemperlihatkan bagaimana kemungkinan bentukan sebuah morfem dasar BG.
3 suku: te-te-qo (morfem dasar) 4 suku: tu-me-te-qo 'lari, berlari'(bersisipan -um-) 5 suku: ti-lu-me-te-qo lari, berlari' (bersisipan -um- dan -Upr. ter.) 6 suku: pi-lo-te-te-qo-qu 'kubawa lari'(berawalan po-, bersisipan -il-, berakhiran persona -qu) 7 suku: pi-lo-po-te-te-qo-qu 'kujadikan berlari'(berawalan popo-, bersisipan il-, berakhiran persona -qu) 8 suku: ti-to-ti-lo-nggo-te-te-qo lari semua' (berawalan tonggo-, bersisipan -il- mengalami perulangan) 9 suku: pi-lo-pi-lo-po-te-te-qo-qu (sama dengan 7 suku, tetapi dengan perulangan)
10 suku: pi-lo-pi-lo-po-te-te-qo-la-mi (sama dengan 9 suku, tetapi dengan akhiran persona lami 'kami') 14 suku: pi-lo-pi-lo-po-te-te-qo-la-mi-a-a-ti-a (bentuk hormat dari yang 10 suku di atas) 2.2.1 PERANAN JUMLAH SUKU KATA DALAM BG
Pada pasal 1.2.2, sudah disinggung peranan jumlah suku kata dalam pengimbuhan morfem dasar. Perlu diterangkan di sini bahwa
jumlah suku kata dalam BG juga menentukan bentuk kata ulang. Secara singkat dijelaskan di sini bahwa hanya morfem dasar bersuku dua yang dapat mengalami perulangan penuh. Morfem dasar
bersuku lebih dari dua dalam proses perulangannya, hanya meng alami perulangan sebagian sebagai nyata pada contoh di bawah ini. Hal tersebut akan diuraikan secara terperinci dalam bab khusus kata ulang. Sekedar contoh:
md. daha;
Daha-daha olio bele boito.
md. dutu;
Buku he lolohulio dutu-dutu to meja.
'Rumah itu dalam penjagaannya'. 'Buku yang dicarinya terletak di meja'. md. pututo; Diipo putu-pututo boqolio.
'Belum dibungkus bajilnya'. He momutu-mututaa boqolio tio.
'Dia sedang membungkus-bungkus bajunya'. 2.2.2 IDENTITAS KATA KERJA BG
Morfem dasar kata kerja BG terutama yang bersuku dua pada 34
umumnya merupakan bentuk terikat. Misalnya, md. hama hanya kita jumpai dalam kalimat sebagai bentuk bebas dalam bentuk paradigma sebagai berikut: mohama 'mengambil' mohama-hama 'mengambil-ambil' hilama 'diambil'
hilamalio 'diambilnya' hamawa!(hamaa!) 'ambil!' hamaaqu 'akan kuambil'
ohamaaqu 'akan dapat kuambil' ilohamaaqu 'terambU olehku' meihama 'akan terambil' mohaahaamawa 'berambU-ambilan' ki. 'berbantah-bantah'
huhama 'pendapat' dan sebagainya. Apabila dalam BI morfem dasar kata kerja pada umumnya dapat dipakai sebagai kata keqa bentuk imperatif tanpa imbuhan misalnya Ambil! Duduk! Buang! Pergi! dan sebagainya, maka da lam BG hal yang seperti itu sangat terbatas. Morfem dasar kata keija yang dapat dipakai sebagai kata kerja bentuk imperatif tanpa imbuhan sangat kecil jumlahnya, misalnya md. huloqo, botulo, dapat dipakai sebagai kk. bentuk imperatif: Huloqo! 'Duduk!', Botulo! 'Naik'I atau 'SUakan naikl'
Berdasarkan keterangan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa morfem dasar kata kerja BG belum dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori kelas kata. 2.2.2.1 Girl Morfologis Kata Keija BG
Dalam BG tak ada ciri mutlak untuk menandai kelas kata kerja. Namun, melihat struktur morfologinya dapat dikatakan bahwa "Semua morfem dasar yang menjadi kata kerja bentuk imperatif bila diberi akhiran -a adalah kata kerja". Contohnya: md. delo;
Deloa! 'Bawal' Deloalo! 'Bawalahl' Deloa mota
kadera boito!'Bawa (ke sana) kursi itu I' md. tubu;
Tubua! 'Ma.sa.kl'Tubualo!'MsisaklzhV Tubualo ilaa boito!'Masaklah nasi itul'
md. bintaqo; Bintaqa! 'AngkatI'Bintaqa/o.''Angkatlahl'Bintaqa kado boito!'Angkat karung itul' Tidak semua morfem dasar kata kerja BG dapat diberi akhiran -a apabila akan dijadikan kk. bentuk imperatif. Ada sejumlah mor fem dasar harus diberi akhiran -i bila akan dijadikan kk. bentuk imperatif. 35
md. dambaqo, hequto, dungohu, bentuk imperatifnya bukan dambaqa, hequta, dungohe, melainkan dambaqi, hequti, dungohi. Dalam kalimat:
Dambaqi mota tio!'Tiarapi dial' Hequti mai pintu boito! "Tutupkan pintu itu'
Dungohi u he loqiaalio! 'Dengarkan yang dikatakannya!'
Namun, ada juga beberapa morfem dasar kata benda dan kata sifat yang dapat juga bertransposisi menjadi kk. bentuk imperatif apabila diberi akbiran -i seperti morfem dasar kata kerja di atas, seperti terlihat pada contoh di bawah ini. md. kb. bala 'pagar', watopo 'atap', talohu 'lantai' Balai la hulapa ileengimu!
'Pagari kebunmu dengan bambu!' Watopi to sengi belento!
'Atapi dengan seng rumah Anda!' Talohi la dupi belemu!
'Beri lantai papan rumahmui' md. ks.
wopoto; moopoto lambat' wembidu; meembidu 'dekat' Wopoti mota tio bolo waqupa!
"Dekati dia lambat-Iambat lalu tangkapl' Wembidi mota tei uuti boito bolo modehu!
'Dekati si Buyung itu kalau-kalau jatuh!' Nyatalah pada contoh di atas ini, bahwa ciri morfologis kata kerja BG seperti yang sudah dikemukakan di depan pasal ini tidaklah mutlak sifatnya. Namun, sebagai pegangan, dapatlah pendirian yang sudah disebutkan itu dipakai sebagai ciri pengenal pertama
terhadap kata kerja BG. Oleh karena ciri itu tidak mutlak, terpaksalah kita mempergunakan lagi ciri sintaktis. Untuk membedakan mana kata keija,kata benda,dan kata sifat kita pergunakan valensi
sintaksis, yaitu kemungkinan (persesuaian) gabungan satu kata de ngan kata yang lain. 2.23 PERBEDAAN ANTARA KATA KERJA, KATA SIFAT, DAN KATA BENDA BG
Karena ciri morfologis yang kita pakai untuk menetapkan identitJis kata keija bertumpang tindih dengan kata benda dan kata sifat sebag£U sudah diterangkan di atas, maka terpaksalah kita memakai valensi sintaksis untuk membedakan kata-kata itu yang satu de ngan lainnya. 2.2.3.1 Perbedaan Kata Keija dengan Kata Benda
Pada umumnya morfem dasar kata kerja tak dapat berdiri sendiri 36
sebagai sebuah bentuk bebas, sedangkan kata benda dapat. Kata benda dapat dipadankan dengan kata mopiohu 'bagus', kata keija tidak dapat, misalnya: bala mopiohu 'pagar bagus', watopo mopiohu 'atap bagus', talohu mopiohu 'lantai bagus'. Tidak dapat: *delo mopiohu 'bawa bagus' *hama mopiohu 'ambil bagus' *tali mopiohu 'beli bagus' 2.2.3.2 Perbedaan Kata Keqa dengan Kata Sifat
Kata sifat dapat dicirikan dengan padanan kata tutu 'sangat', se dangkan kata kerja tidak dapat,misalnya md. uiopoto; moopoto lambat', moopoto tutu 'sangat lambat'; md. wembidu;meembidu 'dekat', meembidu tutu 'sangat dekat'. Tidak dapat: *modelo tutu 'sangat membawa' *mohama tutu 'sangat mengambiT *motali tutu 'sangat membeli'
Sebagai ciri positif untuk mengenal kata kerja BG dalam valensi sintaksis, kita pakai padanan kata laato atau huqaa dua kata bersinonim yang berarti 'segera', misalnya: laato deloa 'segera bawa , laato hamawa 'segera ambU', laato talia 'segera beli', huqaa tubua
'segera masak', huqaa paqia 'segera lempari', huqaa dilelolio 'sege ra dibawanya', laato potubulo 'segeraldi memasak', dan sebagainya. Tidak dapat: *laato bala Haato watopo
'segera pagar' 'segera atap' *huqaa moopoto 'segera lambat' *huqaa meembidu 'segera dekat'
2.2.4 TIPE KATA KERJA BG
Berdasarkan sistem pengimbuhannya, kata kerja BG dapat dibagi atas tiga tipe yaitu: (i) kata kerja tipe mo(ii) kata keija tipe moti(iii) kata keija tipe -urn-
Ada alasan penulis membagi kata kerja BG atas tipe-tipe itu. Morfem dasar kata kerja yang dapat diberi awalan mo-, hams di-
golongkan ke dalam tipe mo-, walaupun beberapa di antara mor fem dasar itu dapat juga diberi awalan moti- atau diberi sisipan -urn-, oleh karena morfem dasar yang tergolong ke dalam tipe moti- tak dapat diberi awalan mo- atau sisipan -um-.
Jadi, di sini seolah-olah tampak adanya distribusi komplementer. 37
Suatu morfem dasar yang tergolong ke dalam satu tipe, akan lebih memiliki sifat khas tipe itu daripada tipe yang lain. ® 2.2.4.1 Kata Kerja Tipe mo-
Kata kerja tipe mo- harus kita bedakan pula berdasarkan jumlah suku kata morfem dasarnya. Kata keija tipe mo- bersuku dua dapat muncul sebagai kata keija transitif maupun taktransitif, se-
dangkan yang bersuku lebih dari dua merupakan kata keija tak transitif saja. BUa akan dijadikan bentuk transitif harus diberi akhiran -a. Contoh:
md. hama, delo; mohama 'mengambil', modelo 'membawa' taktr. Waqu taa mohama, yiqo taa modelo.
'Aku yang mengambil, engkau yang membawa.' Waqu mohama taluhu. 'Aku mengambil air.' Tio modelo puututa. 'Dia membawa bungkusan.' md. bintaqo, kalaja; momintaqo 'mengangkat', rhokalaja 'bekertr.
ja'.
taktr. Tio he mohalaja to ileengi. 'Dia sedang bekerja di kebun.' Taatoonu taa momintaqo?
'Siapa yang akan mengangkat?' tr.
Tio he mokalajaa ileengilami.
'Dia sedang mengerjakan kebun kami.' Waatia taa momintaqaa bulua boito.
'Saya yang akan mengangkat peti itu.'
Dalam BG morfem dasar bersuku tiga atau lebih yang bervokal akhir i tak besar jumlahnya, kecuali kata pinjaman. Morfem dasar
bersuku tiga bervokal akhir i dapat muncul baik sebagai kata kerja transitif maupun taktransitif. Untuk menjadikannya transitif tidak diperlukan penambahan akhiran -a seperti pada morfem dasar ber
suku tiga bervokal akhir vokal lain dari i. Hanya kadang-kadang harus juga dipakai kata depan sebagai pengantar obyek seperti tampak pada contoh di baw^ ini. md. taawari dari BI tawar (menawar)
Owowalimu motaawari! (taktr.) 'Engkau sangat (berlebihlebihan) menawar!'
Tio donggo he motaawari kameja boito. (tr.) 'Dia masih sedang menawar kemeja itu.' md. laawani dari BI lawan (melawan)
Moqowali molaawani tio. 'Dia suka melawan (membangkang).'
Diila mowali molaawani to mongoqudulaqa. (memakai kata 38
depan to 'kepada') Tidak boleh melawan kepada orang tua.' Diila buheli ivaqu molaawani olio, (tio 'dia'; olio 'kepadanya')'Tidak berani aku melawan kepadanya.' 2.2.4.2 Kata Keija Tipe moti-
Kata keija tipe moti- terma^uk subkategori taktransitif. Menilik pada arti leksikal yang dinyatakannya, kata kerja tipe moti- dapat
digolongkan pada kata keija refleksif, di mana kerja yang dilakukan oleh agens kembali kepada dirinya sendiri. Jadi, agens (pelaku) juga sekaligus menjadi patiens (penderita), misalnya: moti-
tuuqo 'bersembunyi', motibalato "berbaring', motiyintili 'memiringkan diri', motitinggaya 'menelentang' atau 'menelentangkan diri', dan sebagainya.
Morfem dasar yang dapat diberi awalan moti- (termasuk tipe moti-) pada umumnya tak dapat diberi sisipan -um-. Tidak ada bentuk:
Humuuqo *bumalato *umintili
Huminggaya
Md. Tuluhu (tergolong tipe mo-) dapat juga diberi awalan moti-, tetapi sebagai sudah dikatakan, kasus seperti ini sangat terbatas sehingga dapat dimasukkan ke dalam kasus kecuali, motuluhu 'tidur', motituluhu 'berbuat seperti tidur'. 2.2.4.3 Kata Keqa Tipe -um-
Kata keija tipe -um- beijumlah kecil saja dari keseluruhan kata kerja BG. Pada umumnya kk. tipe -um- termasuk subkategori taktransitif. Sisipan -um- disisipkan di antara konsonan awal dengan vokal yang mengikuti konsonan itu pada tiap morfem dasar, misalnya: md. teteqo; tumeteqo 'lari, berlari'; md. tomboto; tumumboto 'terbang'; md. lantiqo; lumantiqo 'melompat'; md. lalilo;lumalilo 'pindah, berpindah'. Apabila morfem dasar diawali vokal, maka -um- ditempatkan di depan morfem dasar; jadi, seperti awalan, misalnya: md.iomo; umiomo 'tersenyum'. md. iqito; umiqito 'tegak' (tentang bulji roma). 2.3 IMBUHAN DALAM BG
.Dalam BG terdapat tiga macam imbuhan yaitu: (1) awalan (praefix) (2) sisipan (infix) (3) akhiran (suffix) 39
Imbuhan-imbuhan itu selain memberikan arti tertentu kepada kata-kata bentukan, juga mempunyai fungsi gramatikal. Satu gejala yang terdapat dalam imbuhan BG yang tidak kita jumpai dalam BI iaiah pengertian waktu (kala). Gejala seperti ini terdapat juga dalam bahasa-bahasa yang dipakai di daerah-daerah yang berdekatan dengan daerah BG yaitu bahasa Bolaang Mongondow, bahasa-bahasa Minahasa, dan bahasa Sangir. Bahasa-bahasa yang sudah disebutkan itu dan bahasa-bahasa di Filipina disebut oleh
N. Adriani ^ bahasa-bahasa kelompok Filipina. 2.3.1 PENGERTIAN WAKTU
Imbuhan BG memberikan pengertian waktu, namun hanya waktu akan datang (futurum) dan waktu sudah lampau (praeteritum). Waktu sedang berlangsung (praesens) tidak dinyatakan oleh im
buhan, tetapi oleh morfem terikat he atau hi yang mendahului kata kerja dalam frase morfem tersebut dengan kata keqa. Semua awalan yang berkonsonan awal / m / seperti mo-, mopo-, matt-, motiti- dan sisipan -um- mengandung pengertian waktu
futurum, sedangkan semua awalan yang berkonsonan awal / / / seperti la-, lopo-, loti-, lotiti- dan sisipan -il- mengandung pengerti an waktu praeteritum. Bentukan-bentukan dengan awalan-awalan dan sisipan itu menyatakan peristiwa sudah lampau ataupun yang dianggap atau dibayangkan sudah teijadi. Contohnya: futurum: Waatia motuluhee toqutoonu? 'Saya akan tidur di mana?' Taatoonu taa motibalataa teeto?
'Siapa yang akan berbaring di situ?' Tumuota ode huali tio.
'Akan masuk ke kamar dia.'
Pengertian futurum itu akan lebili terasa apabila kata kerja itu didahului oleh morfem maa 'sudah' sebuah morfem yang dalam BG mengandung pengertian aspek inkoatif (A.A. Fokker, 1951: 45), misalnya: Waqu maa motuluhu. 'Saya sudah akan tidur' Maksudnya: 'Saya segera akan masuk tidur.' Praeteritum:
Waatia lotiiluhee to belelio ohui.
'Saya tidur di rumahnya tadi malam.' Taatoonu taa lotibalataa teeto ointi?
'Siapa yang berbaring di situ tadi?' Tilumuotaa ode huali tio, toqu waqu botu-botulaqo.
'Dia masuk ke kamar, ketika saya naik (ke rumahnya).' 40
Semua perist'iwa yang disebutkan dalam kalimat-kalimat di atas sudah lampau. Dalam kalimat-kalimat itu, kata kerjanya tak boleh berawalan mo-, atau moti-, atau tanpa sisipan -il-. Kalaupun kata ohui 'tadi malam', ointi 'tadi' tidak disertakan dalam kalimat per-
tama dan kedua, pendengar tabu bahwa peristiwa yang diceriterakan oleh si pembicara itu sudah teijadi. Dalam bentuk praeteritum ini pun, morfem maa memperkuat pengertian waktu sudah lampau itu. Maa tilumuotaa ode huali tio.
'Sudah masuk ke kam.ar dia.' Maa lotuluhu tei uuti.
'Sudah (pergi) tidur si Buyung.' praesens:
Kalimat berita bentuk aktif dan pasif bila kata kerjanya dida-
hului oleh morfem he atau hi ^ menyatakan pengertian waktu
sedang berlangsung; hi mengandung pengertian jamak, sedangkan he mengandung pengertian tunggal. Eialimat aktif: Tei Ako he moluladu.
'Ako sedang menulis.' Tei Ako he moluladee tuladu.
'Ako sedang menulis surat.' Ti maama he motubu.
'Ibu sedang memasak.' Ti maama he motubu ila.
'Ibu sedang menanak nasi."' Kalimat pasif: Wolo u he tuladumu Ako? 'Apa yang (sedang) kautulis Ako?' Donggo he kalajaalio ileengi boito.
'Masih (sedang) dikerjakannya kebun itu.' Ila donggo he tubuo li maama.
