Bahasa Banjar Hulu

  • 0 0 0
  • Like this paper and download? You can publish your own PDF file online for free in a few minutes! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

» M a n f a Hwpmlwngan Banass ^ M t u w ta M f c a n dan Krtmdaya&n

%

Bahasa Banjar Hulu

Bahasa Banjar Hulu

Durdje Durasid Djantera Kawi

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta

1978

Hak cipta pada Departem en Pendidikan dan Kebudayaan

Redaksi S. Effendi (Ketua), Muhadjir, Dendy Sugono.

Seri Bb2 Naskah buku ini adalah basil Proyek Penelitian Bahasa dan Sastia Kalimantan Selatan 1976/1977, diedit dan diterbitkan dcngan dana Proyek Penelitian Pusat. Staf Inti Proyek Pusat: S. Effendi (Pemimpin), Zulkarnain (Bcndaharawan), Farid Hadi (Sekretaris), Lukman All, Yayah B. Lumintaintang, Basuki Suhaidi, Koentamadi, Sri Sukesi Adiwimarta, Dendy Sugono (Para Asisten), Dr. Amran Halim dan Dr. Muljanto Sumardi (Konsultan). Staf Inti Proyek Kalimantan Selatan: Durdje Durasid (Pemimpin), Djantera Kawi (Bendaharawan). Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau diperbanyak dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit kecuali dalam pengutipan untuk keperluan pennlisan artikel atau karangan ilmiah. Alamat penerbit: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jalan Diponegoro 82, Jakarta.

IV

PRAKATA Dalam rencana Pembangunan Lima Tahun Kedua (1974/75 — 1978/79) telah digariskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional daiam berbagai seginya. Dalam kebijaksanaan ini, masalah kebahasaan dan kesastraan salah satu masalah kebudayaan nasional yang periu digarap dengan sungguhsungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah termasuk pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah termasuk sastranya tercapai, yakni berkembangnya kemampuan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional dengan baik di kalangan masyarakat luas. Untuk mencapai tujuan akhir ini, per­ iu dilakukan kegiatan kebahasaan dan kesastraan seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristilahan melalui penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan 'daerah, penyusunan berbagai kamus bahasa Indonesia dan bahasa daerah, penyusunan berbagai kamus istilah, dan pedoman pembentukan istilah, (2 ) penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagai media massa, (3) penterjemahan karya kesusastraan daerah yang utama, kesusastraan dunia, dan karya kebahasaan yang penting ke dalam bahasa Indonesia, (4 ) pe­ ngembangan pusat inform asi kebahasaan dan kesastran melalui penelitian, inventarisasi, perekaman, pendokumentasian, dan pem­ binaan jaringan informasi, dan (5) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang bahasa dan sastra melalui penataran, sayembara mengarang, serta pemberian bea siswa dan hadiah penghargaan. Sebagai salah satu tindak lanjut kebijaksanaan tersebut, dibentuklah oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Proyek Penelitian Pusat) pada tahun 1974 dengan tugas mengadakan penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah

v

dalam segala aspeknya, termasuk perlstilahan dalam berbagai bidang item pengetahuan dan teknologi. Kemudian, mengingat luasnya masalah kebahasaan dan kesastraan yang perlu digarap dan luasnya daerah penelitian yang perlu dijangkau, mulai tahun 1976 proyek ini ditunjang oleh 10 proyek yang berlokasi di 10 propinsi, yaitu (1) Daerah Istimewa Aceh yang dikelola oleh Universitas Syiah Kuala, (2) Sumatra Barat yang dikelola oleh IKIP Padang, (3) Sumatra Selatan yang dikelola oleh Universitas Sriwijaya, (4) Kalimantan Selatan yang dikelola oleh Universitas Lambung Mangkurat, (5) Sulawesi Selatan yang dikelola oleh IKIP dan Balai Penelitian Bahasa Ujungpandang, (6 ) Sulawesi Utara yang dikelola oleh Universitas Sam Ratulangi, (7) Bali yang dikelola oleh Uni­ versitas Udayana, (8) Jawa Barat yang dikelola oleh IKIP Bandung, (9) Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikelola oleh Balai Pene­ litian Bahasa Yogyakarta, dan (10) Jawa Timur yang dikelola oleh IKIP Malang. Program kegiatan kesepuluh proyek di daerah ini merupakan bagian dari program kegiatan Proyek Penelitian Pusat di Jakarta yang disusun berdasarkan rencana induk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pelaksanaan program proyek-proyek daerah dilakukan terutama oleh tenaga-tenaga perguruan tinggi di daerah yang bersangkutan berdasarkan pengarahan. dan koordinasi dari Proyek Penelitian Pusat. Setelah empat tahun berjalan, Proyek Penelitian Pusat menghasilkan lebih dari 200 naskah laporan penelitian tentang bahasa dan sastra dan lebih dan 25 naskah kamus istilah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan setelah dua tahun bekerja, kesepuluh proyek di daerah menghasilkan 90 naskah laporan penelitian tentang berbagai aspek bahasa dan sastra daerah. Ratusan naskah ini tentulah tidak akan bermanfaat apabila hanya disimpan di gudang, tidak diterbitkan dan disebarkan di kalangan masyarakat luas. Buku Bahasa Banjar Hulu ini semula merupakan salah satu naskah laporan penelitian yang disusun oleh tim peneliti dari Fakultas Keguruan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, dalam rangka kerjasama dengan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Selatan 1976/1977. Sesudah ditelaah dan diedit seperlunya di Jakarta, naskah tersebut diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dengan dana Proyek Penelitian Pusat dalam usaha penyebarluasan

vi

hasil penelitian di kalangan peneliti bahasa, peminat bahasa, dan masyarakat pada umumnya. Akhirnya, kepada Drs. S. Effendi, Pemimpin Proyek Penelitian Pusat, beserta staf, Drs. Durdje Durasid, Pemimpin Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah — Kalimantan Selatan, beserta staf, tim peneliti, redaksi, dan semua pihak yang memungkinkan terlaksananya penerbitan buku ini kami sampaikan terima kasih tak terhingga. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi usaha pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia.