'Nasi masih (sedang) ditanak Ibu.' Jelas pada contoh-contoh di atas ini bahwa penunjuk waktu (k^a)praesens dinyatakan oleh morfem he. Bentuk jamak tidak hanya dibedakan dari bentuk tunggal oleh morfem hi, tetapi juga oleh bentuk kata kerjanya. Contoh akan penulis berikan kemudian. Walaupun dalam BG imbuhan tidak menyatakan pengertian kala praesens, ada juga bentuk lain kata keija yang menyatakan praesens itu yaitu bentuk perulangan, tetapi terbatas hanya untuk bentuk tunggal. md. balato; Tei Ako donggo bala-balato.
'Aku masih (sedang) berbaring.' 41
Tei Ako hala-halataa to amongo.
'Ako (sedang) berbaring di tikar.' md. huloqo; Donggo hulo-huloqo tio, diipo loonaqo.
'Masih duduk dia, belum pergi.' Tio hulo-huloqaa to kadera.
'Dia (sedang) duduk di kursi.'
Jadi, ada dua macam bentuk yang menyatakan pengertian kala praesens untuk bentuk tunggal, yaitu frase kata kerja dengan morfem he dan bentuk perulangan morfem dasar kata keqa. Bentuk ja-
mak hanya dinyatakan dengan bentuk frase kata kerja dengan morfem hi.
Bandingkan bentuk-bentuk dalam contoh-contoh di bawah ini. tunggal Tio he monga.
Ti mongolio hi pongaala.
'Dia sedang makan,'
'Mereka sedang makan.'
jamah
Tio he moluladu.
Ti mongolio hi polulade.
'Dia sedang menulis.'
"Mereka sedang menulis.'
Ila dutu-dutu to pingge.
Uqaalo hi dutua ti meja.
'Nasi terletak di piling.'
'Makanan terletak di meja.'
Pintu huqo-huqo.
Pintu hi huqoa.
'Pintu terbuka.' Tei Ako bala-balato.
'Pintu-pintu terbuka.'
'Ako sedang berbaring.'
'Mereka sedang berbaring.'
Ti mongolio hi balata.
2.3.2.PASANGAN AWALAN-AWALAN DALAM EG
Jika diperhatikan awalan-awalan dalam BG, akan nyata bahwa sebagian besar merupakan pasangan-pasangan yang memperlihatkan kesejajaran fungsi dan artinya. Berdasarkan pasangan itu awalan-awalan tersebut dapat kita golongkan sebagai berikut: Awalan yang tiga seperangkat, yaitu: mo-
lo-
po-
mopo-
popo-
mongo-
lopoloqolongo-
moti-
loti-
motiti-
lotiti-
moqo-
meqi-
leqi-
mohimolo-
lohilolo-
poqo-
pongo-
potipotitipeqipohipolo-
valan yang dua seperangkat, mei-
lei-
mopohu- lopohu-
Awalan yang tidak mempunyai pasangan, yaitu: 42
o-
topo-
tapa-
Awalan yang tidak mempunyai pasangan, tetapi dapat digabung dengan awalan mo-, la-, atau pa-, yaitu: tonggotohumotonggo- motohu-
tontomotonto-
tolomotolo-
lotonggo-
lotohu-
lotonto-
lotolo-
potonggo-
potohu-
potonto-
potolo-
Pada pasal 2.3.1, sudah diterangkan mengenai awalan-awalan yang berkonsonan awal / m / seperti mo-, mopo-, moti-, dan se-
bagainya dan awalan-awalan yang berkonsonan awal III seperti to-, lopo-, loti-, dan sebagainya. Yang belum diterangkan ialah awalan-awalan yang berkonsonan awal / p / seperti po-, popo-, poti-, potiti-. Awalan-awalEin yang berkonsonan awal / p / itu pada umumnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu untuk menyatakan
pengertian kausalitas dan untuk membentuk imperatif, misalnya: FUNGSI IMPERATIF;
Pohama duluo yiqo! 'Ambillah dua engkau!' Popolanggata mola tohe boito!'Tinggikan lampu itu!' Potibalataa teeto yiqo!'Berbaring(lah) di situ engkau!' FUNGSI KAUSALITAS;
Pohamalio taluhu bunggo boito. 'Akan dipakainya pengambil air perian itu.'
Tohe boito maa popolanggatolio. '(Gantungan)lampu itu akan ditinggikannya.'
Potibalatalio amongo boito. 'Akan dipakainya menjadi tempat berbaring tikar itu.' 233 FUNGSI gramahkal imbuhan sebagai pengubah kelas KATA
(i) Awalan-awalan mo-, mopo-, moqo-, moti-, motiti-, meqi-, mei-, mohi- dengan pasangannya dapat berfungsi membentuk md. kata benda menjadi kata kerja. Demikian juga awalanawalan topo- dan tapa-, tetapi kedua awalan ini kurang produktif.
Beberapa contoh: md. bala 'pagar' Taatoonu taa mobala ileenginto?
'Siapa yang akan memagari kebun Anda?' Hulapa ngoolo putu boito diila moqobala ileenginto.
'Bambu yang hanya sekian potong itu tak cukup mema gari kebun Anda.' Taatoonu taa he meqibala ileengi botia?
'Siapa yang menyuruh memagari kebun ini?' 43
Diipo leibala ileengilio.
'Belum terpagari kebunnya.' md. antongo 'darah beku'; botu 'batu' Duhu boito maa lotiqantongo. 'Daxtih itu sudah membeku.'
Maa lotitibotu tio, didu mohuto molameto.
'Dia sudah membatu (diam seperti batu), tak mau lagi menjawab.'
md. boqo 'baju', yasi 'jas', kabaya 'kebaya' Mohiboqo lo boqo u toonu yiqo?
Akan memakai baju yang mana engkau?' Pohiyasia yasimu u bohu boito!
'Pakailah jasmu yang baru itu!' Yilohikabaya lo kabaya lamuto tio ointi.
'Berkebaya kebaya merah muda dia tadi.' md. tuqo 'muntah' Ohilaa motuqo waqu.
'Ingin muntah aku.' Ilodunggaaqu mota topotuqoa taa hi ngongota boito.
"Kudapati orang-orang yang sakit itu sedang muntahmuntah semua.' md. wotuto 'kentut'
Diila potitonggo, tapahututo yiqo.
'Jangan beijongkok, terkentut engkau (nzmti).' Yiloolito tio tilapahututo to huungo tau.
"Dia menjadi malu, terkentut di tengah orang (banyak).' (ii) Awalan-awalan mopo-, moqo-, mongo-, moti-, motiti-, mopohu-, mei- dan pasangannya serta awalan tohu- dapat membentuk md. kata sifat menjadi kata keija. Beberapa contoh: md. udaqa 'besar' Waajibu olanto mopoqudaqa to mongoqudulaqa.
"Wajiblah atas kita membesarkan (memuliakan) orang tua.'
Diila potitiqudaqa to lipu lo tau until
'Janganlah membesarkan diri (sombong)di negeri orang^ Buyung!' md. langgato 'tinggi' Popolanggata poqolo tohe boito!
'Tinggikan dahulu (gantungan)lampu itu!' Bo he mopohulanggato tomboto buurungi boito.
"Makin meninggi saja terbang burung itu.'
44
md. piohu "bagus, baik' Poqopiohe hale alihu otoliqango tau.
'Perbaiki perangai (budi pekerti) supaya orang sayang (kepada kita).' md. pedeto 'pesek', hulodu 'bodoh' He tohupedetalio waqu.
'Disebut-sebutnya pesek aku.' Diila mowali motohuhulodee to taa mohuhula.
'Tak boleh menyebut-nyebut bodoh kepada orang yang lebih tua.'
CATATAN:
John Lyons, Introduction to Theoretical Linguistics, University Press, Cambridge, 1969^,halaman 194 dan 170.
Yang dimaksud dengan morfem dasar di sini ialah root-mo^herne atou tesicmoiheme. Root yang dapat muncul sebagai kata fwordj disebut (1955: 178) "a minimum free form" yang djkatakannya selanjutnya the smallest
YMg°pw^^m'aksudkan dengan kata dasar ialah ^ee/owi, sedangkan morfem dam
boleh sebuah free form boleh juga sebuah bound form. Morfem dasar kata keqa BG
hampir semuanya bound form.
3 J Breukink, Biidragen tot eene Gorontalo'sche Spraakkunst, M.Nijhoff,s'Grayenh^e, 1906. Pada halaman 20 dia menetapkan morfem penunjuk arah mai sebagai awalan (voorvoegselj.
^ Kata tutu di sini berarti 'sangat' (ks.). Kata ini berhomonim dengan kata tutu (kb.) yang berarti'susu, tetek'.
5 Pada umumnya kata sifat asli BG suatu bentuk terikat. Jika dipakai^bagai atribut
ateu prXtii,hams diberi awalan mo- seperti contoh di atas Kecuataya
kata
sifat LtamrSny^ pinjaman seperti: 'kosong',kootoro toiBI, T)aju kotor. irnrMirtnari 'mmMi' 'rumflh kosonz boao kootoro kootoro -baju he/e koosongi koosongi kosong',.kotor bo,o kotor'.
^ Morfem yang dapat diberi awalan mo-, moti-, dan sisipan -um- sekali^s seperti md. dembingo hams dianggap sebagai kecuali: modembingo melem .mottdembmgo 'melekatkan diri/menempelkan diri', dumembingo melekat. md.dembingo hams digolongkan ke dalam tipe mo- saja.
'N.Adriani, Sangireesche Spraakkunst, A.H.Adriam, Leiden, 1893, halaman 169. ® Pembicaraan mengenai morfem he atau hi dalam hubungannya dengan kata ketja sudan memasuki bidang sintaksis.
45
\
TABEL III
Imbuhan-imbuhan BG dan Kemungkinan Gabungannya sisipan
iwa an
No-
akhiian
simulfiks
imbuhan
moi
6
o o. a.
1 2
3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
o
i
Q.
a
c
9
+
+
+
+
po-
1 1
+
+
mopo-
+
moqo-
+
+
+
+
loqo-
+
+
+
+
+
20 21
leqipeqi-
+ +
22
mohi-
23 24 25
lohi-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+ +
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
•f
+
+
+
+
+ +
pohi-
+
+
+
+
+
+
+
mopohu-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
lopohu-
+ +
+
+
+
+
+
+
topotapa-
+
+
tonggo-
+
+
+
tohu-
+
+
tonto-
+
+
tolo-
+
+
-um-
+
+
Keterangan: tanda(+)kemungkinan gabungan
46
+
+
+
0-
+
+
19
meilei-
+
+
+
+
+
potitimeqi-
28
+
+
+
polo-
+
+
+
longo-
27
+
+
+
+
molololo-
o
+
+
poqo-
26
a
o
+
+
mongo-
motitilotiti-
ji
+
popo-
16
*T
s
+
+
lopo-
poti-
35 36 37 38 39
o a
'B
+
14
34
u
1
'V
mo-
15
29 30 31 32 33
o a* o a
lo-
pongomotlloti-
17 18
9
b
1
o
+
TABELIV
PARADIGMA KATA KERJA EG DENGAN MORFEM DASAR KATA KERJA
Nomor
morfem dasai
1mo-
arti pada lajur kiri dengan im-
kategori
buhan mo-,
kata
moti-
it-om
kerja
O
e 1.
daha
+
+
+
2. 3.
hama
+
+
+
tepa
+
+
+
+
4.
delo
+
+
+
+
5. 6. 7.
8. 9.
huqo
+
tubo dutu
+
tahu
+
+
•5.
iq-em
+
,
cC
6 +
+
+
+
+
+
+
+
+
+
mengarabil
menyepak
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
membawa
+
+
+
+
+
+
+
+
membuka
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
meletakkan
+
menyimpan
+
+
+
+
+
+
+
-f-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
oa-I/tm 1-mu +
+
+
1uiod- 1iuob-
+
menjaga
+
+
+
+
+
+
iem-
/-OBJ-IU /to-p a tong +
atau
■um-, sesuai dengan tipe kk.nya
menyembah
memasak membeli
tubu
+
10.
tali
+
11. 12. 13. 14.
tapi
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
membuang
wohi
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
memberi
hile lahe
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
pate kalaja tinanga bintaqo pututo
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
dungohu alapo
+
15.
16. 17.
18. 19. 20.
meminta
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+ +
+
+
merebus memukul +
bekerja
+
mengangkat membungkus mendengar
menggoreng
merayap
+
+
+
+
+
+
balato
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
27.
danga huloqo tambango huyongo lantiqo
+
+
+
+
+
28.
teteqo
+
+
+
+
+
+
+
29.
tihulo
+
+
+
+
+
+
+
30.
tomboto
+
+
+
21.
22. 23. 24. 25.
26.
Keterangan:
+ +
+
+ +
+
+
terbaring merangkak
+
duduk
+
mengangkang
+
menangis melompat berlaii berdiri
terbang
md. kata kerja di lajur kiri hanya dapat diberi imbuhan yang ditandai dengan ( + )
47
BAB III
IMBUHAN DAN PENGIMBUHAN
KATA KERJA DALAM BAHASA GORONTALO
Dalam Tabel III, dapat dilihat semua imbuhan awalan dalam
BG, khususnya awalan-awalan yang terdapat pada kata-kata bentukan kata keqa.Jumlah seluruhnya 38 buah, yaitu: 9 perangkat berpasangan tiga-tiga 2 perangkat berpasangan dua-dua 3 buah tanpa pasangan
4 buah juga tanpa pasangan, namun masing-masing dapat digabungkan dengan awalan mo-, la-, poDalam bab ini, akan kita bicarakan semua imbuhan awalan itu
satu demi satu baik fungsi gramatikalnya maupun fungsi leksikalnya.
Di samping 38 buah imbuhan awalan itu, akan kita bicarakan
juga 2 buah sisipan pembentuk kata kerja yaitu sisipan -um- dan -il-, serta 2 buah akhiran, yaitu akhiran -a dan -i. Kemudian kita bicarakan juga akhiran -la dan -pa serta akhiran
kata ganti (pronominal suffix). Baik akhiran -lo maupun -po dan akhiran-akhiran kata ganti, tidak penulis masukkan ke dalam tabel
nSkebab sifat akhiran-akhiran ini lain daripada dua akhiran yang terdahulu yaitu -a dan -i, seperti yang akan dijelaskan nanti dalam pasal tersendiri.
Masih ada imbuhan lain dalam BG yang tidak dibicarakan di sini
sebab tidak membentuk kata kerja, misalnya sisipan -ol-. Sisip^ -ol- berfungsi membentuk kata benda dari md. kata kerja, misal nya: md. totahu; molotahu 'memupuh'(kk.), sedangkan tolotahu (t-ol-otahu) berarti 'yang'dipupuh' dalam had ini yang dimaksud ialah 'dinding pelupuh'. Apabila kata bentukan (kb.) denganSi sipan -ol- itu diberi sisipan -il- kelas katanya berub^ kembali men-
jadi kata kerja tilolotahe (l-il-olotahe) 'dipupuh' (pr.ter.). Katakata seperti ini tidak banyak dalam BG karena sisipan -ol- sangat kecil frekuensi pemakaiannya.
Imbuhan lain lagi yang hanya dipakai pada kata benda antara
lain ngo- dan mongo-, misalnya: ngobotu 'sebuah, sebiji', ngobele 'serumah, seisi rumah', ngohui 'semalam'. mongo- dipakai untuk 48
menyatakan kelompok orang sejenis, misalnya: mongowalaqo
'para anak-anak', mongowombu 'para cucu', mongowutato 'para sanak'.
Imbuhan seperangkat seperti mo-, lo-, po-, akan penulis golongkan ke dalam kategori imbuhan yang sama dan akan penulis sebut
kategori mo- saja untuk memudahkan penamaan. Demikian juga
perangkat imbuhan moti-, loti-, poti- tergolong dalam kategori moti-, dan Iain-lain sebagainya. 3.1 KATEGORI MO-
Dalam kategori mo- termasuk awalan-awalan mo-, lo-, dan pa-. Awalan-awalan ini bukan saja produktif, melainkan juga sangat
besar frekuensi pemakaiannya. Sebagian terbesar kata keija BG tergolong pada tipe mo- (lihat pasal 2.2.4). 3.1.1 AWALANMO-
(i) Pada md.kata kerja, awalan mo- mengandung pengertian bahwa agens melakukan keija yang dinyatakan oleh morfem dasar itu. Di samping itu, mo- memberikan pengertian waktu futurum. Apabda kata bentukan dengan awalan mo- didahului oleh morfem maa, maka pengertian futurum lebih menon-
jol karena morfem maa menyatakan aspek inkoatif. Taatoonu taa modaha bete?
'Siapa yang (akan) menjaga rumah?' Maa mohama taluhu waatia.
'Akan mengambil air saya.' Yiqo taa modelo puututa boito.
'Engkau yang membawa bungkusan itu.' Pada md. kata benda awalan mo- mengandung pengertian 'memberi, memasang, atau melekatkan', misalnya: Ti paapa mobala ileengi. (bala 'pagar' kb.) 'Ayah akan memagari kebun.' Diipo modingingo ami, boheli molalohu.
(dingingo 'dinding', talohu lantai' kb.) 'Belum akan memasang dinding kami, baru akan memasang lantai'.
Omolua ito mohetopaa belento? (watopo 'atap' kb.) 'Bilakah Anda akan mengatapi rumah Anda?'
J. Breukink^ mengatakan, bahwa awalan mo- selain me nyatakan pengertian futurum juga menyatakan pengertian waktu praesens. Menurut penulis praesens tidak dinyatakan oleh awalan mo- itu, tetapi oleh morfem he yang mendahului 49
kata keija berawalan mo- itu: he manga 'sedang makan', he moluladu 'sedang menulis!, he moitohu 'sedang bermain'(pasal 2.3.1). Kalimat-kalimat contoh dalam buku Breukink justru mendukung pendapat penulis. Contoh yang diberikannya antara Iain:
Ti maama he momuqo huhebu.
'Moeder is bezig de deur open te maken.'
'Ibu sedang membuka pintu.'(pen.) Wutatuu he mololohee olemu.
'Mijn broeder is bezig U te zoeken.'
'Saudaraku sedang mencari Anda.'(pen.) Breukink menterjemabkan kalimat BO itu dengan meniakai kata is bezig. Teijemahan itu memang tepat menunjukkan praesens, karena dalam BG-nya ada morfem he di depan kata kerja bentuk mo-. Jadi, praesens bukan dinyatakan oleh bentuk mo- itu saja, melainkan oleh he mo-. Perhatikanlah ka limat-kalimat berikut:
Ti maama momuqo huhebu.(futurum) Ti maama he momuqo huhebu.(praesens) Ti maama lomuqo huhebu.(praeteritum) (ii) Alomarf mo-
^^•P'Hocket
memberikan definisi alomorf sebagai ber
ikut:
When a morpheme is represented sometimes by one phonemic shape and sometimes by another or others, we say that the shapes stand in alternation with each other, or, more briefly, that the morpheme manifests alternation.
Each representation is a morph; all the morphs which represent some given morpheme are called allomorphs of that morpheme.
Dalam BG, awalan mo- mempunyai alomorf / mo0- ~ moN- ~ moL- ~ moH- ~ moS- /. Di bawah ini akan penulis jelaskan bagaimana masing-masingnya muncul dalam distribusi komplementernya.
Benyamin Elson dan Velma Picket^ memberikan keterangan mengenai identifikasi alomorf sebagai berikut:
"Two or more phoneme sequences (i.e., morphs) are allo morphs of a single moiq)heme provided they have the same meaning and are never in contrast, i.e., if they are in comple mentary distribution." Sudah jelaS bahwa allomorf itu tim-
bul karena pengaruh lingkungan di mana morf itu terdapat. mo0- Bentuk ini penulis namakan bentuk zero karena awal50
an mo- yang dilekatkan pada morfem dasar, tidak mengalami perubahan bentuk atau tidak mendapat fonem antara. Bentuk mo(j>- kita jumpai apabila awal-
an mo- kita lekatkan pada morfem dasar yang berkonsonan awal / b, d, g, h,k,1, m,n, p, r, s, t /. Contohnya:
/b/ buyuhuto buqa /d/ daha delo
Igl guru gaarisi
/h/ hutu hile
/k/ koli kela-kela
/!/ loqia laawani
/m/ marosa
— mobuyuhuto 'gugur, cecer' — mobuqa lepas dari rekatan' — modaha 'menjaga' — modelo 'membawa'
— moguru 'belajar' — mogaarisi 'menggaris'
— mohutu 'membuat' — mobile 'minta'
— mokoli 'bergerak' — mokela-kela 'berusaha'
— moloqia 'berbicara' — molaawani 'melawan'
— momarosa 'mengganggu'
manyanyi
— momanyanyi 'menyanyi'
jnj niiati naseehati
— moniiati 'berniat' — monaseehati 'menasihati'
/p/ pipidu
— mopiipide 'berdampingan'
putu /r/ rusa
— moputu 'patah' — morusa 'rusak'
ramba-ramba— moramba-ramba'meramu rem-
/s/ sabari suusungi
pah-rempah untuk gulai' — mosabari 'bersabar' — mosuusungi 'menyusun'
/t/ tali — motali 'membeli' toliqango — motoliqango 'merasa iba' moN- Bentuk moN- kita jumpai apabila awalan mo- dile
katkan pada morfem dasar berkonsonan awal / b, p, h, k, y, w / atau pada morfem dasar yang diawali vokal. Konsonan awal/b,p,h/pada morfem dasar luluh
digantikan oleh konsonan nasal /m/, sedangkan kon sonan awal /k, y, w/ digantikan oleh konsonan nasal / n /. Demikian juga apabila awalan mo- dilekatkan
pada morfem dasar berfonem awal vokal, mo- menjadi mong-,jadi beroleh bunyi antara / Tj /. Contohnya:
/b/ bilohu
— momilohu 'melihat' 51
bintaqo
— momintaqo 'mengangkat'
/p/
pate putu
— momate 'memukul', 'membunuh'
/h/
huhu
M
huato kaito koito
— momuhu 'mengusir' — momuato 'mengangkat' — mongaito 'mengait'
lyl yili yilu
— momutu 'mematahkan', 'memotong'
— mongoito 'menggamit' — mongili 'berkada hajat' — mongilu 'minum'
/w/ wuatiqo — monguatiqo 'berteriak' wuoto
/a/
aqato
alupo
/o/ oqodu otolo
/e/
moL-
— mongalupo 'berburu' — mengoqodu 'memeluk' — mongotolo 'menuai'
eqe
— mengeqe 'mengebaskan' atau 'merenggangkan'
entelo
— mongentelo 'memarahi'
/u/ ulungo /i/
— menguoto 'mengunyah'(tebu) — mongaqato 'menyapu'
uqudu iqi iqilo
— mongulungo 'mengurung' — monguqudu 'menyisiki'(ikan) — mongiqi 'menggigit' — mongiqilo'mengikir'
Bentuk moL- kita jumpai apabila awalan mo- dilekat-
kan pada morfem dasar berkonsonan awal /t/. Konsonan /t/ itu luluh digantikan oleh konsonan /I/. (Dalam BI /t/ berganti dengan /n/ seperti me- + tarik —menarik.)
Contohnya: md. tahu — molahu 'menyimpan' tapi — molapi 'membuang' fyhi — moluhi 'menyolok' tunu — molunu 'menunjuk' moH-
Bentuk moH- kita jumpai apabila awalan mo- dilekat-
kan pada morfem dasar berkonsonan awal /y,w/. Konsonan /y/ luluh digantikan oleh konsonan /h/, sedangkan morfem dasar berkonsonan awal /w/ mengalami tiga macam proses. Morfem dasar yang suku pertamanya /wu, wo, wa/ berubah menjadi /hu, hu,
he/. Jadi, /wu/ yang berubah menjadi /hu/ hanya konsonannya saja yang berubah, sedangkan /wo/ yang berubah menjadi /hu/juga, mengalami perubahan pe-
nuh seperti ju^ suku awal /wa/ yang berubah menja di /he/. Perhatikan contoh-contoh berikut: 52
lyl yima
— mohima 'menunggu'
yinta — mohinta 'menjamu' yintu — mohintu 'bertanya' yimoqo — mohimoqo 'mengumpulkan' /w/ /w/ berganti dengan /h/ wuntapo — mohuntapo 'memamah' wumbadu — mohumbadu'melecut'
/wo/ berganti dengan /hu/ wotuto — mohututo '(ber)kentut' wolato — mohulato 'menunggu, menanti' /wa/ berganti dengan /he/ wapidu — mohepidu 'mengalas'
waqupo — mohequpo 'menangkap' watopo — mohetopo 'mengatapi' moS- Bentuk moS- ialah bentuk alomorf awalan mo- yang
mengalami proses sandi dengan morfem dasar yang dilekatinya, yaitu md. bersuku awal /wo/ dan /we/. Prosesnya sebagai berikut; mo- + wo —>• moo, dan mo- + we —> mee, misalnya: wolu — moolu 'aus,luluh' woli — mooli 'hdang'
wololo
—
moololo 'rindu' (karena terke-
wela
—
nang) meela 'merah'
wengi
—
meengi 'berkebun'
(iii) Penyimpangan daripada bentukan moN- dan moLMeneliti data yang ada, temyata ada penyimpangan dari aturan-aturan yang sudah dijelaskan di atas tadi. Ada bentuk an yang alih-alih memakai morf moN- atau moL- dip^ai mo-, tanpa nasalisasi, misalnya: md. bala pagar' mobala 'memagari' bite dayung' mobite 'mendayung, berlayar'
d. Apabila morfem dasarnya morfem pinjaman, misalnya: md. baca 'baca' — mobaca 'membaca'
balanja belanja' mobalanja 'berbelanja' belo laelok'— mobelo 'membelok'
pasiari 'pesiar' — mopasiari 'pesiar'
e. Apabila suku kedua terdiri atas vokal yang sama dengan vokal penutup suku pertama (sehingga dalam ucapan terdengar bunyi vokal panjang), misalnya: md. peehu 'c2xi'— mopeehu 'mencari'
pate 'pukul, bunuh'-mopaafea 'berkelahi, berperang' bilohu lihat
mobiilohe 'menenggang'
biihu "hihir'— mobiihu 'mengomel' 3.12 AWALAN LO-
Mengenai awalan la- sudah disinggung sedikit pada pasal 2.3.1 Awalan to- dimasukkan ke dalam satu kategori dengan awalan mokarena semua yang sudah diterangkan mengenai awalan mo- berla-
ku juga untuk awalan to-," bedanya terletak pada pengertian waktu yang terkandung di dalamnya.
N.Adriani berpendapat, bahwa to- sebenarnya berasal dari miloyaitu awalan mo- yang beroleh sisipan -il- penentu praeteritum.
Sebagai akan terlihat nanti dalam keterangan mengenai berbagai awalan, maka semua awalan yang digabung dengan sisipan -i7menyatakan peristiwa sudah-lampau karena fungsi sisipan -il- terutama meriyatakan praeteritum itu.
Adriani membandingkan to- dalam BG dengan bentuk-bentuk yang dianggapnya sejalan dengan itu, yang terdapat dalam bahasa Sangir dan bahasa Parigi. Katanya:
De vormen rnet lo- zijn de perfectieven van die met mo- (II, bl. 13). Die zijn namelijk afgeknot uit vormen met milo-, dat is mo- met ingevoegd -il-, op dezelfde wijze dus als in het Sang. 54
mangala' is onstaan uit minangala' en in het Parigisch nanggoni
uit minanggoni, resp. perfectieve vormen van mangala'' en manggoni. Zo staat ook in Gt.lotali voor milotali, lolihu voor
milolihu, lolao voor milolao resp. perfective vormen van motali, molihu, molao. ^ Pendapat Adriani itu sesuai dengan pendapat W. Dunnebier »
A
yang mengatakan, bahwa dalam bahasa Bolaang Mongondow(BM) juga terdapat awalan mo-, no-, po-, yang sejalan dengan mo-, to-, po- dalam BG.
Dikatakannya pula, awalan no- dalam BM berasal dari mino- yaitu awalan mo- yang beroleh sisipan -in-.
Dia menunjukkan persamaannya dengan bahasa Totemboan (BT), nima- sebagai bentuk lampau daripada ma-.
Breukink^ mengatakan, bahwa awalan to- menyatakan onvolmaakt verledentijd dan menterjemahkan lotali, lopotali, lopoqahu,
lomate dengan 'kocht, verkocht, gelastte, doodde', sedangkan Adriani ® mengatakan, kata-kata itu haruslah diteijemahkan de ngan 'gekocht, verkocht, gelast, gedood'. Jadi, menurut Adriani bentuk-bentuk itu haruslah digolongkan ke dalam volmaakt ver ledentijd (plusquamperfectum).
Dalam BG awalan lo- ini bervarian dengan yilo- (lohama - yilo-
hama 'sudah mengambil', lotutu - yilotutu 'melahirkan anak', dan
sebagainya), dipakai apabila dinyatakan bahwa pekerjaan sudah dilakukan atau dianggap sudah dilakukan, atau peristiwa yang dibicarakan terjadi di masa lampau; dipakai baik dalam kalimat nyata
maupun kalimat pengandaian ^, seperti terlihat pada contoh-contoh berikut. Ointii ti maama lotubu ila.
'Tadi ibu menanak nasi.' Ointii ti maama maa lotubu ila. 'Tadi ibu sudah menanak nasi.'
(pemyataan masa-lampaunya dieksplisitkan oleh morfem maa 'sudah')
Bandingkan kalimat-kalimat berikut: Ti maama diipo motubu ila.
'Ibu belum (akan) menanak nasi.' Ti maama diipo lotubu ila.
'Ibu belum (sudah) menanak nasi.' Ti maama diila motubu ila, bo motubu binte.
'Ibu tidak (akan) menanak nasi, melainkan (akan) menanak jagung.' Ti maama diila lotubu ila, bo lotubu binte.
'Ibu tidak menanak nasi, melainkan menanak jagung.'(peris55
tiwa sudah lampau) Dalam kalimat pengandaian: Wonu lotubu toolo kati yiqo ointii, tanu debo loqocuukupu.
'Sekiranya engkau menanak tiga kati tadi, barangkali cukup juga-' Mohuli bo lotubu binte yiqo ointii.
'Agaknya lebih baik seandainya engkau tadi menanak jagung (saja).' 3.13 AWALANPO-
Sebagaimana awalan to-, awalan po- pun termasuk dalam kategori mo-, dan merupakan seperangkat awalan dengan mo- dan to-. Awalan po- mempunyai dua fungsi gramatikal: a. sebagai pembentuk imperatif b. sebagai pengubah kelas kata
Sebagai pembentuk imperatif dapat kita lihat pada contoh di bawah ini:
Pohama duluo yiqo!'Ambil dua untukmu!'
Potali mai tola to paatali! 'Beli ikan dari pasar nanti!' Potalia boqo doimu!'Belikan baju uangmu!' Potuluhulo, maa hui daqa!'Tidurlah, sudah larut malam!'
Dikat^an, bahwa fungsi awalan po- juga mengubah kelas kata, karena md. kata kerja yang berawalan po- menjadi kata bentukan dengan kategori kata benda. Awalan po- pada kata bentukan itu mengandung pengertian 'alat'(instrumental).
md. paqi; momaqi 'melempari(i)'
pomaqi 'alat untuk melempari' atau 'pelempar' md. putu; momutu 'memotong, mematahkan' pomutu 'pemotong' Botia botu pomaqi apula boito.
'Ini batu pelempar anjing itu.' Tio lohama wamilo pomutulio hulapa.
'Dia mengambil parang pemotong bambu.' Awalan po- mengandung pengertian waktu futurum seperti tampak pada contoh kalimat di atas. Bila awalan po- disisipi sisipan -il-, maka dinyatakan pengertian waktu praeteritum. Bandingkan kalimat-kalimat di bawah ini dengan kalimat di atas tadi. Lohama botu tio pilomaqilio apula boito.
'Dia (sudah) mengambil batu dipakainya pelempar anjing itu.' Lohama wamilo tio pilomutulio hulapa.
'Dia mengambil parang pemotong bambu itu.' (peristiwanya sudah lampau, dinyatakan oleh awalan lo- pada lohama dan awalan pilo- pada pilomutulio). 56
Alomorf po-
Alomorf po- ialah / pocj)— poN- ~ poL— poH- /. Jika awalan mo- dan la- mempunyai alomorf /moS-/ dan /loS-/, maka bentuk /poS-/ tidak terdapat. Lagi pula karena morfem dasar berawalan po- sifatnya transitif, maka tidak terdapat dua bentuk alomorf untuk satu morfem dasar yang sama seperti yang terlihat pada modan lo-. Bandingkan bentuk-bentuk berikut: moN- momutu
loN- lomutu
poN-
pomutu
mo0- moputu
lo0- loputu
—
*poputu
moN- momoqo
loN- lomoqo poN- pomoqo
mo0- mopoqo
lo0- lopoqo
—
*popoqo
3.2 KATEGORIMOPO-
Dalam kategori ini, termasuk awalan mopo-, lopo-, dan popo-.
Ketiga awalan ini dapat ditempelkan baik pada md. kata kerja dan kata benda, maupun pada md. kata sifat. Ketiganya memUiki arti kausalitas, yang kurang lebih dapat disamakan dengan arti gabungan imbuhan me—kan dalam BI.
Yang menarik perhatian di sini ialah bahwa semua morfem dasar berawalan moti- dan bersisipan -um- dengan kata lain kk. tipe moti- dan tipe -um-, dapat diberi awalan mopo-, lopo-, popo-,
sedangkan tidak semua morfem dasar tipe mo- dapat diberi awalan-awalan itu. Didasarkan pada data yang sudah penulis kumpulkan^ sukar dapat melihat aturan yang pasti morfem dasar mana
yang dapat dan mana yang tidak dapat diberi awalan mopo-,lopo-, popo- itu. Seperti terlihat pada Tabel IV, tabel paradigma kata
kerja, hanya sebagian di antara md. tipe mo- yang dapat diberi awalan mopo-(termasuk juga lopo- dan popo-). md. tepa; molepa 'menyepak', mopotepa 'menyepakkan' md. delo,* modelo 'membawa', mopodelo 'menitipkan untuk dibawa'
md. tahu; moto/iu'menyimpan', mopotahw'menitipkan' md. kalaya; mokalaja 'bekeija', mopokalaja 'mempekeijakan' Tidak terdapat bentukan: *mopodaha,*mopohama, *mopohuqo, *mopotubo, *mopotubu, *mopowohi. 3.2.1 SIFAT-SIFAT UMUM AWALAN KATEGORI MOPO-
Mengulangi lagi yung sudah dikatakan di atas, maka semua md.
tipe moti- dan tipe -um- dapat diberi awalan mopo-,lopo-, popo-, tetapi md. kata keqa tipe mo- tidak. Awalan-awalan mopo-, lopo-, popo-, hanya mempunyai satu bentuk, tidak ada alomorfnya seperti awalan mo-, lo-, po-. 57
Kata keija berawalan mopo-,lopo-, popo- tergolong ke dalam
subkategori transitif, tetapi berobyek tak langsung dengan kata depan pengantar lo. Bandingkanlah kalimat-kalimat berikut:
mo- dan mopo-: Tie molepa bali. 'Dia menendang bola.' Tie he mopotepa lo bali boito. 'Dia menyepakkan bola itu.'
Yiqo taa modelo baarangi boito. 'Engkau yang membawa barang itu.'
Tio mopodelo lo baarangilio olaqu. 'Dia menitipkan barangnya kepadaku.'
moti- dan mopo-: Tio maa motibalato. 'Dia sudah akan berbaring.' Tio mopobalato lo walaqio. 'Dia membaringkan anaknya.'
Uuti boheli he motidambaqo, 'Si Buyung baru mulai mencoba menelungkup (tengkurep).'
Tio he mopodambaqo lo walaqio. 'Dia menco ba menengkurepkan anaknya.'
-um- dan mopo-: Buurungi boito maa tumomboto. 'Burung itu akan terbang.'
Tei Adi he mopotomboto lo buahangalio.
'Si Adi sedang (berusaha) membuat kumbangnya terbang.'
Dahai, bolo tumeteqo tio. 'Jagalah, iangan sampai dia lari.'
Tio mopoteteqo lo wadalalio. 'Dia melarikan kudanya.'
Pada md. kata benda dan kata sifat, fungsi gramatikal yang dikandung oleh awdan mopo-, lopo-, dan popo- sama saja dengan pada md. kata keija, misalnya:
md. ks. udaqa 'besar'; mopoqudaqa 'membesarkan', ki. 'memuliakan, menghormati'
md. ks. langgato; molanggato 'tinggi' mopakmggato 'meninggikari'
md.kb. dingingo 'dinding'; mopodingingo 'mendindingkan'
md. kb. watopo 'atap'; mopohetopo 'memasangkan atap' 3.2.2 AWALAN POPO-,SBSfULFIKS POPO-/-A,PILOPO-
AwaLan popo- berfungsi membentuk kata keqa pasif sebagai lawan
kata keqa bentuk aktif dengan awalan mopo-. Perhatikan kalimat berikut:
58
AKTIF
PASIF
Waqu mopohuloqo olio.
Tio popohuloqoqu.
'Aku mendudukkan dia.'
'Dia kududukkan.'