Jakarta, Desember 1978

Prof. Dr. Amran Halim Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

KATA PENGANTAR Laporan penelitian yang disajikan dalam buku ini adalah perwujudan hasil pelaksanaan kerjasama antara Proyek Peneliti­ an Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Selatan dengan tim peneliti dari Universitas Lambung Mangkurat, dalam rangka inventarisasi bahasa-bahasa daerah. Sejalan dengan pengarahan Pemimpin Proyek yang ditetapkan dalam pegangan kerja, laporan penelitian ini berusaha menggambarkan secara garis besar Iatar belakang sosial budaya dan struktur bahasa Banjar Hulu berdasarkan data dan informasi yang dapat dijangkau. Semula penelitian tentang bahasa Banjar Hulu dilakukan oleh sebuah tim peneliti yang diketuai oleh H.M. Nansi Miharnuddin dengan anggota Rustam Effendi, A Rasjidi Umar, Saaduddin Baderi, dan A. Amberi. Karena hambatan tertentu, tim peneliti tidak dapat menyelesaikan tugasnya dan barn berhasil merekam bahasa Banjar Hulu dari beberapa informan dan mentranskripsi sebagian hasil rekaman. Penggarapan lebih lanjut, yakni pengumpulan data tambahan, pengolahan dan penyusunan laporan akhir, dilakukan oleh Durdje Durasid dan Djantera Kawi. Tidak sedikit kesulitan yang dihadapi baik oleh tim peneliti terdahulu maupun oleh yang melanjutkan dalam pelaksanaan penelitian ini terutama karena terbatasnya kemampuan, waktu dan pustaka acuan yang tersedia. Namun, berkat bantuan berbagai pihak, penelitian ini akhirnya dapat diselesaikan. Dalam hubungan ini, pada tempatnyalah kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada Pemim­ pin Proyek beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan mengusahakan dana, kepada Drs. Abdul Djebar Hapip yang te­ lah memberikan kritik dan saran berharga, dan kepada temanteman dan pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung memungkinkan terselesaikannya penelitian dengan selamat dan

IX

terwujudnya naskah laporan penelitian. Sekalipun demikian, segala kekeliruan atau kekurangsempurnaan laporan penelitian ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami. Mudah-mudahan hasil penelitian ini bermanfaat bagi usaha memperlengkap informasi kebahasaan, khususnya tentang bahasa Banjar Hulu.

Banjarmasin, Februari 1977

Durdje Durasid

DAFTAR

ISI

Prakata ...................................................................................... Kata Pengantar ............................................................. Daftar I s i .................................................................................... 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang .................................................................... 1.2. Metode Penelitian ...............................................................

v

1 4

2. Fonologi ................................................... 2.1. F on em ................................................................ 2.2. Diftong ...................................................................... 2.3. Variasi Dialektis .................................................................... 2.4. Struktur .................................................................................. 2.5. Fonem Suprasegmental ..................................................... 2.6. Perlambangan Bunyi dan Ejaan .......................................

9 9 11 11

ix xi

8

3. Morfologi ............................................................................ 3.1. Proses Morfologis . .......................................................... 3.2. Proses Morfofenemik ........................................... 3.3. Afiksasi ................................................................................. 3.4. Reduplikasi ...................................................... 3.5. Komposisi ........................................................... 4. Sintaksis .............................................................. 4.1. Pola Klausa Dasar ....................... 4.2. PolaKalimat ................................................. Daftar Pustaka Lampiran 1. Daftar Kosa Kata Dasar ...................................... 2. Peta Daerah Penelitian..............................................................

12 12 12 16

2

30

46

xi

1.

PENDAHULUAN

1.1 La tar Belakang Salah satu dari sekian banyak bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Banjar (BB). Bahasa ini digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dalam kalangan penduduk daerah Propinsi Kalimantan TSelatan. Dalam hal ini digunakan juga sebagai lingua franca di daerah Propinsi Kalimantan Tengah bahkan juga di daerah Kalimantan Timur terutama di daerah perkotaan. BB dapat dibedakan atas bahasa Banjar Kuala (BBK) dan bahasa Banjar Hulu (BBH). Masing-masing kelompok bahasa itu mempunyai wilayah pemakaian yang cukup luas dan tertentu yang menunjukkan perbedaan sistem linguistiknya. BBH merupakan salah satu dialek BB yang digunakan oleh orang Banjar yang tersebar di daerah hulu (pehuluan) yang berada dalam suatu ruangan geografis tertentu sehingga membedakannya dengan dialek BBK. Untuk selanjutnya dialek BBH ini disebut BBH saja. 1.1.1 Wilayah Pemakaian a. Lokasi dan Luas Daerah Pemakaian BBH digunakan oleh penduduk Propinsi Kalimantan Selatan bagian Utara, meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara dan Tabalong. Jumlah pemakai berdasarkan data statistik sensus tahun 1975 tercatat sebanyak 838.294 jiwa dibandingkan dengan jumlah penutur BBK 531.928 jiwa dan 273.285 jiwa pemakai bahasa lainnya seperti bahasa Bakumpai, Bajau, Bugis dan sebagainya. Dari perbandingan itu terlihat bahwa jumlah penutur BBH lebih besar dari pada penutur BBK. Menurut wilayah administratif pemerintahan daerah, wilayah pemakaian BB jiapat digambarkan sebagai berikut: 1) Kabupaten Tapi: BBH; 2) , Kabupaten Hulu Sungai Selatan: BBH; 3) Kabupatan Hulu Sungai Tengah: BBH; 4) Kabupaten Hulu Sungai Utara: BBH; 5) Kabupaten Tabalong: BBH 6) Kotamadya Banjar mas in: BBK dan BBH; 7) Kabupaten Banjar: BBK;