Tio mopoteteqo to wadalalio. 'Dia melarikan kudanya.'
Wadalio popoteteqolio.
'Kudanya dUarikannya.' Tio he mopodambaqo lo walaqio. Walaqio he popodambaqolio.
'Dia membuat anaknya tengkurep.' 'Anaknya ditengkurepkannya. Simulfiks popo-/-a membentuk kata keq'a bentuk imperatif, misalnya: Popohuloqa teeto tio! Popobalata mota tio! Popotaqea mai tio! Poponaqoa otomu! Popolanggata tohe boito! Popotalohe mota dupi boito!
'Dudukkcin dia di situ!'
'Baringkan dial'
'Naikkan (ke sini) dial' 'Jalankan otomul' 'Tinggikan lampu itul'
'Lantaikan (pasang sebagai lantai) papanitul'
Apabila awalan popo- disisipi sisipjui -i7-, maka dinyatakan pengertian waktu praeteritum daripada bentuk pasif popo- sebagai lawan bentuk aktif praeteritum lopo- (yilopo-). Bandingkan kalimat-kalimat di bawah ini. AKTIF FUTURUM
AKTIF PRAETERITTJM
waqu mopohuloqo
waqu lopohuloqo
'aku mendudukkan' tio mopoteteqo 'dia melarikan'
tio lopoteteqo
ami mopodungohu
ami lopodungohu
'kami memperdengarkan' PASIF FUTURUM
popohuloqoqu
PASIF PRAETERITUM
pilopohuloqoqu
'kududukkan'
popoteteqolio
pilopoteteqolio
'dilarikannya' popodungohulami
pilopodungohulami
'kami perdengarkan' 3.3 KATEGORIMOQO-
Dalam kategori moqo-, termasuk awalan-awalan moqo-, loqo-, poqo-. Awalan tiga seperangkat ini masing-masing dapat ditempelkan baik pada md. kata keija, kata benda, maupun kata sifat. Awalan-awalan ini hampir sama fungsinya dengan perangkat mopo", lopo-, popo-. Kedua-duanya mengandung arti kausalitas. Be-
danya ialah bahwa pada md. kata kerja, awalan-awalan ini hanya 59
dapat dilekatkan pada morfem dasar tipe mo-, dan tidak pada tipe moti- dan tipe -urn-. Hal ini dapat dilihat pada label IV. 33.1 AWALAN MOQO- DAN LOQO-
Pada md. kata kerja dan kata benda awalan moqo- dan logo- me-
ngandung pengertian 'dapat me-' atau 'ter-' bergantung kepada konteks kalimatnya, seperti pada contoh berikut: Yiqo diila moqotali oto. 'Kau tak akan dapat membeli oto.' Poqodaha, bale moqotali u mohutodu.
'Hati-hati,jangan terbeli yang busuk.' Opeenu diila boti motota moitohu tio, debo moqotepa ball peqeenta-peqeenta.
'Walaupun dia kurang pandai bermain, dapat juga dia menyepak bola sekali-sekali.'
Diilapolibaya moliinto yiqo, bolo moqotepa oqato taa hi tuluhe.
'Jangan lain dari situ engkau, nanti tersepak (olehmu) kaki orang yang sedang tidur.'
Pada md. kata sifat, moqo- mengandung pengertian kausalitas. Maa lantingio u moqohulodee olio.
'Kemalasannya justru yang menyebabkan dia bodoh.' Pohutuamu ngoqaaqamila u moqosanangii olio.
'Kaukerjakanlah semua yang dapat membuat dia senang.' Wolo u moqolantingaa olemu?
'Apa yang menyebabkan engkau malas?' 33.2 AWALAN POQO-
Awalan poqo- dapat digabungkan dengan awalan mo- dan lo-
(mopoqo-, lopoqo-) dan gabungan itu memberikan pengertian kausalitas. Dapat disamakan artinya dengan arti gabungan awalan me- dan per-(memper-) dalam BI.
Awalan poqo- mengandung pengertian pasif futurum, bila di
gabungkan dengan awalan mo-(mopoqo-) menyatakan pengertian aktif futurum, dan bila digabungkan dengan awalan lo- (lopoqo-) mengandung pengertian aktif praeteritum. Untuk jelasnya perhatikan contoh di bawah ini.
AKTIF PUT.
AKTIF PR. TER.
PASIF PUT.
mopoqolanggato
lopoqolanggato
poqolanggatoqu
akan memper-
'sudah memper-
'akan kupertinggi'
tinggi' mopoqotanggalo
tinggi' lopoqotanggalo
poqotanggalolio
akan memperluas' 'sudah memperluas' 'akan dlperluasnya' Apabila awalan poqo- diberi sisipan -iZ-, maka gabungan awalan60
sisipan itu (piloqo-) memberikan pengertian pasif praeteritum, sebagai lawan bentuk lopoqo-. AKTIF PR. TER.(LOPOQO-) waqu lopoqolanggato
PASIF PR.TER.(PILOQO-) piloqolanggatoqu
'aku sudah mempertinggi' waqu lopoqotanggalo 'aku sudah memperluas'
'sudah kupertinggi' piloqotanggaloqu 'sudah kuperluas'
3.4 KATEGORIMONGO-
Ke dalam kategori ini, termasuk awalan-awalan mongo-, longo-, pongo-. Frekuensi pemakaian awalan-awalan ini sangat kecil dan
hampir tidak terdengar dipakai dalam bahasa percakapan seharihari. Biasanya terdengar dalam bahasa "mi'raj" atau bahasa we-
jangan oleh pemuka agama yang memberikan fatwa di mesjid atau pada pertemuan tertentu. Mungkin karena pengertian yang terkandung oleh awalan-awalan ini sama saja dengan moqo-, loqo-, poqo-, maka awalan yang tersebut kemudian irulah yang sering terdengar
dipakai orang, sedangkan kata bentukan dengan mongo-, longo-, dan pongo-b oleh dimasukkan ke dalam bahasa sastra. ^ Contoh: mongolaboto ~ mogo/oboto'dapat menandin^ mongopiohu = moqopiohu 'dapat memperbaiki'
Sama juga dengan awalan-awalan lain yang sudah diterangkan terdahulu, mongo- mengandung juga pengertian waktu futurum,
longo- menyatakan praeteritum dan pongo- menyatakan pasif fu turum, pilongo- menyatakan pasif praeteritum. Diaalu maqo u mongolabotaa ilimuulio lo Nabi.
'Tak suatu pun yang dapat menandingi ilmu(nya) Nabi.' Diaalu maqo u longolabotaa ilimu lo Nabi.
'Tak suatu pun yang (sudah) dapat menandingi ilmu Nabi.' Diaalu maqo u mowali pongolabotaa ilimulio lo Nabi.
'Tak suatu pun yang dapat dipakai penanding ilmu(nya)Nabi.' 3.5 KATEGORI MOTI-
Ke Halam kategori ini, tergolong awalan-awalan tiga seperangkat moti-, loti-, poti-.
Perbedaannya yang utama dengan awalan-awalan mo-, lo-, poialah bahwa awalan-awalan ini hanya membentuk subkategori tak-
transitif. Juga ia tidak mengenal bentuk alomorf. Sudah dising-
gung di depan, bahwa morfem dasar kata kerja tipe moti- tidak dapat diberi awalan mo-, lo-, po-. Ada morfem dasar kk. tipe moyang dapat juga diberi awalan moti-, loti-, poti-, namun sebaliknya tidaklah mungkin. Contohnya: 61
md. tuluhu;
md. kalaja;
motuluhu 'tidur' motituluhu 'berbuat seolah-olah tidur'
mokalaja 'bekerja'
motikala-kalaja 'berusaha bekeija' (pelaku jamak) 3.5.1 AWALAN MOTI- DAN LOTI-
Perbedaan antara moti- dan loti- ialah bahwa moti- menyatakan futurum aktif-taktransitif, sedangkan loti- menyatakan praeteritum aktif-taktransitif, misalnya: AKTIF PUT.
AKTIF PR. TER.
Waatia maa motihalato.
Waatia mm yilotibalato.
'Saya akan berbaring.'
'Saya sudah berbaring' (dimaksudkan: tadi)
Tic maa motihuloqo.
Tio mm lotihuloqo.
'Dia akan duduk.'
'Dia sudah duduk.'
Suatu ciri Iain dari awalan moti- dan loti- ialah bahwa pekerjaan yang dinyatakan oleh kata kerjanya menunjukkan gerakan atau sikap tubuh. Contohnya:
motidungu 'menunduk' motidanga merangkak' motidambaqo 'bertiarap' motiyintili 'berbaring
motilanggelo 'menengadah' motiqalapo 'merayap' motitinggaya 'menelentang' motitonggo 'beijongkok'
merusuk'
motilonuhu 'belunjur'
motitambelango 'bersila'
motitangga 'mengangkang' motikeadu mengedik'
motitengge 'beijengket' motibiadu 'mengedikkan badan secara tiba-tiba'.
Selain daripada itu, pada awalan moti- dan loti-, terkandung sua tu pcngertian ada usaha' pelaku ke arah tiba pada sikap yang di nyatakan oleh morfem dasar itu. Arti yang diberikan di atas pada kata-kata bentukan dengan moti- sebenarnya tidak tepat benar. Bandingkan arti kalimat berikut: Tio motitonggo. TOa berusaha untuk tiba pada sikap berjongTio tonggo-tonggo. 'Dia berjongkok.' (di sini berarti dalam keadaan jongkok)
Jadi, ya.ng dalam BI biasanya dinyatakan dengan awalan ber- sebeijongkok, berbaring, dan sebagainya, dalam BG dinyatakan dengan bentuk reduplikasi. Pada md. kata sifat, awalan moti- dan loti- berarti membuat si kap tubuh seperti yang dinyatakan oleh morfem dasar itu. Contohnya: md. kohengo; mokohengo \eTas,kaku' 62
motikohengo 'berusaha mengejangkan tubuh' md. luqoyoimoluqoyo 'lemas, tak kaku' motiluqoyo 'berusaha membawa tubuh dalam sikap takkaku' md. aaluti 'halus, lemah-lembut'
motiqaaZuti 'berusaha bersikap lemah-lembut' Pada md. kata benda, moti- dan loti- mengandung pengertian
hampir seperti pada md. kata sifat, yaitu menjadi seperti yang disebutkan oleh morfem dasar, tetapi frekuensi pemakaiannya tidak besar.
Co'ntoh: md. botu 'batu'
motibotu 'diam seperti batu' md. antongo 'darah yang sudah beku'
motiqantongo 'membeku'(seperti darah beku) 3.5.2 AWALAN POTI-
Awalan poti- mempunyai dua fungsi yaitu untuk raembentuk kk. imperatif dan untuk menyatakan pasif futunim, seperti contoh di bawah ini.
md. balato; motibalato 'berbaring' Potibalato! 'Berbaring!' Potibalatolo ito! 'Berbaringlah Andal'
Potibalataa teeto ito! 'Berbaringlah Anda di situ!' md. huloqo; motihuloqo 'duduk' Potihuloqolo!'Duduklahl' Potihuloqaa to kadera boito ito! 'Duduklah Anda di kursi itui' Potihuloqai odia mai, Uuti! 'Duduklah ke sini, Nakl' PASIF FUTURUM
Angulua boito potibalataau.
_ ,
'Bantal itu akan kutiduri.' (maksudnya; akan kupakai tidur) Pohama mai kadera potihuloqalio.
'Ambilkan kursi (yang) akan didudukinya.'
Dengan menyisipkan sisipan -it- pada awalan poti- dinyatakan pengertian waktu praeteritum, misalnya: Angulua boito u pilotibalataqu ointii.
'Bantal itu yang kupakai tidur tadi.' Kadera pilotihuloqalio boito kadera hutia.
'Kursi yang didudukinya itu kursi rotan.' 3.6 KATEGORIMOTITI-
Awalan-awalan motiti-, lotiti-, potiti- yang masuk dalam kategori 63
ini sangat berdekatan fungsi dan artinya dengan perangkat moti-, loti-, dan poti-. Perulangan suku ti terasa memberikan aspek frekuentatif kepada bentukan dengan motiti- itu. Perbedaan arti kata bentuk moti- dengan bentuk motiti- dapat dirasakan berdasarkan contoh kalimat-kalimat di bawah ini.
Mm motihalato waqu, matoqu maa moduyuduto.
'Sudah akan berbaring aku, mataku sudah mengantuk.' Taa laqi kikiqm boito hiyo-hiyongo wau he motitibalataa to huta.
'Anak laki-laki kecil itu menangis dan berbaring-baring (di sini: berguling-guling) di tanah.' Wonu he monga, diila mowaii motitonggo.
'Jika sedang makan, tidak boleh beijongkok.' He motititonggo tio, dabo laito bo he meihuloqo.
'Dia berusaha berjongkok, tetapi selalu terduduk saja.' Pengertian waktu yang dinyatakan oleh awalan-awalan ini seja-
lan dengan awalan-awalan terdahulu yang sudah diterangkan. Contoh:
AKTIF PUT. motitibalato
AKTIF PR. TER. lotitibalato
motitihuloqo motitidambaqo motitidanga
lotitihuloqo lotitidambaqo lotitidanga
3.7 KATEGORIMEQI-
Ke dalam kategori.ini, termasuk awalan-awalan meqi-, leqi-, peqi-, yang bervarian dengan moqi-, loqi-, poqi-. Ketiga awalan ini mengandung pengertian 'menyuruh', tetapi secara tidak langsung. Misalnya: Tio meqihile doi olemu 'Dia menyuruh (saya) meminta uang kepadamu.'
meqi- mengandung pengertian aktif futurum, leqi- aktif praeteritum, peqi- pasif futurum dan bila diberi sisipan -it- (pileqi-) menyatakan pasif praeteritum. Contoh bentuk AKTIF FUTURUM;
Ti maama meqihama tcUuhu olemu.
'Ibu menyuruhmu mengambil air.' Ti pmpa meqitali tabaqa olei Ama.
'Ayah menyuruh membeli tembakau kepada Amat.' Too mongongota boito meqitubu buuburu.
'Orang sakit itu menyuruh (supaya) dimasakkan bubur.' Bentuk PASIF FUTURUM:
Kameja boito peqitaliqu oli kaka. 'Kemeja itu akan kusuruh Kakak belikan.' Taatonu taapeqibalaamu ileengimu? 64
'Siapa yang akan kausuruh memagari kebunmu?' Peqitubua mai oli Aisa ila boito. 'Suruhlah Aisah menanak nasi itu.'
3.7.1 GABUNGAN AW ALAN MEQI- DENGAN AW ALAN PEMBENTUK IMPERATIF YANG LAIN
Suatu sifat yang khas awalan ini ialah bahwa ia dapat digabungkan
dengan awalan-awalan pembentuk imperatif yang lain, scperti po-, popo-,poqo-,dan peqi-. (Tabel III)
Contoh: meqipotum 'menyuruh supaya ditunjukkan(i)' meqipopoqudaqa 'menyuruh supaya dimuliakan'
meqipoqolanggato 'menyuruh supaya ditinggikan sekali' meqipeqitaqe 'menyuruh supaya dinaikkan'
Bila peristiwanya sudah lampau dipakai awalan leqi-, misalnya Leqipotunu olaqu tio olaango. 'Dia menyuruhku menunjuki (mengajari) dia kemarin.' 3.7.2 GABUNGAN AWALAN PEQI- DENGAN AKHIRAN -A ATAU -I
Pada contoh berikut, akan kita lihat bahwa awalan peqi-, yaitu
awalan yang dipakai untuk membentuk imperatif tak langsung, dapat pula digabungkan dengan akhiran -a atau -i yaitu akhiran yang juga berfungsi sebagai pembentuk imperatif. Contoh;
Peqitalii boqo tio!'Suruh beli baju dial'
Peqitalia olio boqo boito!'Suruh dia beli baju itu!' Peqiwohii doi ton mosikini boito!
'Suruh beri uang orang miskin itu I' Peqiwohia maqo olio doi boito to taa mosikini!
'Suruh dia berikan uang itu kepada orang miskin!' Jika diperhatikan contoh di atas, akan tampak perbedaan pemakaian peqi-/-i (kalimat pertama dan ketiga) dengan peqi-/-a (kalimat kedua dan keempat). Kata keija berakhiran -i langsung diikuti oleh obyek penderita, sedangkan yang berakhiran -a diikuti oleh obyek penyerta, baru kemudian obyek penderita. 3.8 KATEGORIMOHI-
Dalam kategori ini, termasuk awalan-awalan mohi-, lohi-, pohi-. Awalan-awalan ini mempunyai sifat yang sangat khusus karena hanya dapat dilekatkan pada md. kata benda yang termasuk jenis pakaian seperti: baju,jas, celana, kebaya, sarung, peci. Arti gramatikal awalan-awalan itu 'memakai'.
Seperti juga awalan-awalan tiga seperangkat yang lain, mohimenyatakan futurum,lohi- menyatakan praeteritum dan pohi- rae65
nyatakan pasif futurum, di samping dapat juga membentuk imperatif. AKTIF FUT.
AKTIF PR. TER.
mohiboqo mohiyasi mohikabaya
lohiboqo lohiyasi lohikabaya
'memakai baju' 'memakaijas' 'memakai kebaya'
Bentuk PASIF FUTURUM:
Maa pohiyasiqu yasi bohu boito.
'Akan kupakai jas baru itu.' Maa pohitaMalio talalamu.
'Akan dipakainya celanamu.' Diipo pohikabayawa kabayamu u moidu. 'Tangan kaupakai dulu kebayamu yang hiiau.' Bentuk PASIF PR. TER.:
Ydsi bohu u pilohiyasiqu ointii.
'Jas baru yang kupakai tadi.' Yilongola maa pilohitalalamu talalaqu?
'Mengapa kaupakai celanaku?' Olaango pilohikabayalio kabayalio u moidu.
'Kemarin dipakainya kebayanya yang hijau.' Bentuk IMPERATIF:
Pohiboqo lo boqo bohu boito yiqo!
'Pakai baju baru itu engkau!' Pohiboqoamu boqo bohu boito!
'Kaupakailah baju baru itu!' Pada kedua kalimat bentuk imperatif dengan pohi- di atas, kita lihat perbedaan. Kata pohiboqo diikuti oleh lo sebagai kata depan pengantar obyek, sedangkan pohiboqoamu tidak berkata depan pengantar karena akhiran -a pada kata pohiboqoa sudah berfungsi sebagai pengantar obyek. 3.9
KATEGORIMOLO-
Ke dalam kategori molo- termasuk tiga seperangkat simulfiks molo-/-a, lolo-/-a, polo-/-a. Awalan-awalan ini tak dapat dipakai tanpa gabungandengan akhiran -a, karena itu'merupakan simulfiks. Arti gramatikalnya 'selalu' atau 'terus-menerus' mengerjakan pekerjaan yang disebutkan oleh morfem dasar yang dilekatinya. FUT.
Diila bo he molotubualo oli mongoli kalajaaqu ngohuingohui.
'Bukan hanya terus-menerus memasak untuk kalian kerjaku sehari-hari.' PR.TER.
66
Bo he lolotubualo kalajaaqu oqoolaanga, maa odia wongoluqu.
'Memasak saja terus-menerus kerjaku sehari-harian, sudah capek benar aku." IMPERATIF: He polohamawa mola uolo tau ti mongoli, alihu maa tanggulalio mai mototaqoa.
'Terus-teruslah kalian ambil milik orang lain supaya kalian disebutnya suka mencuri.'
Contoh-contoh di atas ini memperlihatkan pemakaian simulfiks
itu pada md. kata kerja. Simulfiks itu dapat juga dilekatkan pada md. kata benda seperti terlihat pada contoh berikut: md. bala 'pagar' — molobalawa 'terus-menerus memagar' md. dingingo 'dinding' — molodinginga 'terus-menerus mendinding'
md. watopo 'atap' — molohetopa 'terus-menerus memasang atap' 3.10 KATEGORI MEI-
Dalam kategori mei-, hanya ada dua awalan yaitu mei- untuk aktif futurum, dan lei-untuk aktif praeteritum.Jadi,tidak seperti perangkat awalan-awalan yang sudah dibicarakan terdahulu, yang semua-
nya terdiri atas tiga awian seperangkat. Dalam kategori mei-, tidak terdapat bentuk imperatif karena ka ta kerja dengan awalan mei- dan lei- lebih menunjukkan keadaan daripada kerja. Arti gramatikalnya dapat disamakan dengan arti awalan ter- dalam BI.
Awalan mei- dan lei- bervarian dengan mai- dan lai-, tetapi me-
nurut pendengaran penulis lebih banyak dipakai orang bentuk meidan lei- daripada mai- dan lai-. Seperti sudah diperlihatkan pada pasal 1.2.4 mengenai varian vokal, maka mei- dan lei- bervarian ju ga dengan mee- dan lee-; jadi, meihuluto 'tergelincir' bervarian de ngan maihuluto dan meehuluto; laihuluqo 'terduduk' bervarian dengan leihuloqo dan leehuloqo, dan sebagainya.
Selain dapat dilekatkan pada md. kata kerja, awalan-awalan ini dapat juga dilekatkan pada md. kata benda dan kata sifat sebagai tampak pada contoh di bawah ini.
md. kata kerja: hama, mohama 'mengambil'; tali, motali 'membeli'; balato, motibalato 'berbaring'. Poqodaha bolo meihama uolo tau. 'Hati-hati jangan terambil punya orang.' Bo soe waqu, leitali oile molotingo. 'Sial aku, terbeli mangga asam.' Diila alintayangi waqu, maa meibalato.
'Jangan gantungi aku, nanti terguling.' md. kata benda: bala 'pagar', dingingo 'dinding' Wonu maa meibala ileengimu, yi didu tuoto lo binaatangi. 67
'Jika sudah terpagar kebunmu, maka tidak akan dimasuki binatang lagi.' Maa leidingingo belelio olaango.
'Sudah terdinding mmahnya kemarin.' md. kata sifat: leeto, moleeto 'buruk,jelek', langgato, molanggato 'tinggi' Wonu hale maa meileeto, maa suukali mopoqopiohu.
'Jikalau perangai sudah menjadi jelek, sudah sukar mengubahnya (memperbaikinya).' Wonu maa meilanggato loqialio, yi langga-langgatolo, didu odeehe.
'Jika bicaranya sudah meninggi, teruslah meninggi, tak akan dapat dilawan lagi.' 3.11 KATEGORI MOPOHU-
Seperti juga kategori mei-, kategori mopohu- hanya terdiri atas dua butih awalan yaitu mopohu- dan lopohu- yang menyatakan bentuk
aktif futurum dan aktif praeteritum. Awalan-awalan ini naasingmasing hanya dapat dilekatkan pada md. kata sifat dan mengandung arti gramatikal 'makin menjadi', misalnya: mopohulanggato 'makin menjadi tinggi', mopohuyitomo 'makin menjadi hitam'. Seperti terlihat pada Tabel III, mopohu- hanya dapat digabungkan dengan sisipan -it- membentuk praeteritum lopohu- (yilopohu-). Digabungkan dengan akhiran -a, awalan-awalan ini memben
tuk kata kerja transitif. Bandingkan bentukan kata kerja yang berakhiran -a dengan yang tanpa akhiran -a di bawah ini. TAKTR. Bo mopohungongoto wawaqoqu meqiyapo olio.
'Makin bertambah sakit saja badanku menyuruh pijitTR.
kan padanya.' Meqiyapo olio bo mopohungongotaa wawaqo.
'Menyuruh pijit padanya hanya makin mempersakit badan.' 3.12 KATEGORI O-
Awalan o- tidak mempunyai pasangan. Awalan ini hanya dapalsdipakai pembentuk kata kerja dedam bentuk simulfiks dengan akhir an -a (o-/a). Di samping tu, bentukan dengan simulfiks o-/-a selalu
harus diikuti oleh Shiran pronomina atau diikuti oleh agens berkata-depan lo atau li, misalnya: otaliaqu 'terbeli olehku', otaliamu 'terbeli olehmu', otalialio 'terbeli olehnya', otalia lo tau 'terbeli
oleh orang lain', otalia li kaka 'terbeli oleh Abang'. Bentuk-bentuk di atas itu mengandung pengertian pasif futu rum. Bila diberi sisipan -il- menjadi pasif praeteritum, misalnya: 68
ilotaliaqu 'sudaH terbeli olehku', ilodeloalio 'sudah terbawa olehnya', ilohuloqa lo tau 'terduduki oleh orang'.
Seperti terlihat pada contoh bentukan di atas, sisipan -il- dilekatkan di depan kata bentukan dengan awalan o- itu karena fonem awal kata bentukan adalah vokal.
Simulfiks o-/-a pada md. kata benda mempunyai arti gramatikal yang sama dengan pada md. kata kerja, misalnya: md. bala 'pagar'; obalaalio 'terpagari olehnya', obalaa li paapa 'terpagari oleh Ayah', obalaa lo taa hi pokalajawa 'terpagari oleh orang yang sedang bekerja'.
Seperti terlihat pada Tabel III, awalan o- (sebenarnya simulfiks o-/-a) dapat digabungkan dengan awalan po-, papa-, poqo-, poti-, potiti-, peqi- dan pohi-, misalnya: opohilealio 'akan terminta oleh nya', opoponaqoalio 'akan terjalankan olehnya', opoqohuntualio 'akan terberikan banyak-banyak olehnya', opotibalatalio 'akan ter-
baringi olehnya', opotitihangatalio 'akan dapat dipergantunginya', opeqinaqoalio 'akan tersuruh pergi olehnya', opohiyasialio 'akan
terpakai (jas) olehnya'. Untuk bentuk praeteritum ditambahkan sisipan -il- di depan kata-kata bentukan itu. 3.13 KATEGORI TOPO-
Dalam kategori ini, hanya ada satu awalan yaitu tape-. Seperti juga awalan a-, awalan tape- hanya dapat muncul dalam kata bentukan dalam bentuk simulfiks topo-l-a. Berbeda dengan awalan-awalan
yang sudah diterangkan terdahulu, simulfiks topo-l-a mengandung pengertian waktu praesens, menyatakan aspek duratif dan frekuentatif dan selalu menunjukkan pelaku jamak. Jadi, simulfiks topo-l-a memberikan arti kala 'sedang' dan 'masih terus berlangsung' atau 'dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang'. Simulfiks topo-l-a ini dapat dilekatkan pada md. kata kerja dan kata benda seperti terlihat pada contoh di bawah ini. Ilodunggaaqu mota, topotalia kaaini ti mongolio. 'Kudapati, padamembeli-belikainmereka'.(md. tali 'beli' kk.) Topotuqoa taa hi taqea to kaapali boito sababu odito udaqa lo buqolo. 'Pada muntah-muntah penumpang kapal itu karena om-
bak sangat besar.'(md. tuqo 'muntah' kb.)
Dalam kategori ini, terdapat satu bentuk kecuali yaitu kata topongili dari md. yili. Pada kata ini, awalan topo- dipakai tanpa gabungan dengan akhiran -a,juga pelaku pekerjaan boleh tunggal boleh jamak. Perbedaannya yang lain ialah bentukan topongili me
ngandung pengertian waktu futurum, dan bila diberi sisipan -il- dinyatakan waktu praeteritum. Simulfiks topo-l-a tak dapat diberi sisipan -il-. Contoh pemakaiarmya dalam kalimat: 69.
Waqu maa topongili, dahaipo maqo tei Uuti!
'Saya sudah akan terberak,jagailah dahulu si Buyung!' Maa topo-topongili ti mongolio wonu he popoheamu.
'Akan terberak-berak mereka kalau (terus) kaupertakut-takuti.'
Tei Uuti tilopongili to talala.
'Si Buyung terberak di celana(nya).' 3.14 KATEGORI TAPA-
Hanya ada awalan tapa- dalam kategori ini. Awalan tapa- melukis-
kan suatu keadaan force majeur kira-kira dapat disamakan dengan awalan ter- dalam BI yang menyatakan pengertian 'tak sengaja dan terjadi secara tiba-tiba tanpa dikehendaki.'
Berbeda dengan awalan topo- awalan tapa- mengandung penger tian waktu futurum dan bila diberi sisipan -il- dinyatakan waktu praeteritum (tilapa-). FUTURUM
PR.TER.
tapahuloqo
'terduduk'
tilapahuloqo
tapahututo tapawulula
'terkentut' 'salah urat
tilapahututo tilapawulula
di leher waktu tidur'
Frekuensi pemakaian awalan tapa- ini sangat kecil. Pada Tabel
IV, terlihat bahwa di antara 30 morfem dasar kata kerja hanya satu yang dapat diberi awalan tapa- yaitu md. huloqo. Dari md. yili dapat dibentuk kata tapayili 'terberak' atau 'ter-
kencing'. Jadi, sama artinya dengan kata bentukan topongili de ngan morfem dasar yang sama.
Akan tetapi,jika dikatakan secara eksplisit mana yang dimaksud yaitu 'terberak' atau 'terkencing', maka dipakai orang kata topo ngili yang diikuti dengan keterangan seperti di bawah ini. topongili lo bountu 'terberak'(hountu 'tinja') topongili lo loloyili 'terkencing'(loloyili 'kencing') 3.15 KATEGORI TONGGO-
Dalam kategori ini, termasuk awalan tonggo-. Walaupun awalan ini awalan tunggal, artinya tanpa pasamgan seperti mo-, lo-, po-, untuk membentuk aktif futurum, aktif praeteritum, dan imperatif
ia dapat digabung dengan awalan-awalan mo-, lo-, dan po- menjadi motonggo-, lotonggo-, potonggo-. Di samping itu, awalan tonggo-
dapat diberi sisipan -il- (tilonggo-) untuk membentuk pengertian praeteritum, misalnya:
Ami maa tonggonaqo.'Kami segera akan pergi.' 70
Ti mongolio maa tilonggonaqo. 'Mereka sudah pergi semua.
Arti gramatikal yang dinyatakan oleh awalan tonggo- ialah 'melakukan kerja yang'disebut oleh morfem dasar secara serentak oleh banyak orang'. Jadi, pelaku pekerjaan selalu jamak. Dalam gabungan dengan mo-, la-, po-, awalan tonggo- mengandung arti gramatikalnya sendiri dan sekaligus mengandung pengertian mo-, lo- dan po-. Contoh:
Tonggohama bulotu makusudulamiaatia loonaqo mai botia.
'Akan datang mengambil perahu maksud kami datang ini.' Nonaqolamiaatia odia mai botia mai motonggohama bulotu.
"Kedatangan kami ke sini ini akan mengambil perahu.' Mai lotonggohama bulotu ti mongolio olaango.
'Datang mengambil perahu mereka ke sini kemarin.' Bo potonggoyitohee mola ti mongoli alihu diila lapato kalajaa li mongoli.
'Bermain-main sajalah kalian supaya tak selesai pekeijaan ka lian.'
3.16 KATEGORI TOHU-
Dalam kategori ini, hanya ada simulfiks tohu-/-a sebab seperti simulfiks o-/-a dan topo-/-a, maka awalan tohu- hanya dapat ber-
fungsi membentuk kata keija dalam bentuk simulfiks dengan akhiran -a.
Satu sifatnya yang khusus ialah bahwa simulfiks ini hanya dapat dilekatkan pada md. kata sifat membentuk pasif futurum. Biasanya didahului oleh morfem he yang menyatakan aspek frekuentatif. Contoh:
md. pedeto 'pesek' He tohupedetamu tio tuhetaa tio moingo.
"Kausebut-sebut pesek dia, itu sebabnya dia marah.' He tilohupedetamu olo tio, uitolo u loqoingo olio.
'Kauscbut-sebutpesekdia, itulah yang menyebabkan dia marah'
Seperti juga awian tonggo-, awalan tohu- dapat digabungkan dengan awdan mo-, lo-, pO- dalam fungsi yang sama. Contoh:
md. hulodu;mohulodu 'bodoh' Tio he motohuhulodee olaqu.
"Dia menyebut-nyebut aku bodoh.' He lotohuhulodee olaqu tio ointii.
'Dia menyebut-nyebut aku bodoh tadi.' Diila potohuhulodee olio yiqo, tio taa mohuhula. 71
-'Jangan kausebut-sebut dia bodoh, dia (saudaramu) yang sulung.'
Apabila morfem dasar bervokal akhir /i/ seperti bunggili Tcikir',
maka akhiran -a hanya muncul apabila awalan tohu- dipakai tanpa gabungan dengan mo-, la-, pa- seperti contoh di bawah ini. He tohubunggiliamu tic? 'Kausebut-sebut dia kikir?''Kaukata-katai dia kikir?'
Tic he motohubunggili olaqu.
'Dia menyebut-nyebut aku kikir.' He lotohubunggili olaqu tio ointii, uitolo u loqoingo olaqu.
'Dia menyebut-nyebut aku kikir tadi, itu yang menyebabkan aku marah.'
Diila potohubunggili olio yiqo!
'Jangan engkau menyebut-nyebut dia kikir!' 3.17 KATEGORI TONTO-
Dalam kategori ini hanya ada satu awalan yaitu tonto-, yang dipa kai sebagai simulfiks tonto-/-a. Simulfiks ini pun memiliki sifat yang sama dengan simulfiks tohu-/-a yaitu dapat digabung dengan mo-, lo-, dan po-.
Awalan gabung motonto- dan lotonto- membentuk kk. taktran-
sitif, bila diberi akhiran -a menjadi transitif, seperti contoh di ba wah ini.
md. wolato; mohulato 'menunggu' He tontowolatalio ito.
'Anda ditunggunya terus.' Debo moongolo motontowolato.
'Capek juga terus menunggu.' Debo moongolo motontowolata olio ohiiheolio odia.
'Capek juga menunggu dia terus-menerus berlama-lama seperti ini.' Tanu ngoolo jamu ami lotontowolata olio.
'Entah berapa jam lamanya kami menunggu dia.' Diila potontowolata olio ti mongoli, bolo otolaa lo kaapali. 'Jangan kalian terus menunggu dia, kalau-kalau kalian betinggalan kapal.' 3.18 KATEGORI TOLO-
Dalam kategori ini, hanya terdapat satu awalan yaitu tolo-. Kata bentukan dengan tolo- biasanya didahului oleh morfem he dan
mengandung arti 'tiap kali di... lagi', dengan kata lain pekerjaan yang dinyatakan oleh kata keqa itu tiap kali diulang lagi.
Contoh: he tolohamaalio 'tiap kali diambilnya lagi' 72
he tolbtubuolio 'tiap kali dimasaknya lagi' he tolobintaqolio 'tiap kali diangkatnya lagi'
Awalan tolo- dapat juga digabungkan dengan mo-, la-, dan pa-, tetapi hams sekaligus dengan akhiran -a;jadi, selalu dalam bentuk simulfiks motolo-/-a, lotolo-/-a. potolo-/-a. Tak pernah muncul da lam bentuk motolo-, lotolo-, dan/atau potolo- saja. Contoh:
Tic wambaqo he motolohamawa baarangi lo tau.
'Dia tiap kali mengambil barang orang.' He lotolohamawa doiqu tic, uitolo piloqoingoaqu olio.
'Dia tiap kali mengambil uangku, itulah sebabnya kumarahi dia.'
Diila bolo potolahamawa baarangi lo tau Uuti, moqoolitaa to mongoqudulaqa.
'Jangan kiranya mengambil-ambil barang orang, Nak, memalukan orang tua.' 3.19 SISIPAN DALAM BG
Sudah dibicarakan secara umum pada awal bab 3 bahwa dalam BG terdapat 3 buah sisipan yaitu -urn-, -il-, dan -o/-. Sisipan -urndan -il- berperanan dalam pembentukan kata keija, sedangkan -ol-
tidak, itu sebabnya tidak ^bicarakan secara tersendiri dalam tulisan ini.
Sisipan dalam BG disisipkan di antara dua fonem awal morfem dasar jika morfem dasar itu diawali oleh konsonan. Jika fonem awal morfem dasar itu vokal, maka sisipan ditempatkan di depan
morfem dasar, seperti awalan. Selain daripada itu, awalan dalam BG juga dapat diberi sisipan -il- dan aturannya sama dengan yang berlaku pada morfem dasar. Contoh:
md. lantiqo teteqo
—
lumantiqo 'melompat'
—
tumeteqo lari'
iqito — umiqito 'tegalc'(bulu roma) iomo — umiomo 'tersenyum' md. delo — dileloliO 'dibawanya' hama — hilamalio 'diambilnya' aqato — ilaqatalio 'disapunya' utu — ilutualio 'dikutuinya' Sisipan -il- yang dilekatkan pada awalan, misalnya, pi/opodutualio 'tempat di mana barang dia letakkan' dari popodutualio
(awalan popo-j, tilonggonaqo 'pada pergi' dari tonggonaqo (awalan tonggo-). Apabila sisipan -il- dilekatkan pada morfem dasar berkonsonan 73
awal II, w/, maka konsonan awalnya itu luluh, tetapi vokal /i/ pada
sisipan -il- diucapkan sebagai[^i] untuk membedakannya dengan ucapan[^ilo]yaitxi gabungan awalan o- dengan sisipan -il- (lihat pasal 3.12). Contoh:
md.lao; molao 'mengirim', yilaolio 'dikirimnya' md. wohi; mongohi 'memberi', yilohilio 'diberikannya' 3.19.1
KATEGORI -UM-
Dalam kategori ini, hanya terdapat sisipan -um-, yang hanya dapat dilekatkan pada morfem dasar tertentu, yaitu morfem dasar yang berkonsonan awal /t, d,1, h/ atau yang berfonem awal vokal.