1

8) 9) 10) 11)

Kabupaten Tanah Laut: BBK; Kabupaten Barito Kuala: BBK dan bahasa Bakumpai; Kotamadya Administratif Banjar Baru: BBK dan BBH; Kabupaten Kota Baru: BBK dan bahasa pantai Timur Kalimantan (Banjar, Bugis dan Mandar).

b. Variasi Dialektis BBH sering dibedakan lagi atas beberapa dialek lokal. C. Den Hamer membagi BBH atas dialek lokal Amuntai, Alabio, Kalua, Tanjung dan dialek Kandangan (Cense dan Uhlenbeck, 1958). Lokalisasi dialek lokal ini lebih banyak didasarkan pada perbedaan lagu ucapan dan pemakaian kosa kata tertentu. Istilah dialek lokal Den Hamer ini dapat disebut sebagai subdialek. Subdialek Kalua-Tanjung berlokasi di Kabupaten Tabalong, subdialek Amuntai-Alabio berlokasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, subdialek Barabai berlokasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan subdialek Kandangan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Tapin. c. Jumlah Pemakainya Jumlah pemakai BBH yang meliputi 5 kabupaten dan sebagian dari 3 kabupaten/kotamadya lainnya, berdasarkan data sensus Pemerintah Daerah 1975 tercatat sebagai berikut: 1) Kabupaten Tapi: 100. 948 jiwa; 2) Kabupaten Hulu Sungai Selatan: 171.523 jiwa; 3) Kabupaten Hulu Sungai Tengah: 203.240 jiwa; 4) Kabupaten Hulu Sungai Utara: 236.610 jiwa; 5) Kabupaten Tabalong: 125.764 jiwa. Selain dari pemakai pada kabupaten di atas masih terdapat pemakai BBH yang tersebar di kabupaten lainnya serta di Kota­ madya Banjarmasin dan Banjar Baru. 1.1.2 Peran dan Kedudukan a. Tempat dan Situasi Pemakai BBH dipakai sebagai bahasa pergaulan sehari-hari secara lisan baik dalam lingkungan keluarga yang bersifat informal dan sering pula digunakan di tempat-tempat formal. Sistem bunyi,

2

acuan m orfologi dan sintaksis serta leksikon, BBH banyak bersamaan dengan bahasa Indonesia (BI). Persamaan tersebut sedemikian besamya sehingga penutur BB sering tidak menyadari bahwa dalam keadaan formal yang mengharuskan penggunaan BI, mereka menggunakan bahasa daerahnya. Persamaan itu mudah difahami karena keduanya merupakan bahasa yang serumpun yaitu bahasa Melayu. b. Sastra Lisan Banjar Dalam masyarakat Banjar masih banyak dijumpai sastra lisan. Bentuk yang masih dijumpai antara lain 1)

Puisi, berupa: bidal (pepatah, ungkapan, dan sebagainya) pantun mantera (guna-guna, dan sebagainya) syair (agama, percintaan dan sebagainya). maayun anak ahui japen gandut madihin sinom tarasul

2)

prosa, yang berwujud: baandi-andi (sejenis legende, sage, pabel, mite) ceritera humor ceritera raja-raja lamut mamanda ceritera siklus wayang (wayang kulit, wayang gimg)

3)

Prosa liris, yang digunakan dalam peristiwa: upacara badang (melamar) bamandi-mandi basasarahan panganten musyawarah keluarga

c. Tradisi Sastra Tulisan Sebelum huruf Latin populer dan dapat digunakan oleh

3

masyarakat Banjar Hulu, karya sastra ditulis dengan huruf Arab Melayu. Sastra tulis dengan mengguriakan Arab Melayu ini terutama menunjang keperluan penerangan dan penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan. Karya tulis itu antara lain: 1) Syair Perang Banjarmasin Mai awan Walanda 2) Kitab Barincung 3) Hikayat Tutur Candi 4) Hikayat Banjar 1.1.3 Studi Pustaka Beberapa karangan yang berhubungan dengan BB yang ada sekarang ialah:

1.2

a.

Critical Survey o f Studies on the Language o f Borneo, S’Gravenhage — Martinus Nijhoff, 1958, disusun oleh A.A. Cense dan E.M. Uhlenbeck.

b.

Hikayat Banjar, The Hague Martinus N ijhoff, 1968, disertasi oleh J.J. Ras.

c.

The Barito Isolect o f Borneo, Cornell University, 1967, oleh Alfred B. Hudson.

d.