Seperti sudah dijelaskan pada pasal katakeq'atipe-um-(2.2.4.3), maka sisipan -um- memberikan pengertian waktu futurum pada kata bentukannya. Kata kerja bersisipan -um- tergolong ke dalam subkategori taktransitif. Sisipan -um- dapat digabungkan pula de ngan sisipan -il- untuk menyatakan praeteritum. Sisipan -il- selalu ditempatkan di depan -um- secara berumtan (-Hum-). Contoh:
md. berkonsonan awal ftj
teteqo
— tumeteqo 'lari' (fut.)
tilumeteqo lari'(pr.ter.) md. berkonsonan awal /d/ dembingo — dumembingo 'melekat'(fut.)
dilumembingo 'melekat'(pr.ter.) md. berkonsonan awal /I/ lantiqo — lumantiqo 'melompat'(fut.) yilumantiqo 'melompat'(pr.ter.) md. berkonsonan awal /h/ huhelo — humuhelo 'bergetar'(fut.) hilumuhelo 'bergetar'(pr.ter.) md. berfonem awal vokal
iomo
— umiomo 'tersenyum'(fut.) ilumiomo 'tersenyum'(pr.ter.) Yang perlu diperhatikan pula ialah bahwa pada kata-kata yang morfem dasamya diawali oleh fonem vokal (seperti iomo di atas) sisipan -il- yang ditempatkan di depan morfem dasar sebagai awal
an tidak diucapkan / Vil 7,tetapi tetap 7 ?il 7.
Bentuk progresif praesens l^ta keija tipe -um- ini dinyatakan dengan bentuk reduplikasi tanpa -um-, misalnya tumeteqo 'akan lari', tilumeteqo 'sudah lari', tete-teteqo 'sedang lari'. Namun, ben tuk praesens dengan perulangan seperti itu hanya berlaku untiik
bentuk tunggal, sedangkan untuk bentuk jamak dinyatakan de74
ngan morfem hi dalam frase dengan kata kerja berakhiran -a, misal-
nya: hi teteqa 'sedang lari'. Bandingkan: tio tete-teteqo 'dia sedang lari', ti mongolio hi teteqa 'mereka sedang lari'. 3.19.2
KATEGORI-IL-
Sisipan -il- terutama berfungsi menyatakan bentuk praeterital; da-
pat dipakai balk untuk bentuk aktif maupun untuk bentuk pasif. Dalam bentuk pasif, sisipan -il- masiK terlihat dengan jelas seperti pada hama — hilama, delo — dilelo. Dalam bentuk aktif, sisipan -il- tak terlihat derigan jelas seperti mohama (aktif fut.) dan lohama (aktif pr.ter.).
Sebenarnya seperti sudah disinggung di depan (pasal 3.1.2) lohama berasal dari milohama, yaitu bentuk aktif futurum moha
ma yang diberi sisipan -il- menjadi milohama, lalu bentuk ini meng"aus" menjadi lohama (kehUangan mi-) atau variannya Milohama (kehUangan m-).
Dalam bahasa Tontemboan, ada bentuk ni- di samping sisipan -in-, yakni bentuk praeteritum dari bentuk ma-, yang tidak menja di mina-, tetapi nima-.
Dalam bahasa Sangir juga, di samping bentuk -in- ada bentuk ni-, misalnya md. deno, donsole, hepese, bila diberi sisipan -in-
tidak menjadi dineno, dinonsole, hinepese, tetapi menjadi nireno, nironsole, nihepese.
Mengambil perbandingan dengan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa bentuk lo- dalam BG memang berasal dari milo-. Pen-
dapat penulis itu tidak hanya didasarkan pada bentuk vang tampak, tetapi juga pada pembandingan bentuk gramatikalnya serta arti leksikal imbuhan itu. Walaupun Adriani tidak memasukkan
BG ke dalam kelompok bahasa-bahasa yang disebutnya kelompok Filipina yaitu bahasa-bahasa di Filipina, bahasa Sangir, Ton temboan, Bolaang Mongondow, namun menurut penelitian pe nulis antara bahasa-bahasa itu dengan BG ada beberapa perseimaan. Dalam bidang morfologi misalnya, ialah adanya kesamaan perangkat awalan dengan fungsi gramatikal menyatakan waktu (kala). Namun, pendirian itu haruslah didasarkan pada penelitian perban
dingan antara unsur-unsur bahasa-bahasa itu yang satu dengan yang lain.
Sejalan dengan pendapat penulis di atas bahwa bentuk lo- ber asal dari milo-, maka bentuk-bentuk lopo-, loqo-, loti-, lotiti-, leqi-, lohi-, lolo-., lopohu- juga. berasal dari bentuk-bentuk milopo-, miloqo-, miloti-, milotiti-, mileqi-, milohi, milolo-, dan milopohu-.
Bandingkanlah bentuk bentuk aktif futurum dengan aktif prae75
teritum. dan pasif futurum dengan pasif praeteritum di bawah ini. BENTUK AKTIF:
Waatia mohama taluhu.(fut.)'Saya mengambil air.' Waatia lohama taluhu. (pr.ter.) Tei Ako mopotepa to ball, (fut.) 'Si Ako menyepakkan bola.' Tei Ako lopotepa la ball, (pr.ter.) Ti maama man motihuloqo.{hxt.) 'Ibu akan duduk.' Ti maama maa lotihulaqo.(pr.ter.)'Ibu sudah duduk.' BENTUK PASIF:
Buku boito hamaaqu.(fut.)'Buku itu akan kuambil.' Buku boito hilamaqu. (pr.ter.)'Buku itu sudah kuambil.' Tohe boito popodutuoqu. (fut.)'Lampu itu akan kuletakkan.' Tohe boito pilopodutuqu. (pr.ter.)'Lampu itu sudah kuletakkan.' Hav,peqitali lipaapa.{fut.)'Rokok disuruh beli oleh Ayah.' Hau pileqitali lipaapa.{pr.teT.) 'Rokok (sudah) disuruh beli oleh Ayah.' 3.20 AKHIRAN DALAM BG
Pembicaraan mengenai akhiran yang berperanan dalam pe.mbentukan kata keija BG penulis bagi atas tiga golongan, yaitu: (i) akhiran -a dan -i (ii) akhiran -lo dan -po (iii) akhiran persona(pronominal suffix) Akhiran lo dan -po dan akhiran persona tidak penulis masukkan dalam Tabel III dan IV karena akhiran-akhiran itu tidak menim-
bulkan banyak masalah dalam pembentukan kata kerja dan dapat dilekatkan pada semua bentukan kata kerja. 3.20.1
KATEGORI -A
Akhiran -a dalam BG memainkan peranan penting dalam pemben
tukan kata kerja BG. Seperti terlihat pada Tabel III, hampir semua awalan dan sisipan dalam BG dapat digabungkan dengan
akhiran -a, malah beberapa di antaranya hanya dapat berfun^si dalam bentuk simulfiks dengan akhiran -a (o-/-a, topo-/-a, molo-/ -a, motolo-/ -a).
Fungsi akhiran -a ada tiga, yaitu: (1) sebagai pembentuk imperatif, (2) sebagai pengantar obyek (pembentuk transitif), (3) sebagai pengantar keterangan. 3.20.1.1 Akhiran -a sebagai Pembentuk Imperatif
Hampir semua morfem dasar kata keija BG menjadi kk. bentuk 76
imperatif bila cliberi akhiran -a. Pada md. bersuku dua akhiran -a ditambahkan di belakang morfem dasar itu, sedangkan pada md. bersuku tiga atau lebih akhiran -a menggantikan vokal akhir mor fem dasar itu, misalnya: md. delo, hama, tali, menjadi: Deloa! 'Bawa!', Hamawa! 'Ambil!', Talia! 'Beli!', tetapi md. bintaqo,
pututo, menjadi: Bintaqa! ^
,Pututa!'Bungkus!' Sebagai sudah diterangkan pada pasal 1.2.3 sub (iii), bila akhir an -a dilekatkan pada md. bersuku tiga bervokal akhir /u/, maka vokal akhir /u/ itu berubah menjadi /e/; misalnya, md. tuludu
menjadi Tulude! Dorong!', md. tuladu menjadi Tulade! 'Tulisl' 3.20.1.2 Akhiran-a sebagai Pengantar Obyek
Kata keqa transitif dari md. bersuku tiga atau lebih dalam BG haruslah berakhiran -a. Tanpa akhiran -a kata keija itu hanya dapat
dipakai sebagai kata keija taktransitif, misalnya: md. bintaqo dibentuk sebagai berikut:
Waqu taa momintaqo, yiqo taa momota. (taktr.) 'Aku yang mengangkat, engkau yang memikul.' Waqu taa momintaqaa kado boito, diila yiqo. (tr.) 'Aku yang mengangkat karung itu, bukan engkau. Ti paapa donggo he mokalaja. (taktr.) 'Ayah masih sedang bekerja.' Ti paapa he mokalajaa ileengi. (tr.) 'Ayah sedang mengerjakan kebun.' 3.20.1.3 Akhiran -a sebagai Pengantar Keterangan
Kata keija taktransitif dari md. bersuku tiga atau lebih dalam BG haruslah berakhiran -a apabila diikuti oleh keterangan. Bandingkan kalimat-kalimat berikut.
Waqu maa motihuloqo.'Aku akan duduk.' Waqu maa motihuloqaa to kadera boito. 'Aku akan duduk di kursi itu.'
Debo mongolo motihuloqaa ooqoolaanga.
'Capek juga duduk sepanjang hari.' Waqu maa motibalato. 'Aku akan berbaring.'
Waqu motibalataa to kaatulu. 'Aku akan berbaring di tikar.' Motibalataa yinti-yintili waqu.
'Akan berbaring miring-miring aku.' Kata to kadera dan to kaatulu merupakan keterangan tempat;
kata ooqoolaanga keterangan waktu, dan yinti-yintili keterangan kualitatif. Kata bentukan dengan akhiran -a motihuloqaa dan mo77
tibalataa membutuhkan keterangan yang melengkapinya. 3.20.1.4 Alomorf Akhiran -a
Alomorf {| -a ialah / -a ~ -wa ~ -la ~ -ma ~ -e / seperti terlihat dalam bentuk imperatif di bawah ini.
-a
Bentuk -a kita jumpai pada dua macam posisi, yaitu yang ditambahkan pada md. bersuku dua dan yang menggantikan posisi vokal akhir md. bersuku tiga atau lebih, misalnya: Deloa! 'Bawa!' (dari md. delo); Talia! 'Beli!' (dari md. tali); Bintaqa! 'Angkat!' (dari md. bintaqo); Pututa! 'Bungkus!' (dari md.pututo).
Pada contoh di atas, kita dengar bunyi luncuran (glide) antara vokal akhir morfem dasar dengan akhiran -a. Antara
terdengar bunyi luncuran /\v/ seperti deloa
/ d& 1 O a 7 dan tubua[tubu^a/,dan antara /e,i/ dan /a/
terdengar bunyi luncuran /y/ seperti bitea[ bitSYa J dan talia[taliVa ].
-wa Bentuk -wa kita jumpai pada md. bersuku dua bervokal akhir
/a/ seperti pada Hamawa!'AmbU!(dari md. hama) dan Tepawa! 'Sepak!' (md. tepa). Bentuk hamawa dan tepawa bervarian juga dengan hamaa dan tepaa.
-e
Bentuk -e seperti sudah disinggungjuga pada uraian terdahulu ktta jumpai pada md. bersuku tiga atau lebih yang bervokal akhir /u/ yang diberi akhiran -a. Vokal /u/ itu luluh dan tempatnya digantikan oleh vokal /e/ sebagai bentuk asimilasi danpada /a + u/, misalnya: Tulude!'Dorong!'(md. tuludu) Totabe!'Cencang!'(md. totabu).
'
-la Bentuk -/a kita jumpai pada beberapa md. bersuku dua yang diberi akhiran -a dalam bentuk imperatif. Tidak ada aturan yang tetap mengenai ini, dan melihat bahwa frekuensinya sa-
ngat kecil, dengan kata lain bentuk -la hanya kita jumpai pa da beberapa kata tertentu, maka gejala ini dapat kita golongkan pada bentuk kecuali. Contohnya dapat dilihat di bawah ini.
md. tapi
—
Tapila! 'Buang!'
tapu
—
Tapula!'Terka!'
wawo —
Wawola! TermnV
Wawolalo! 'Tenunlah!'
Pada beberapa kata bentukan lain, kita lihat gejalanya se bagai berikut:
md. ahu
78
—
mopoqahu 'menyuruh'
—
ahulalio 'disuruhnya!'
—
ilahulalio 'disuruhnya'(pr.ter.)
Ha./ pada ahulalio dan ilahulalio adalah alomorf daripada I -a I. Demikian juga pada contoh berikut: md. pota
—
momota 'memikul'
—
momotaa ayu 'memikul kayu'
—
Potaala!'Pikul!'
-ma Bentuk -ma mungkin hanya dijumpai pada beberapa contoh
yang diberikan di bawah ini, oleh sebab itu juga merupakan bentuk kecuali.
md. detu
—
modetu 'menjahit' Detuma!'Jahit!' Detumalo boqomu boito!
'Jahitlah bajumu itu!' md. dihu
—
modiku 'memegang'
dihumaqu (variannya dihimaqu) 'akan kupegang' dilihimaqu 'sudah kupegang'
/ma/ pada dihimaqu dan dilihimaqu adalah
alomorf daripada | | -a md. yilu
—
mongilu 'minum' Yiluma! IVIinuml'
Yilumalo!'Minumlahl' 3.20.2
KATEGORI-I
Dalam kategori ini termasuk akhiran -i saja. Sebagaimana akhiran -a, akhiran -i juga membentuk imperatif, dan ini merupakan fungsi utama akhiran ini.
Seperti juga akhiran -a, maka akhiran ini pada md. bersuku dua ditambahkan di belakang morfem dasar itu. Pada md. bersuku tiga atau lebih akhiran -i menggantikan vokal akhir morfem dasar itu,
misalnya: Tahui ila tic! 'Simpankan nasi dial'(md. tahu)-,Dahai poqolo tei Uuti!'Jagai dulu si Buyungl'(md. daha). Lahuti mota maluqaa boito! 'Bului ayam itu! (md. lahuto)', Duf^ohi poqolo u loqiaaqu! 'Dengarkan dahulu yang akan kukatakarA'{lad. dungohu).
•
Ada morfem dasar yang bentuk imperatifnya dengan akhiran -i
saja, tak dapat dengan akhiran -a, misalnya: dahai 'jagai', tunuhi 'susul',. tumbili 'bakar'. Tidak ada bentuk *dahawa, *tunuhe, Humbila (md.nya daha, tunuhu, tumhilo) sebagai bentuk impera tif.
Ada morfem dasar yang bentuk imperatifnya hanya dengan akhiran -a, tidak dengan akhiran -i; tepawa 'sepak', tuboa 'sem79
bah', talia 'beli', Tidak ada bentuk *tepai, *tuboi, Halii (md.nya tepa, tubo, tali).
Ada morfem dasar yang bentuk imperatifnya dapat dengan akhiran -a dan dapat pula dengan -i. Contohnya: Tahui ila tio! 'Simpankan nasi dia!' Tahua ila boito!'Simpan nasi itu!
Wohii doi tio! 'fieri uang dia!' Wohia maqo doilio! 'fierikan uangnyai'
Menurut urdan di atas ini kita lihat tiga kemungkinan pembentukan imperatif dengan akhiran -i atau -a. Mana morfem dasar
yang hams digolongkan pada kemungkinan pertama, kedua, atau
ketiga, sukar menentukannya karena tidak terlihat ciri tetap pada tiap bentukan itu. Pemakaiannya hams dihafalkan saja. fieberapa awalan yang dapat membentuk imperatif, yaitu awalan yang berkonsonan awal /p/, dapat digabung dengan akhiran -i. Awaian-awalan itu ialah po-, poti-, peqi-. "fiandingkan pemakaian nya dalam kalimat-kalimat berikut, bentukan tanpa akhiran -i dan bentukan gabungan awalan dengan akhiran -i.
Pdhile doi yiqo olio! 'Minta uang engkau kepadanyal' Pohilei doi tio wonu tio moonaqo mai!'Mintai uang dia, kalau dia ke sini nanti.'
Potibalatolo Uuti!'fierbaringlah, Nakl'
Diila potibalati kaatulu boito! 'Jangan kaubaringi (kautiduri) kasiuritul'
Peqitaqelio ito!'Anda disumhnya naikkanl' Peqitaqeilo tio!'Sumhlah dia naikl' 3.21 KATEGORI -LO
Akhiran -to mempunyai ciri yang agak lain daripada akhiran -a dan -i; -/o dapat dilekatkan pada semua kata bentukan kata keija, seperti juga akhkan -po yang akan dibicarakan nanti. Itu sebabnya kedua akhiran ini tidak penulis masukkan dalam Tabel III. 3.21.1 FUNGS!-LO PADA KATA KERJA IMPERATIF
Pada kata keija bentuk imperatif, -lo dapat berfungsi sebagai pementing atau penegas perintah, namun dapat juga sebagai pengjialus perintah yang sifatnya ajakan. Perbedaannya ditimbulkan bu-
kan oleh bentuk yang tampak, tetapi oleh intonasi,jadi sifatnya suprasegmental (filoch dan Trager, 1942: 41).
Pada contoh di bawah ini kita lihat akhiran 4o yang dilekatkan pada kata keija imperatif dengan akhiran -a, dengan awalan po-, poti-, dengan gabungan awalan-akhiran popo-/-a, poqo-/-a, pohi-/ -a, peqi-/-a. 80
'Tanaklah jagung itu!'
md. tubu
Tubualo binte boito!
md. tali
Talialo, bolo opulita! 'Belilah, kalau-kalau kehabisan!'
md. huloqo
'Menanak nasilah engkau!' 'Beli bajulah engkau!' 'DuduMah engkau!'
Potubulo ila yiqo! Potalilo boqo yiqo! Potihuloqolo yiqo! Potihuloqolo mota teeto yiqo! 'Duduklah
di sana
engkau!' Poponaqoalo otomu! 'Jalankanlah otomu!' Popodutualo tohe boito to meja! 'Letakkanlah md. dutu lampu itu di meja!' md. langgato Poqolanggatalo mota tohe boito! 'Pertinggilah (gantungan)lampu itu!
md. mqo
md. yasi
Pohiyasialo yasimu u bohu boito! 'Pakailah jasmu yang baru itu!'
md. tali
Peqitalialo oli Maama kaaini boito! 'Mintalah Ibu membeli kain itu I'
Berikut ini
contoh pemakaian akhiran -lo pada kata keija ben-
tuk imperatif berakhiran -i. Dutuilo watingo u yilahe boito! 'Berilah garam md. dutu rebusan itu!' md. daha
Dahailo mota pintu boito alihu diila polualalio.
'Jagailah pintu itu agar dia tak keluar dari situ!' 321.2 FUNGS!-LO PADA KATA KERJA BENTUKINDIKATIF
Akhiran -lo dipakai juga pada kata keija bentuk pasif futurum seperti pada kalimat syarat, misalnya: Wonu bihetolo bongo boito, yi pohutui biihetalio.
'Jika akan dijinjing kelapa itu, buatkan jinjingannya.' Bandingkan dengan: Bihetalo bongo boito! (bentuk imperatif) 'Jinjinglah kelapa itu!' U pilopoqahulio wonu pohutuolo, pohutuola loqu mopiohu.
'Yang disuruhkannya jika akan dikerjakan, kerjakanlah de ngan baik.'
Bandingkan: Pohutualo u pilopoqahulio olemu! (bentuk impe ratif) 'Keijakanlah yang disuruhkannya kepadamu!' Melihat contoh kata kerja bentuk imperatif, akhiran -lo dapat
kita bandingkan dengan -lah dalam BI, tetapi pada kata kerja ben tuk indikatif akhiran -lo itu tidak lagi menyatakan pengertian yang
sama dengan -lah BI. Di sini kita lihat bahwa bentukan dengan -lo itu mcmberikan pengertian yang sejalan dengan awalan di- yang memberikan pengertian umum, artinya tidak ditujukan kepada orang tertentu: wonu bihetolo 'jika akan dijinjing', wonu pohutuo81
lo 'jika akan dikeijakan'. Jika kata bihetolo dan pohutuolo dijadikan bihetomu dan pohutuomu, maka artinya ditujukan kepada orang kedua 'kaujinjing' dan 'kaukerj^kan'.
Apabila kata kerja berakhiran -lo (bentuk indikatif) diikuti oleh frase keterangan (keterangan cara, atau keterangan alat, misalnya) dan tekanan diletakkan pada bagian keterangan itu, maka
kata keija berakhiran -lo itu harus diberi lagi akhiran -a (-a sebagai pengantar keterangan). Vokal /o/ pada -lo menjadi /a/ karena joj luluh. Perhatikan contoh berikut:
Wonu pututolo,pututa lo kaaini.
'Jika akan dibungkus, bungkus dengan kain.' Wonu pututola lo kaaini, diila mohuqayadu.
'Jika dibungkus dengan kain, tidak akan tumpah.' Wonu hamaala loqu aaluti, debo mohuto tio.
'Jika diambil dengan halus, akan mau juga dia.'
hamaalo menjadi hamaala karena diikuti oleh keterangan loqu aaluti 'dengan halus'.
Selanjutnya apabila akhiran -lo ditambahkan pada kata kerja infinitif berbentuk aktif futurum dengan awalan mo-, moti-, dan sebagainya, selain pengertian 'penegasan' akhiran -lo memberikan juga pengertian 'pembatasan' seperti terlihat pada contoh berikut.
Bolo he mohamalo tio, didu mohiihiintua.
'Langsung mengambil saja dia, tidak lagi meminta-minta izin.' Kaatulu maa buqa-buqadu, bolo motibalatolo.
'Kasur sudah terhampar, tinggal berbaring sajalah.' Bolo he tnotolotubualo karajaalio ngohui-ngohui.
'Memasak saja kerjanya terus-menerus setiap hari.' Pada contoh-contoh di atas, tampak bahwa kata bentukan de ngan akhiran -lo itu selalu didahului oleh morfem bolo. Bolo
mengandung pengertian 'membatasi'juga, namun hal itu dapat disamakan dengan BI, misalnya pemakaian hanya dan saja bersamasama untuk menguatkan pengertian. Bandingkan dengan: Bolo uitolo u yiloqialio.
'Hanya itu saja lagi yang dikatakannya.'(maksudnya: tak ada lagi yang lain). 3.22 KAIEGORI -PO
Akhiran -po seperti juga -lo dapat dilekatkan pada hampir semua kata kerja BG, baik pada kk. benluk imperatif maupun bentuk indikatif. Akhiran -po selalu berarti 'dulu, dahulu'(first Inggeris, eerst Belanda). Akhiran -po ini tak ada padanannya Halam BI. 82
3.22.1
AKHIRAN -PO PADA KATA KERJA BENTUK IMPERATIF DAN BENTUKINDIKATIF
Baik pada bentuk imperatif maupun pada bentuk indikatif arti dan fungsi akhiran -po sama saja seperti terlihat pada contoh di bawah ini.
Potuluhupo teeya yiqo ngohui duuhui bolo pohualingo!
'Tidurlah dahulu di sini engkau sehari dua barulah pulang!' Wuloipo atetela boito bolo lahea! 'CucilEih dahulu ubi rambat itu barulah direbus!'
Hulo-huloqopo ito, waatia dongge maqo motabia!
'Duduk-duduklah dahulu Anda, saya akan pergi bersembahyang!' Motuluhupo teeya waatia ngohui duuhui.
'Akan tidur (bermalam) di sini saya dahulu semalam dua.' Motibalatopo waatia, potala maa olulia mola ngongoto lunggongaa botia.
'Akan berbaring dahulu saya, barangkali akan hilang rasa sakit kepala ini.' Akhiran -po ini mempunyai arti yang sama dengan poqolo, jadi motuluhupo sama dengan motuluhu poqolo 'akan tidur da hulu', wuloipo sama dengan wuloi poqola 'cuci dahulu' dan sebagainya. Melihat persamaan itu penulis mengira, bahwa akhiran -po itu mungkin dahulu berasal dari poqolo, kemudian disingkatkan menjadi -po, dan karena hanya terdiri atas satu suku kata dan biasanya diucapkan senapas dengan kata yang dilekatinya, dianggap sebagai akhiran saja. 3.23KATEGORI AKHIRAN KATA GANTI (PRONOMINAL SUFFIX) Dalam kategori ini, terdapat 8 buah akhiran kata ganti orang, yai-
tu 5 buah bentuk biasa dan 3 buah bentuk hormat seperti yang terlihat pada Tabel V. Dalam BI, imbuhan kata ganti orang merupakan awalan karena dilekatkan di depan morfem dasar kata kerja seperti kupukul, kaupukul untUk orang pertama dan kedua, sedangkan untuk orang ketiga dilekatkan di belakang md. kata keria itu sebagai akhiran, tctapi morfem dasar itu diberi awalan diseperti dipukulnya. Dalam BG, semua imbuhan kata ganti orang itu merupakan akhiran; jadi, dilekatkan di belakang md. kata ker ja. Contoh:
Bintaqomu ode utoonu didingga botie?
'Akan kauangkat ke mana lesung ini? Didingga botia bintoqoqu ode depula. 83
'Lesung ini akan kuangkat ke dapur.' Didingga boito maa bintaqolio ode depula.
'Lesung itu akan diangkatnya ke dapur.' Bentuk bintaqoqu, bintaqomu, bintaqolio adalah bentuk pasif
futurum dengan pelaku tunggal (-qu 'ku-', -mu 'kau-', -lio 'di-/ -nya'). Dalam BG, terdapat bentuk hormat (respect form), untuk orang pertama tunggal -laatia (bintaqolaatia) dan untuk orang kedua tunggal -nto (bintaqonto). Bentuk orang pertama jamak -lami (bintaqolami), bentuk hormatnya -lamiaatia (bintaqolamiaatia). Dalam BG, terdapat bentuk jamak untuk orang pertama inklusif orang kedua ito 'kita' dan akhiran kata gantinya idah -nto
(bintaqonto 'kita angkat', jadi sama dengan bentuk untuk orang - kedua tunggal bentuk hormat).
Dalam BG, tidak terdapat akhiran kata ganti untuk orang kedua dan orang ketiga jamak. Untuk orang ketiga bentuk pasif futurum jamak dengan md. bintaqo menjadi bintaqo li mongolio 'diangkat oleh mereka' dan untuk orang kedua jamak bintaqo li mongoli 'diangkat oleh kalian.' TABELV
Akhiran Kata Ganti
(pronomial suffix) dalam BG tg/jm tg
bentuk biasa -qu
bentuk hormat -laatia
orang I jm
tg
-lami (eksk.) -nto (ink.) -miu
-lamiaatia
-nto
orang 11
jm tg
—
-lio
—
—
orang III
jm
—
—
Keterjmgan tabel: tg — tunggal, jm — jamak, eksk. — eksklusif, ink. — inklusif,( — )— tidak terdapat. Semua akhiran kata ganti yang terdapat dalam tabel di atas se-
leiin dipakai sebagai akhiran yang menyatakan pelaku (agens) pada 84
kata keria, juga dipakai untuk menyatakan kepunyaan (possessive; bila ddlekatkan di belakang kata benda, misalnya: belequ rumah-
ku', belemu 'rumahmu', belelio 'rumahnya', belelami rumah ka-
mi', belento 'rumah kita' atau'rumah Anda', belelaatia rumah sa-
va', belelamiaatia 'rumah kami'.
Perbedaan bentukan dengan akhiran kata ganti antara kata yang
bersuku dua dan yang bersuku tiga atau lebih sudah diterangkan pada pasal 1.2.2.
Kalimat dalam BI Buku itu kubeli di toko harus diteijemah^n ke dalam BG dengan Buku boito tilaliqu to toko,jadi dmyatakan dengan bentuk pasif praeterital dengan sisipan -il- (tilaliqu) sebab kalimat BI di atas. mengandung pengertian bahwa peristiwa yang
dinyatakannya telah lampau. Tanpa sisipan -il- kata kerja dengan
akhiran kata ganti itu mengandung pengertian pasif futwum. Akhiran kata ganti orang ketiga tunggal dalam BG mengenal bentuk altemasi (Ch.F.Hocket 1965: 272) yaitu -lio (seperti ter-
lihat pada contoh di atas) dengan -io. Bandingkan contoh-contoh berikut:
PUT.
PR.TER.
bintaqolio puduqolio
— bilintaqio 'diangkatnya' — pUuduqio 'digendongnya
—tiluladio
'ditulisnya'^
pitodulio
— pilitodio
diperasnya ^
tanggomolio
— tilanggomio 'ditadahnya
tuladulio
Tika diperhatikan bentuk-bentuk di atas, akan tampak bahwa
bentuk -lio terdapat pada md. bersuku tiga atau lebA dalam beiituk futurum. Jika kata-kata itu diberi sisipan -il- (praetentum), maka bentuk -lio berubah menjadi -io. Di sim terlihat kembali peranan jumlah suku kata. Dengan meluluhkan vokal a^ir modern dasar dan flj pada -lio, maka jumlah suku kata kata-bentukan itu
^^^Sgitu juga kita lihat pada kaU-kata bentukan den^n md. ber
suku dua. Hanya perbedaannya lalah bahwa di sim akhirm-iio t dak berubah menjadi -io, melainkan morfem dasamya chben fonem tambahan agar menjadi tiga bahkan akhiran -lio di belakangnya. (lihat pasal 1.2.2). Apabda kata bentukan itu diberi sisipan -U-, maka fonem pen^b^ tadi tidak diperlukan lagi sehingga jumlah suku kata tet^-p. Bandmgkan contoh-contoh berikut: PUT.
hamaalio
PR.TER.
—
hilamalio 'diambilnya' 85
deloolio tiibuolio pateelio tuhiolio
dilelolio tilubulio pilatelio tiluhilio
'dibawanya' 'dimasaknya' 'dipukulnya' dijoloknya'
CATATAN:
190rh^manT8''^^"
Gorontalo'sche Spraakumt, M. Nijhoff, s-Gravenhage,
^ Sam^
USA-TTie Macmfllan Company,1965 ^
^ Benjamin Elson and Velma Picket, An IntroducHon to Morphology and Syntax
^ Summer Institute of Lmguistics Santa Ana,California, 196?Jiakman 27.
Bandingkan denpn bentukan dengan awalan pe- dalam BI; pe + tunjuk meniadi
penunjuk (peN-j berarti 'alat untuk menunjuk' atau 'orang yang menunjukkin' sedangkan petunjuk (pe~, moluladuj
suruk,
me(ny)—, motiwalungo (md. walungo 'kolong'). woti (md.); mooti (tentang air laut).
menulis —, moluladee tuladu. surut,
susul,
tunuhu; me(ny)— kepada, molunuhee oli.
susun,
suusungi; me(ny)—, mosuusungi; ber—2, suusuusungia.
T tabal, tabrak, tabur.
192
me(n)—fean raja, moloqopu olongia (md. toqopu 'pangku').
hupaqo; ter—, leihupaqo;
ber—an, lohuupaqa.
me(n)—kan (benih), momulayadu.
tadah, tahan, tahu,
tanggomo; mefnj--, molanggomo. taahangijmef'nj—, molaahangi. Ota; memberi—kan, mopoqota; kuketahui, otaawaqu.
takar, takik, taksir,
tonggadu; mefnj—, molonggadu. me(n)— (batang kelapa), motontaqadu; me(n)— (pohon enau), mongohuto. takusiri; me(n)—, motakusiri; kau—lah, takusiria-
talak,
taalaki;me('nj—, motaalaki.
tambah, tambal, tambat,
duhengo; me(n)-~, moduhengo. pambolo;me(n)~-, momambolo. tihuto; me(n)—(kan), molihuto, mopotihuto.
tampak,
oonto; me(n)—, moqoonto; ~ olehnya, iloo-
tampar,
taambali;
tampi,
me(n)— beras, molaapa pale (md. taapo 'dedak').
mu.
ntongalio.
molaambali.
tamu,
ber-~, modumango (md. dumango).
tanak,
lihat masak.
tanam,
pomulo; me(n)—, mopomulo; —an, pilomulo.
tangguk,
me(n)— udang, molaluqaa hele (md. taluqo 'sauk, cedok').
tanggung,
taanggungi; me(n)—, motaanggungi (biaya hidup
tangis,
seseorang, misalnya). me(n)—, humoyongo (md. huyongo).
tangkap,
l.waqupo; me(n)— (pencuri, dan sebagainya), mohequpo; 2. dcqopo-,men(n)—(burung, dan se
bagainya), modoqopo. tangkis, tanya,
me(n)—, molame. yintu; ber—, mohintu,
tarik,
l.biantango; me(n)—, momiantango; 2.dedeqo; me(n)— (= menyeret), modedeqo; 3.heluto;
taruh (I), taruh (II),
me(n)— (= merenggutkan), moheluto. data;me(n)—kan, mopodutu; ber—, mobataru (md. bataru).
tatap, tawa,
tontongoime(n)—, molontongo. iqi; ter—, moqiqi.
tawar,
taawari; mefn)—, motaawari.
tebak,
tapulo;
tebang,
luodu; me(n)—, moluodu.
, molapulo.
tebas,
tiboto; meCn>-, moliboto.
tebus,
toloto;
tegur,
yimelu; me(n)— (= menyapa), mohimelu.
motoloto.
193
tekan, telan, tembak,
dutongo;me(n)—, modutongo. tololo;me(n)-~, molololo. butah\i;me('n;—, momotahu.
tempo,
dupa, mefnj—, modupa.
tempel.
dembiEgo; me(n)—kan, mopodembingo; me(n)—, dembi-dembingo.
tempeleng, lihat tarnpar. temu. lihat sue, bersua. tendang, lihat sepak. tengadah. me(n)—, motilanggelo
i'lel
(md. langgelo), atau lu-
manggelo. tenggelam, loduqo;lumoduqo. tengger, luntu; ber—, motiluntu, luntu-luntu. tengkar. ber—, 1. mohaamawa {md.hama);
2.motaameta
(md. tameto). tengok, tenteng, tenun, tepis, tepuk, terbang, terbit, terjun, teriak. terima, terkam, teropong, tertawa, tetak, tiba, tidur, tikam,
timbang, timbun, tindih, tindik, tinju, tinggal, tipu, tiru, tisik, titi. 194
bilohu; me(n)—, momilohu.
biheto; me(n)~-(= menjinjing), momiheto. wa.wo;me(n)—, mohewo.
pepato; di—kannya tanganku, pilepatio oluququ. taqapo; mefnj—, molaqapo. tomboto;tumomboto.
butu; mobutu (khusus matahari, bulan). motitidehu (md. dehu).
l.wuatiqo; ber—, monguatiqo; 2.huaqo; ber— (memanggil), mohuaqo. tolimo-, me(n)—, mololimo.
dangapo;
, modangapo.
keekerijmefnj—, mongeekeri. lihat tawa.
tadu; me(n)—, moladu; di—nya, tiladualio.
mei-/leidungga (md. dungga). tuluhu; motuluhu;sedan^—, tuutuluhu.
me(n)—, momituqo (md. bituqo 'keris'). tiimbangi;me('«>- motiimbangi. tambulo;me('n>-, molambulo. dee]m-,me(n)—, modeehu.
tooqo;me(n)—, molooqo.
buntungo; mefnj—, momuntungo. me(n)—kan, molola(md. tola).
me(n)—, mongaakali(md. aakali 'akal'). tuqudu;me('nj—, moloqudu. antumo;mefnj—, mongantumo. wuludu; mefnj—momuludu.
titip, tiup, tolak,
me(n)—kan, mopohangato (md. hangato). lihat embus.
me(n)-~, l.motoolaki (md. toolaki); 2.mohuntudu (md. wuntudu 'dorong'.
tolong, tombak,
tuulungi; mefnj—, motuulungi. tobuqo; mefnj—, molobuqo.
tonton,
sama dengan lihat.
topang,
tnmudu; me(n)—, molumudu.
tuai,
otolo; mel'nj—, mongotolo. tuato; me(n)— air, moluataa taluhu.
tuang,
tubruk, tuding,
lihat tabrak.
tunu; me(n)—, molunu; di—nya saya, he tunu-tunuolio waatia.
tuduh, tukar, tulis, tumbuh, tumbuk, tumpang, tumpu, tunjang, tunjuk,
wantobu; mef'nj—, mohentobu.
tuloqo; me(n)—, moluloqo; memper—kan, mopotuuloqo; ber—, motuuloqa. tuladu •, me(n)—, moluladu.
tumulo; tumumulo; me(n)—kan, mopotumulo. lobuqo; molobuqo. hangato; me(n)—, motihangato; hanga-hangato. dutongo; ber—motidutongo;duto-dutongo. lihat topang. tunu; me(n)~-, molunu; me(n)—i (me(n)~-kan),
mopotunu;pe—, potunu (kb.). tunduk, tunggang, tunggu,
dungu; motidungu; dungu-dungu.
me(n)— kuda, taqe-taqe to wadala (md. taqe). 1.wolato; me(n)—, mohulato; 2.yima; me(n)—, mohima.
tuntun,
dedeqo; me(n)— orang buta, modedeqaa taa pitoqo.
tuntut,
tuuntuti; me(n)—, motuuntuti; akan ku— dia,
tuuntutioqu tio. turun, turut,
tusuk, tutup,
laahu; molaahu. tuuruti; me(n)—, motuuruti. lihat tikam, tombak.