’ ’Morfologi Bahasa Banjar” Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, tahun 1976, oleh M. Asfandi Adul.

e.

Kamus Banjar — Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976, oleh Abdul Djebar Hapip.

Metode Penelitian

Data BBH dikumpul dari seluruh wilayah pemakaian dengan menggunakan metode linguistik deskriptif guna memperoleh deskripsi yang memadai sehingga dapat menentukan ciri-ciri struktur. Tehnik pengumpulan data a. Kepustakaan, yaitu memeriksa seluruh pustaka yang ada hubungannya dengan BBH. b. Observasi, yaitu memeriksa seluruh wilayah pemakaian BBH. c. Wawancara, yaitu mengadakan wawancara dengan orang yang dianggap dapat memberikan informasi tentang BBH baik secara spontan maupun yang dipersiapkan (metode informan).

4

d. Rekaman, yaitu merekam percakapan, ceritera rakyat yang masih hidup atau sastra lisan. e. Mengumpulkan karangan siswa SLTA di daerah penelitian, dengan menggunakan bahasa Banjar Hulu yang dipakai di daerahnya masing-masing. Adapun lokasi penelitian meliputi daerah Banjar Hulu, yaitu: a. b. c. d. e.

Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten

Tabalong. Hulu Sungai Utara. Hulu Sungai Tengah. Hulu Sungai Selatan. Tapin.

Tiap kabupaten diambil dua orang informan, dipilih dari perorangan yang dianggap dapat mewakili kebahasaan secara umum baik pria maupun wanita. Dengan demikian untuk seluruh daerah populasi ada sepuluh orang informan yang mewakilinya.

5

2.

F O N O L O G I

2.1 Fonem Ujud bahasa adalah merupakan rangkaian bunyi tutur dengan aturan atau sistem tertentu. Satuan bunyi tutur terkecil yang dapat membedakan arti disebut fonem. Fonem BBH dapat diperoleh dengan cara pengkontrasan pasangan minimal.

2.1.1 Fonem Segmental Dengan teknik kontrastif fonem BBH disusun sebagai berikut. a Fonem vokal Kontras

contoh

bahasa Indonesia

/sapi : sapa/

’ sapi’ - ’tegur’

/a : U/

/sapa : sapu/

’ tegur’ — ’ hapus’

n ■U/

/tirus : turus/

’ m em bersihkan’ -

/a :

U

’ tonggak’

Dnem Konsonan Kontras

contoh

bahasa Indonesia

Ip b / Ip ml I p ■U

/para : bara/

’ p oh on karet’ — ’ bara’

/para : inara/

’ p oh on karet’ -

’arah’

/para : tara/

’ p oh on karet’ -

’ datar, agak

/para : sarah/

’ p oh on karet’ — ’serah’

/para : cara/

’ p oh on karet’ -

/para : dara/

’ p oh on karet’ — ’ remaja’

/para : jara/

’ p oh on karet’ — ’jera’

/para : gara/

’ p oh on karet’ — ’ rasa amis’

/para

’ p oh on karet’ — ’ khawatir'

rertdah’

Ip s/ Ip e/ Ip d / Ip j / Ip g / Ip hi Ip n / Ip n / Ip n/ Ip w / Ip y / Ip k/ Ip r/

6

hara/

’ cara’

/pararj : ngarai]/

’ arah’ — ’ nama’

/rapai : ranai/

’rem uk’ — ’sunyi’

/parak : narak/

’ dekat’ — ’ marak’

/ para : wara/

’ p oh on karet’ — ’ m elulu’

/lapar : layar/

’ lapar’ - ’ layar’

/papan : pakan/

’ papan’ — ’ pasar’

/p a p a k : parak/

’ penuh’ -

’ dekat’

2.1.2 Klasifikasi Fonem Berdasarkan posisi pengucapan maka bunyi-bunyi di atas dapat diklasifikasikan dengan memperhatikan hambatan, posisi artikulator dan daerah artikulasi serta resonansinya menjadi sebagai berikut. Vokal depan

pusat

belakang

i



u

tengah







bawah



a



atas

Konsonan glotal

dental

palatal

velar

P b

t d

c j

k g

geser



s



-

h

nasal

m

n

n

n



lateral



1







getar



r







semi vokal

w



y





labial hambat:

tb b

2.1.3 Distribusi Fonem Berdasarkan posisi, distribusi fonem mungkin terdapat pada awal, tengah, dan akhir kata. Daftar Distribusi Fonem Fonem

aw al

ten g a h

a k h ir

m

/ila t/ ’ lid a h ’

/ k i l i k /’ g e n d u n g ’

/t a li/ ’ ta li’

h i

/a y a h / ’ ayah*

/a r a h / ’ a rah ’

/a s a / ’ sa tu ’

/ U /

/u m a / ’ ib u ’

/u y u t / ’ b u y u t ’

/u h u / ’je le k ’

/ P/

/p a ra k / ’ d e k a t’

/ta p a k / ’ p u k u l’

/c a la p / ’ c e lu p ’

/b /

/b a r a / ’ bara’

/ta b a s / ’ te b a s ’

-

It 1

/ta d a / ’ m e m p a n '

/h a t a p / ’ a ta p ’

/ila t / ’ lid ah ’

Id/

/ d a ra / ’ dara’

/h a d a p / ’ h a d a p ’

-

/ k /

/ k a ra k / ’ kera k ’

/b a k a l/ ’ c a lo n ’

/p a ra k / ’ d e k a t’

/ s /

/g a ru / ’ ga ru k ’

/sa g a n / ’ u n tu k ’



/ 0/

/c a la p / ’ c e lu p ’

/r a c a p / ’ serin g’

-

i n

/ja ja k / ’ in ja k ’

/ta ja k / ’ ta n c a p ’

-

hi

/s a d a q / ‘ seda n g’

/p a s a q / ’ ik a t’

/h a m p a s / ’ em p a s’

/hi

/h a d a q / ’ tu n g g u ’

/ra h a t/ ’ a c a p ’

/u s a h / ’ kejar’

1 m /

/m a ra / ’ arah’

/h u m a p / ’ gera h ’

/m a s a m / ’ asam ’

/ n /

/n a n i/ ’ yan g in i’

/m a n a q / ’ m en a n g’

/sa g a n / ’ u n tu k ’

/ n /

/n a ra k / ’ m a ra k’

/u n a i/ ’ k u m a l’



/ >] /

/q a r a n / ’ n am a’

/ b a q a q / ’ ugai-ugalan’

/!/

/la p a r / ’ lapar’

/tila m / ’ kasur’

/ su m p a l/ ’ s u m b a t’

/ r/

/r a n c a k / ’ sering*

/k a ra p / ’ kerap’

/lib a r / ’ lebar’

/w/

/w a r ik / ’ kera’

/h a w a r/ ’ lem p a r’

-

/y /

/y a k in / ’ y a k in ’

/u y a h / ’ garam

-

2.2

/sa d a q / ’ c o c o k ’

Diftong Diftong dal am BBH hanya ada tiga buah, yaitu:

/ ai / j au / / ui /

/mamai/ ’ omel’ /mamau/ ’hilang’ /tai]gui/ ’topi’ (berdaun lebar),

Contoh kontrastif dalam pasangan minimal adalah sebagai berikut. /ai : u i/

/baqkai : b a q k u i/

bangkai ’ bangkai’ bangkui ’orang hutan

8

/ai : au/

/pakai : pakau/

/ui : au/

/pului : pulau/

pakai ’pakai’ pakau ’ikat’ pului ’terbuka’ pulau ’pulau’

Penyebaran diftong dalam kata terlihat sebagai berikut. diftong

awal

/ ai / / au / /ui/

-



-

tengah

akhir

/kaina/ ’nanti’ /sauda/ ’tidak’ /kuitan/ ’orang ua’

/balanai/ ’belanga’ /badau/ ’luka besar’ /rupui/ ’remuk’

2.3 Variasi Dialektis Dalam BBH terdapat tata vokal dengan tiga buah fonem yaitu (if, /a/, /u /. Dua di antara vokal ini mempunyai variasi yaitu: a. / a / da pat direalisasikan sebagai [a] /kam ana/ — [kam ana] ’ ke mana’ b. / u / dapat direalisasikan sebagai [a] /b u tu l/

-

/k a w u /

— [kaw o] ’engkau’

[batal] ’ b o t o l’

/ra w u t/ — [ra w ot] ’ raut’

Bunyi vokal lain yang masuk ke dalam BBH semuanya ditafsirkan bunyinya kepada 3 vokal tersebut. Sebagai contoh kata-kata asing yang masuk ke dalam perbendaharaan BBH disesuaikan dengan sistem ucapan bahasa BBH. kretek traktor film m otor

— — — —

[karitik] [taraktur] [pilim] [mutur'J

2.4 Struktur Struktur fonem dalam persukuan adalah sebagai berikut. a. Dua suku VV

: /ua/ ’nenek’

9

/aip/ ’ kemaluan’ /ada/ ’ada’ /adiq / ’adik’ /mau/ ’mau’ / tiis/ ’kering’ /dara/ ’remaja’ /dasak/ ’ desak’

VVK VKV VKVK KVV KVVK KVKV KVKVK KVKKV KVKKVK

/n a ijk a /

’ nangka’

/tampar/ ’tempeleng’

b. Tiga suku VVKVK VVKV VKVKVK VKVKV VKKVKVK KVKVVK KVKVKV KVKKVKV KVKVKKVK KVKKVVK c.

/uulak/ ’anak batu cow et’ /aada/ ’disebut-sebut’ /alilii) / ’siput’ /alili/ ’kembang api’ /ambawai)/ ’sejenis buah asam’ /kuciak/ ’teriak’ /katuju/ ’senang’ /kastila/ ’ kestela’ /pilanduk/ ’kancil’ /rampiuh/ ’rebah’

Empat suku KVKVKVKV KVKVKVKVK KVKVKVVK

: /darahkuku/ ’sejenis burung’ : /kasisikat/ ’sejenis burung’ : /kasasiur/ ’capung’

Jika diturunkan lebih lanjut akan dijumpai struktur fonem iebih dari empat suku. Struktur itu terjadi pada kata-kata turunan dengan afiksasi, kata ulang, dan kata majemuk. Struktur fonem pada imbuhan adalah sebagai berikut. a. Awalan KV KVK KVKV b.