Lhequto; me(n)—kan pintu, mopohequto pintu; 2.taqubu; me(n)— makanan, molaqubee uqaalo;
S.duqoto; me(n)— rapat-rapat (misalnya dengan selimut), moduqoto. U ubah, uber, ubrak.
boliqo; me(ng)~-, momoliqo; ber—, moboliqo. lihat kejar, bum.
—abrik, pulatiqo; meng—, mopomula-mulatiqo. 195
uji, ukir, ukur, ulang, undang,
uji; meng—, monguji. uukiri; meng—, monguukiri. uukuru; meng—, monguukuru. uulangi; meng—, monguulangi; ber—2, uuquulangia. l.toduo; meng—,moloduo; 2.hama; meng—, mohama,mohama-hama (untuk pesta).
undi,
undi; akan di—, undiolio.
unjur,
onuhu; ber—, motiqonuhu, onu-onuhu; meng— kan kaki, mopoqonuhu lo oqato.
undur, ungkit,
muunduru; momuunduru. hebilo; mohebilo. uurusi; meng—, monguurusi. wapo; menjf—, mohepo.
urus, urut, usap,
teyapu; meng—, moleyapu; di—2nya, he teyateyapuolio.
usir, usung,
huhu; meng—, momuhu. hulihu;di—, huli-hulihu.
utang,
buli; meng—, mobuli; meng—kan, mopobuli,
Z ziarah,
jiara; ber—, mojiara.
zikir,
diikili; ber—, modiikili.
zinah,
jina; ber—, mojina.
196
LAMPIRAN I PULAU SULAWESI
Yale Antropological Studies
I^wif^SA-GORONTALO
rOAlA
WILAYAH KABUPATEN GORONTALO
Fig. 4 Map of Celebes Sumber: Bibliography
of Indonesian Peoples and
Culture.
Raymond Kennedy. Yale Univ.Press, London: Humphrey MHford, Oxford Univ. Press 1945, halaman 106.
PETA WILAYAH
Tanda
A.
TELUK TOMINI atau GORONTALO
-A
LAUT SULAWESI
GORONTALO skala 1 : 1.500.000
iiS:-
(+++)batas Kabupaten (—batas Kecamatan
c KJ^
MONGONDOW
KETERANGAN PETA WILAYAH KABUPATEN DAN KOTAMADYA GORONTALO
Batas: sebelah utara dengan Laut Sulawesi; sebelah timur dengan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow; sebelah selatan dengan Teluk Tomini (Gorontalo); sebelah barat dengan Daerah Kabupaten Buol (termasuk wilayah Provinsi Sula wesi Tengah). Daerah Kabupaten Gorontalo terbagi atas 16 kecamatan: (Perhatikan nomor-nomor pada peta). I. Kecamatan Limboto — ibukotanya: Limboto (1) II. Kecamatan Talaga — ibukotanya: Talaga (2) III. Kecamatan Tapa — ibukotanya: Tapa (3) IV. Kecamatan Kabila — ibukotanya: (4) Kabila V. Kecamatan Suwawa — ibukotanya: Suwawa (5) VI. Kecamatan Bonepante — ibukotanya: Bilungala (6) VII. Kecamatan Atinggola — ibukotanya: Atinggola (7) VIII. Kecamatan Kuandang — ibukotanya: Kuandang (8) IX. Kecamatan Tibawa — ibukotanya: Isimu (9) X. Kecamatan Botudaqa — ibukotanya: Botudaqa (10) XI. Kecamatan Paguyaman — ibukotanya: Paguyaman (11) XII. Kecamatan Sumalata — ibukotanya: Sumalata (12) Xni. Kecamatan Tilamuta — ibukotanya: Tilamuta (13) XIV. Kecamatan Paguat — ibukotanya: Bumbulan (14) XV. Kecamatan Marisa — ibukotanya: Marisa (15) XVI. Kecamatan Popayato ibukotanya: Popayato (16) Kotamadya Gorontalo terbagi atas 3 kecamatan (tidak tampak dalam peta):Kecamatan Kota Utara, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Kota Barat.
199
DAFTARPUSTAKA
Adriani, N.,
1893
SangireescheSpraakkunst, proefschrift;Uitg. A.H.Adriaiii, Leiden.
1907
"Breukinks bijdragen tot eene Gorontalo'sche Spraakkunst," BKI no.60.
Anceaux, J.C.,
1952
1965
The Wolio Language (Outline and Grammatical description and Texts), De Nederlandse Boek- en Steendrukkerij vii.H.L. Smits, 's-Gravenhage. The Nimboran Language(Phonology and Morphology), MartinusNijhoff,'s-Gravenhage.
Bastiaans, J., 1939 "Het verbond tussen Limboto en Gorontalo," Tijdschrift voor Indische taal-, Land-en Volkenkunde, Batavia. Bloch, B.& Trager, G.L., *
1942
Outline of Linguistic Analysis, Linguistic Society of America at the Waverly Press, Inc., Baltimore, Md.
Bloomfield, Leonard,
1955
Language, Ruskin House, George Allen & Unwin Ltd., London.
Breukink, J.,
1906
Bijdragen tot eene Gorontalo'sche Spraakkunst, M.Nijhoff,
's-Gravenhage. Capel, Arthur,
1964
"Verbal systems in PhUipine Languages," ThePhilipine journal of
science. Volume 93, Jan. to December. Dunnebier, W.,
1929 "Spraakkunst van het Bolaang Mongondow,"BKI no.85. 1930 "Spraakkunst van het Bolaang Mongondow,"BKI no.86. Elson, Benjamin & Picket, Vilma, 1969 An Introduction to Morphology and Syntax, Summer Institute of Linguistics, Santa Ana,California. Fokker, A.A.,
1950
Beknopte Grammatica van de Bahasa Indonesia, J.B.Wolters,
1951
Melding tot de studie van de Indonesische Syntaxis, J.B.Wolters,
Groningen-Jakarta. Groningen-Jakarta.
201
Gleason, H.A.,
1970
An introduction to descriptive linguistics (revised edition), Holt, Rinehart and Winston, London-New York-Sydney-Toronto.
Groot, A.W.de,
1948
"Structural Linguistics and Word Classes," Lingua, Volume I, halaman 427-500.
Haga, B.J.,
1931
"De Lima-pahalaa (Gorontalo): volksordening, adatrecht en bestuurpolitiek," Tijdschrift voor Indische taal-, Land- en Volken-
kunde, no. 71. Rocket, Charles F.,
1965
A Course in Modern Linguistics,(eighth printing).The Macmillan Company, New York.
Hoff, B.J.,
1968
The Carib Language (Phonology,_ Morphology, Texts and Word Index), Martinus-Nijhoff,'s-Gravenhage.
Joest, Wilhelm,
1883
Zur HolontaloSprache, Inaugural-Dissertation, Zur Erlangung der Philosophischen Doctorwiirde an der Universitat Leipzig, Berlin.
Kaluku, Kuno,
1968
Sekuntum Bunga, Kebudayaan Limo lo Pohalaa, Gorontalo, Rumah Sangkar Gelatik, Talaga-Gorontalo.
Kern, H.,
1887
"Klankverwisseling in de Maleisch-Polynesische Talen," BKI no.36, halaman 333-372.
Liputo, M.,
1940-an Sejarah Gorontalo,jilid I - XIII, M.Liputo, Gorontalo. - 1950
Lopez, Cecilio,
1950
"Reduplication in Tagalog," BKI no.l06, halaman 151-311.
Lyons, John,
1969
Introduction to theoretical linguistics. University Press, Cam
bridge. Marsaek, C.C.,
tanpa
Teach yourself SAMOAN, The English University Press Ltd.,
tahun
London E.C.I.
Mees,C.A.,
1955
Tatabahasa Indonesia, cetakan 5, J.B.Wolters, Groningen-Jakarta.
Nida,Eugene A.,
1970
Morphology, the descriptive analysis of words, (second edition),
The University of Michigan Press, Ann Arbor. Padt-Bmgge, R.,
1867
"Het journaal van Padt-Bmgge's reis naar Noord-Celebes en de Noordereilanden (16 Augustus - 23 Desember 1677)," BKI no.l4,halaman 105-268.
202
Pei, Mario, 1965 Invitation to Linguistics (A basic introduction to the science of
language), George Allen & Unwin Ltd, London. Pike, Kenneth L.,
1968
Phonemics: a techniquefor reducinglanguages to writing, eleventh printing. The University of Michigan Press, Ann Arbor.
Riedel, J.G.F., 1869 "De bekentenis van eenen Holontaloschen Ponggoh," Tijd. no.17, halaman 270-278. 1870 "Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Kattinggola of Andagile,
1871
geographische, statistische, historische en ethnografische aantekeningen," Tijd. no.19, halaman 46-153. "Bijdrage tot de kennis van de Holontalosche volksliederen," Tijdschrift voor Ned.-lndie, 3® s, V4i, halaman 161-197, ZaltBommel,Nijmegen-Bussum-Den Haag-Amsterdam.
1875
"De Pateda., Hulawa of De Gouden Armband," Tijd. no.21,
1885
"De oorsprong en de vestiging der Boalemoers of Noord-Celebes,"
halaman 209-234.
no.34,halaman 195-199, dan 500-519. Schroder, E.E.W.G.,
1908
Gorontalosche Woordenlijst, Martinus-Nijhoff, 's-Gravenhage.
Schwarz, J.Alb.T., 1908 Hoofdstukken uit de Spraakkunst van het Tontemboansch,
Martinus-Nijhoff,'s-Gravenhage. Tacco, Richard, 1956 Kebudayaan suku bangsa Gorontalo (Tomiyahu Kebudayaan Lolipu), Gorontalo. Uhlenbeck,EJri., 1941 Beknopte Javaansche Grammatica, Volkslectuur, Batavia-C.
1949
De structuur van het Javaansche Morpheem, (proefschrift),
1953
'The study of wordclasses in Javanese," Lingua 3, halaman 322-
1953
"Woordverdubbeling in het Javaans," BKI no. 109, halaman
1954
"Verdubbeling procede's bij het Javaanse werkwoord," BKI
A.C.Nix &Co., Bandung. 354. 52-61.
no.l 10,halaman 369-387.
1956 The verb structure in Javanese, For Roman Jacobson, The Hague. Jawatan Penerangan Gorontalo, 1968
Asal-usul Kota Gorontalo.
203
INDEKS
Adriani affixation
agens
3.1.2 2.1
bahasa Sangir
3.1.2,3.19.2
bahasa Tontemboan 3.1.2, 3.19.2
2.2.4.2,3.12,
bahasa vokalis
3.23
Bantayo Pobo'ide 0.1
agreement
4.3
Batak
A.LAnasiru
0.4
Batudaa Belanda
akhiran persona 1.2.2, 1.2.3,3.12 akhiran pronomina 3.12 aktif 23.1, 3.3, 3.19.2 aktif futurum 3.3, 3.3.2, 3.7.1, 3.7.2,3.10, 3.19.2.
aktif praeteritum 3.3, 3.3.2, 3.5, 3.7.1, 3.8, 3.10,
1.1.1.1 0.2 0.2
0.1,0.2
Benjamin Elson
3.1.1.
bentuk indikatif
3.21.2,3.22,
bentuk zero
3.22.1 3.1.1
bifonemis
1.1.2
bilabial Bintauna
0.1
1.1.2,1.1.2.1
3.19.2
Bolaang Mongondow 0.1
alomorf
3.11.3.2
Bone
0.1
alveolar
1.1.2.1
Bonepante
0.2
altemasi
3.23
Bone-Suwawa
0.1
alveopalatal
1.1.2.1
bound morpheme 0.3
AJMonoarfa
0.4
Breukink
3.1.1, 3.1.2, 5.1
Ampana
0.1
Bualemo
0.1
Ampebabo apicodental arti gramatikal
0.1
Bugis Bulango
0.1,0.2
1.1.2.1 1.2.4.1
Buol
0.1
arti leksikal asimilasi
1.2.4.1 3.20.1.4
Ch.F.Hocket cluster
3.1.1
asimilasi regresif
1.2.1
concord
asimilasi vokal
1.2.1
aspek duratif 3.13.4.3 aspekfrekuentatif3.6, 3.13
aspek inkoatif aspek progresif
3.1.1 4.4
derivasi
0.1
1.1.2 4.3 1.2.4
deskripsi 5.1 directive particles 5.3 distribusi komplementer 2.2.4 dorsovelar
1.1.2,1.1.2.1
Atingola 0.1,0.2 bahasa Bolaang Mongondow 3.12 bahasaParigi 3.1.2
Dunnebier ekafonemis
3.1.2 1.1.2
eksplisit
4.4,5.1
bahasa Samoa
elisitasi
0.3
204
5.3
external sandhi field work
1.2.1
Manado
0.2
0.3
Marisa
0.2
fonem
1.1
Marsack
5.3
fonemis
1.1.2.1
marsaole
0.2
fonologi force majeur free morpheme
1.1
morfem penunjuk arah 5.1
3.13
morfem terikat morfologis 5.1
0.3
morfem terikat sintaktis 5.1
frikatif function word futurum
1.1.2
morfofonemik
0.3,1.1
03
morfologis
2.1
2.3.1, 3.1, 3.1.3 3.5,3.15
Gorontalo
0.1
morphologically bound mor 5.1 pheme 2.1 morphology
glottal Gunung Tellu
1.1.2,1.1.2.1
nasal
0.1
1.1.2,1.1.2.1 Oost Indische Compagnie 0.1
0.1
onvolmaakt verledentijd 3.13
H.M.Liputo hulontdangi
Padtbrugge Paguat Hulontalo 0.1 Paguyaman 0.3 IKIP Gorontalo 2.3.1, 3.1.3, 33, paradigma imperatif Parigi 3.5.2,3.72 infix informan instrumental intensitas interferensi internal sandhi Jawa
0.1
2.2.4.3 3.1.3
0.2
0.2
kalimat pengandaian 3.1.2, 3.1.3 kalimat syarat
3.21.2
kata keija infinitif 3.22 kata keija refleksif 2.2.4.2 kata ulang
pasif futurum
4.3 5.1 1.2.1
4.1
0.2 1.2.1 0.1
2.3.1,3.3,3.19.2, 3.20
03,0.4
Jawatan Penerangan Daerah 03 0.2 jogugu Kabila
pasif
0.1 0.2
3.3, 3.3.2, 3.5, 3.6, 3.7.1, 3.7.2, 3.19.2
pasif praeterital 3.23 pasif praeteritum 3.3, 3.3.2, 3.5, 3.7.1,3.7.2,3.19.2 patiens pelipur lara
2.2.4.2 0.3
pengantar keterangan 3.20.1.4 pengantar obyek 3.20.1.2 penultima 1.3 plusquamperfectum 3.1.2 pogulatalo 0.1
klasinkasi konsonan 1.1.2
Popayato,
0.2
klasifikasi vokal 1.1.1,1.1.1.1
Poso
0.1
3.23 2.2.4.3
klaster
1.1.2
possesive
konsonan
1.1.1,1.1.2
praefix
kontraksi
5.2
praesens
2.3.1, 3.1.1,3.13
korpus
praeterital praeteritum
3.19.2
Kuno Kaluku
03 0.4
Kwandang
0.2
lateral Limboto
1.1.2,1.1.2.1 0.1,0.2
Lipu limo lo Pohala'a 0.1 Luwuk
0.1
2.3, 2.3.1, 3.1.1, 3.1.2, 3.1.3, 3.5, 3.15
progresif praesens 3.19.2 pronominal suffix 3.20,3.23 pseudomorfologis 0.3 205
J
reduplication 2.1 reduplikasi suku awal 4.2.1 respect form 3.23
transitif
2.2.4.1,3.12, 3.18, 3.20.1
sandi dalam
1.2.1
Ternate
0.1
sandi luar semivokal sintaksis
1.2.1
Tibawa
0.2
1.1.2,1.1.2.1
0.2
I
Tilamuta Tinombo
stress
1.3
Tojo
0.1
suffix
Toli-toli
Sulawesi Tengah
2.2.4.3 0.2
Tomini
0.1 0.1
3.20.1.2
0.1
Sulawesi Utara
0.2
Uduluo limo lo Pohala'a 0.1
Sumalata
0.2
suprasegmental Surabaya
3.21.2
Ujung Pandang 0.2 valensi morfologis 0.3
0.2
Suwawa
0.2
valensi sintaksis varian
2.2.2.1,2.2.3.2
syntactically bound morpheme 5.1
varian fonem
1.2.4.1
syntax
2.1
varian konsonan
1.2.4.2
taktransitif
2.2.4.1,3.5.1, 3.12, 3.18,
varian vokal
1.2.4.1 3.1.1
3.20.1.2
Talaga
0.2
tanggomo
0.3
Tapa
0.2
Velma Picket vokal
1.1.2.1
1.1
vokal panjang 1.1.1.1 volmaakt verledentijd 3.1.2
;[• i •- ••
206
KOLOFON
Disertasi Dr. Jusuf Syarif Badudu diterbitkan sebagai buku ketiga Seri ILDEP, atas
prakaisa Indonesian Linguistics Development Project (ILDEP), disubsidi oleh Progiam Studi Indonesia dalam langka keija sama Indonesia-Belanda untuk Pengembangan Studi Indonesia, yang masing-masing diwakili oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Asia Tenggaia dan Oceania, Universitas Negeri Leiden. Dipimpin Penerbit Djambatan, Jakarta, buku ini disusun memakai jenis huruf Baskerville, dicetak di atas kertas HVO 80 gram, oleh Percetakan Pertja dan dijilid oleh Pertja,
dengan
gambar
sampul
ciptaan
Prasiddha Multi Artwork Studio, dice
tak di atas kertas Art Paper 310 gram. Cetakan pertama berjumlah 3000 eksemplar
207
f
\
.11.
i