Akhiran V VK

10

: /ba-, pa-, ma-, ta-, ka-/ : /manN-, paN-/ : /ta p a sa p a -/

: /-i/ : /-an/

VKVK VVKVK

: /-akan/ : Aiakan/

2.5 Fonem Suprasegmental Dalam BBH tidak dijumpai fonem suprasegmental. Walaupun dalam dialek lokal (subdialek) kalau ada kecenderungan memanjangkan bunyi ucapan fonem konsonan pada posisi tengah sebagai suatu untuk kepentingan tekanan ucapan pada suku akhir namun tidak menunjukkan perbedaan arti. /sip a / -

[sippa] ’siapa’

/kam ana/ — [kam anna] ’ ke mana’

2.6 Perlambangan Bunyi dan Ejaan Sesuai dengan status kekerabatan BBH dengan bahasa Melayu maka mengenai ejaan dapat menggunakan Ejaan Yang Disempumakan.

11

3.

MORFOLOGI

3.1 Proses Morfologis Pada bagian ini akan dibicarakan mengenai seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap fungsi dan arti. Dengan demikian uraian berkisar kepada proses morfologis yang berkenaan dengan pembentukan kata. Proses morfologis dalam BBH seperti juga dalam BI teijadi lewat peristiwa afiksasi (perimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (persenyawaan). Afiksasi dalam BBH dapat menimbulkan proses m orfofonemik yaitu perubahan fonem tertentu akibat proses morfologis. Berdasarkan pertimbangan frekuensi terjadinya proses mor­ fologis di sini hanya akan dibicarakan proses morfologis yang teipadi dari bentuk dasar kelas kata benda (KB), kata kerja (KK), kata sifat (KS) dan kata bilangan (KBiL). Mengenai contoh yang dikemukakan dalam BBH selalu diikuti dengan terjemahannya dalam BI walaupun disadari sepenuhnya bahwa terjemahan itu dalam hal tertentu tidak selamanya merupakan imbangan pengertian yang tepat. 3.2 Proses M orfofonemik 3.2.1 M orfofonemik sebagai periu mendapat perhatian dalam yang terjadi akibat hubungan dasar yang terdapat pada awalan

akibat proses morfologis yang BBH adalah proses m orfofonemik afiks (imbuhan) dengan bentuk [maN-] dan [paN -].

3.2.2 Bila [maN-] dan [paN-] digabungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal fpf, jbj maka N (unsur akhir pada [maN-] dan [paN -]) berubah menjadi /m /. Dalam proses ini fonem /p / luluh. /b a n a m /’ bakar’

12

/m am ba n a m /’ m enibakar’

/b u a t/’ masukkan’

/m em b u a ti/’ mem asukkan’

/bajgkit/’angkat’

’ m am bangkit/’ m engangkat’

/p a c u l/’ c o p o t’

/m a m a cu l/’ m en cop ot’

/p a g u t/’ peluk’

/m am agu t/’ m em eluk’

/p a q k u r i/’ pu ku r

/m am aijk u n g/’ m em ukur

/b a b a l/’ b o d o h ’

/p am bab al/’ pelupa’

/b a n ih /’ padi’

/pam ban ih an /’ tempat m enyim pan padi’

/bu risit/ ’takut’

/pam bu risit/’ penakut’

/p a n d ir/’ bicara’

/p am an din /’suka berbicara’

/p a g k u q /’ pukul’

/pam aq k uq / ’ pem ukul’

/p in ta r/’ pandai’

/pam intarna/’yang terpandai’

3.2.3 Bilamana [maN-] dan [paN-] digabungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal /t/ dan /d /, maka N berubah menjadi /n /. Fonem awal /t/ luluh. /ta b u k /’ gali’

/m a n a b u k /’ menggali’

/ta b u n /’ simpan’

/m an a bu n /’ m enyim pan’

/tajak /’ tancap’

/m anajak/’ m enancapkan’

/tagu r/’tegur’

/m anagur/’ m enegur’

/d a d a i/’gelai’

/m an da dai/’ menggelarkan’

/d a p a t/’ dapat’

/m andapat / ’ men d apat’

/d a p u q /’ikat’

/m andapuq / ’ mengikat’

/d isir/’ desir’ /ta ta k /’ p oton g ’

/pan atak /’ pem ot on g’

/ta n ja k /’tolak ’

/pananjak’ pen olak, galah’

/ta p a l/’ tu tu p’

/pan apal/’ pen utup’

/ta w a r/’tawar’

/pan aw ar/’ penawar’

/dapa t/ ’ dapat’

/pan dap at/’ pendapat’

/d a ta q /’ datang’

/pan data q / ’ pendatang’

/d ia m /’ diam ’

/p a n d ia m /’ pendiam ’

/d u la q /’ dulang’

/pandulaq / ’ penawar’

/m an disir/’ mendesir’

3.2.4 Bila [maN-] dan [paN-] ditambahkan pada bentuk dasar yang berfonem awal jcj dan /j/ maka N menjadi / n/. /c ic ir /’ cecer’

/m a n cicir/’ m encecerkan’

/ca tu k /’ pukul’

/m a n ca tu k /’ m em ukul’

/ca k u t/’ pegang’

/m a n ca k u t/’ mem egang’

/ca ri/’ cari’

/pan carian /’ mata pencaharian’

/ca tu k /’ pu kul’

/p a S ca tu k /’ pem ukul’

/ca h a r/’ cahar’ /can ca q / ’ cen cang’

/pan ca h a r/’ pencahar’ /paffcancaq / ’ pencencang’

/ja d i/’ja d i’

/pan ja dian /’jadi-jadian’

/jarat/’ikat’

/pen jarat/’ pengikat’

13

/juluk/’jolok’ /janak/’lihat’

/panjuluk/’penjolok’ /panjanak/’penglihat’

3.2.5 Bila [maN-] dan LpaN-] digabungkan dengan bentuk datar berfonem awal j k j dan /g/ maka N berubah menjadi /q / . Fonem /k / luluh. /kacak/’pegang’ /kaih/’raih’ /kapit/’jepit’ /kuti/’ pegang’

/maqacak/’memegang’ /maqaih/’meraih’ /maqapit/’irienjepit’ /ma q uti/’memega ng’

/gagap/’raba’ /ganaq/’kenang’ /gapit/’jepit’ /gilir/’gilir’

/maqgagap/’meraba’ /maqganaq/’mengenangkan’ /maqgapit/’menjepit’ / maq giltr/’ menggilir’

/kincut/’kecut’ /kulir/’malas’ /kuluh/’serakah’ /kurus/’ kurus’

/ paq incut / ’pengecut ’ /paqulir/’pemalas’ /paquluh/’bersifat serakah’ /paq urusna/’paling kurus’

/gargaji/’gergaji’ /guriq/’tidur’ /ganti/’ganti’ /gariq/ ’sakit’

/paqgargajian/’penggergajian’ /paqguriq/’sukar tidur’ /paqganti/’ pengganti’ /paqgariqan/’sering sakit’

3.2.6 Bila [maN-] dan [paN-] digabungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal /s/ maka N menjadi /n/. Fonem s luluh. /sadai/’keringkan’ /sambat/’sebut’ /sampuk/’jemput/ /saqa/’goreng’

/manadai/ ’mengeringkan’ /maifambat/’menyebut’ / manampuk/’menjemput ’ /maiia q a/ 'menggo reng’

/sambal/’sambal’ /saqat/’sengat’ /saqa/’tahan’ /sarik/’ marah’

/panambalan/’tempat membuat sambal’ /panaq at/’penyengat ’ /panaqga/’penahan’ /panarikan/’pemarah’

3.2.7 Bila [maN-] dan [paN-] digabungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal /i/, /a/, /u /, /!/, /m /, /n/, /r/, /w /, dan /y /

14

maka N menjadi zero. /ig u t/’gigit’

/m aigu t/’ inenggigit’

/in cir /’ ecer’

/in ain cir/’ m engecer’

/a m p ik /’ tepuk’

/m aa m p ik i/’ m enepuki’

/an dak /’ letak’

/m aan dak/’ m eletakkan’

/h a d a q /’tunggu’

/m ahadarj/’ menunggu’

/h a n ca p /’ cepat’

/m ah ancap/’ m em percepat’

/la cu rj/’lom pat’

/m alacuq / ’ m elom pat’

/la n a h /’ cair’

/m alanah/’ m encair’

/m u a k /’ muntah’

/m em uakakan/’ m em untahkan’

/m a m a i/’om el’

/m am am ai’ i/’ mem arahi’

/ naik/’naik’

/m an aiki/’ m em anjat’

/n a u q /’ naung’

/m a n a u q i/’ m elindungj’

/ra it/’sambung’

/m arait/’ m enyam bung’

/randah/’ rendah’

/m arandahi/’ m em perendah’

/w a d a /’ cela’ /w a ra h /’ o lo k ’

1m awada/’ m encela’ /m aw arahakan/’ m em p erolok ’

/y a k in /’ yaldn’

/m ayakina kan /’ m eyakinkan’

/iw a k /’ikan’

/paiw akan /’ penjual ikan’

/ib a d a t/’ibadat’

/p a ib a d a t/’suka beribadat’

/agak/’som b on g ’

/paagakan/’ bersifat som b on g ’

/a q g a p /’anggap*

/paaijgapan/’Iekas tersinggung’

/h it u q /’ hitung’

/p a h itu q a n /’suka menghitung’

/halat/’ batas’

/pahalatan/’ perbatasan’

/lih a t/’ lihat’

/p alih a t/’ penglihatan’

/la lu /’ lalu’

/palaluan/’tem pat lalu’

/m u n tu q /’ m ulut’

/pam un tu rjan /’suka ikut cam pur

/m in ta /’ m inta’

/pam intaan/’ suka m inta-m inta’

15

/ra ju /’ rajuk’

/parajuan/’suka m erajuk’

/ra w a /’sapa’

/paraw aan/’suka m enyapa’

/ w ada/’cela’

/paw adaan /’suka m encela’

/w a d a h /’ wadah’

/paw adah an /’macam-inacam w adah’

3.3 Afiksasi 3.3.1 Peristiwa afiksasi dal am BBH hanya meliputi imbuhan awalan dan akhiran sedangkan sisipan tidak dikenal. Distribusi imbuhan yang ada dalam BBH ialah: a. awalan: [maN-], [ba-], [di-], [ta-], [paN -], [ka-], [sa-], [ka-], dan [sijj-]. b. akhiran: [-an], [-i], [-akan] dan[-na], Kemungkinan gabungan imbuhan awalan dengan akhiran ialah: [m a N -i], [m aN -ak an ], [b a -a n ], [ d i - i ] , [d i-a k a n ], [ t a - i ] , [ta - akan], [paN - an], [p a N -n a ], [ka - an], [sa - an], [sa - na], [six) - a n ]. Kemungkinan gabungan imbuhan awalan dengan awalan adalah [ta- + paN-] menjadi /tapa-/ dan [sa- + paN-] menjadi /sapa-/. Kemungkinan gabungan imbuhan akhiran dengan akhiran terdapat pada akhiran [-i + -akan] menjadi /-iakan/ (multifiks). Kalau ditelusuri temyata bahwa pembentukan kata dengan awalan dan akhiran akan tampak banyak persamaan pola dengan BI baik bentuk, fungsi maupun artinya, di samping ada juga perbedaan yang akan tampak dalam uraian selanjutnya. 3.3.2 Pembentukan Kata Benda (KB) a. Dalam BBH imbuhan yang berfungsi membentuk KB ialah [paN-], [paN - an], [ka - an], dan [sa - a n ]. KB dapat dibentuk dari kata-kata dasar KB, KK dan KS. b. Bentuk sa - KB - (an) dengan arti menunjukkan sekali, seisi, atau seluruhnya, dan satu.

16

/tajau /’gu ci’

/sota ja u /’ seisi g u ci’

/tu m b a k /’tom b a k ’

/sotu m bakan/’sekali tom b a k ’

/b a n u a /’ ka mpung’

/sabanua/’ seluruh kam pung’

/ju k u q /’ perahu’

/szju k u q a n /’seisi perahu’

Semua arti awalan [sa-] di atas dapat diterjemahkan juga dengan arti satu. c. Bentuk paN - KB„ - an dengan arti menunjukkan tempat, tempat mencari, dan jenis pekerjaan. / i w a k / ’ ik a n ’

/paiw akan /’tem pat mencari ikan’ , ’ pencari/ penjual ikan’

/b e n ih /’ padi’

/pabanihan/’tem pat rhenyimpan padi’

/gu ru /’guru’

/p a g u ru a «/’tem pat berguru’

/h u m a /’sawah’

/pahum aa/z/’ tem pat bersawah’

/baras/’ beras’

/p am barasa«/’tukang jual beli beras’

/w a d a i/’ kue’

/paw adaian/’tukang kue’

/h in talu /’telur’

/pflhintaluflrt/’tukang jual beli telur’

d. Bentuk sa - KK - (an) dengan arti menunjukkan satu (se-) atau sekali. /tab as/’ tebas’

/satabasan/’sekali tebas’

/tig u k /’teguk’

/satigukwi/’sekali teguk’

/ra u p /’raup’

/saraup/’ sekali raup’

/tu y u k /’tu m puk’

/sa tu yu k /’ setum puk’

/lin g k a q /’langkah’

/salingkaq / ’ selangkah’

/ta ta k /’ p oton g ’

/fatatakflH/’sekali p oton g ’

e. Bentuk K K - an dengan arti menunjukkan hasil. /u la h /’ b u a t’

/u l a h a n / ’ b u a t a n ’

/g a w i/’ kejja’

/gaw ian /’ pekerjaan’

/lip a t/’lipat’

/lipatart/’ lipatan’

/ig u t/’ gigit’

/igu ta n /’gigitan’

/sip a k /’ sepak’

/sipakfln/’ sepakan'

f, Bentuk paN - K K - an dengan arti menunjukkan tukang atau ahli (pekeijaan) dan mempunyai sifat. /su n a t/’sunat’

/panunatan/’tukang sunat’

/u r u t/’ urut’

/pau ru ta n /’ tukang urut’

/sadap/’ sadap’

/panadapan/’tukang sadap’

/tim pas/’b a co k ’

/panim pasan/’suka m em b a cok ’

17

/salam /’selam ’

/panalam an/’tukang selam’

g. Bentuk paN — KK dengan arti menunjukkan alat. /ju lu k /’jo l o k ’

/p an ju lu k /’ p e n jo lo k ’

/ja ra t/’ika t’

/panjarat/’ pengikat’

/jan a k/’ lihat’

/pan janak/’ penglihat’

/ca tu k /’ pukul’

/p an eatu k /’ pem ukul’

h. Bentuk paN - KS - (an) dengan arti menunjukkan mempunyai sifat. /su p an /’ maiu’

/panupaH /’ pem alu’

/d ia m /’ diam ’

/p a/id iam /’ pendiam ’

/h iri/’iri’

/p a h iris/i/’bersit'at iri’

/sarik/’ marah’

/panarikan/’ pemarah’

/w a n i/’berani’

/paw aniatt/’ pem berani’

i. Bentuk ka - KS - an dengan arti menunjukkan memiliki sifat, tingkat superlatif. [Ka-] mempunyai dua alomorfyakni /ka-/ dan /ke-/. /pin tar/’ pandai’

/fozpintara«/’ kepandaian’

/b u iju l/’b o d o ’

/fcabui) ukai/’ keb od oh an ’

/h arat/’hebat’

/& aharata«/’kehebatan’

/ca k a h /’som b on g ’

/fcacakah an /’ kesom bongan’

/b a gu s/’ bagus’

/fcabagusaa/’terlalu bagus.

/h a b a ij/’ merah’

/fca h a b a q a /j/’terlalu merah’

’terlalu pandai’

’terlalu hebat’ ’ terlalu som b on g ’

/h ira q /’hitam ’

//cah iraaa/j/’terlalu hitam’

3.3.3 Pembentukan Kata Kerja (KK) a. Imbuhan dal am BBH yang berfungsi membentuk KK ialah {maN-},-[ta-}, {-i}, {-akan]-, {-an}, {maN - i}, {maN - akan}, {ba an}, {ta - i } , {ta - akan}. KK dapat dibentuk dari kata-kata dasar, KB, KK, dan KS. b. Bentuk maN - KB dengan arti menyatakan: 1) kerja dengan alat

18

/u n ju n /’kail’

lm